26- CC: Besi

28.4K 4.8K 610
                                        

Minal aidin wal faizin

Mohon maaf lahir dan batin

Aku Up hari ini, sesuai pilihan beberapa readers.

Semangat puasa terakhirnya

Happy Reading

"Pulang sama gue aja ya?"

Jadwal bimbel mereka hari ini. Telah selesai. Mereka kini menuju, pintu keluar.

"Gak, gue di jemput."

"Ayolah, masa gak mau terus gue antarin. Sekali aja, ya ya ya?"

Sunny berhenti. Menoleh ke arah Galvin. "Gak, Galvin."

Ia kembali melanjutkan langkahnya. Galvin juga kembali mengikutinya.

Perlu diketahui, Sunny dan Galvin satu bimbel yang sama.

"Kenapa? Sebelumnya kan gue pernah ngantarin lo. Masa sekarang gak mau. Gue pakek mobil kok. Gak pakek, motor. Jadi lo gak perlu takut."

"Gak."

Ketika di pintu keluar bimbel. Sunny sekilas melirik ke ujung jalan sebelah kanan. "Mereka ada."

"Apa yang ada?"

Sunny tidak menjawab perkataan Galvin. Sebuah mobil hitam, terlihat sedang parkir. Ia menghela napas pelan.

Ia alihkan pandangannya lurus ke arah jalan. Menatap beberapa mobil teparkir. Para orang tua yang sedang menunggu anaknya selesai dari bimbel.

Ia sedikit iri. Pasalnya, Sunny tidak pernah ada di posisi itu

Ia tidak tahu, apa mobil hitam di ujung jalan itu bentuk sebuah perhatian. Atau mungkin, sebuah kebencian. Pertanyaan yang sangat ingin, ia ajukan. Tetapi, ia tidak memiliki keberanian.

Galvin yang masih menatap Sunny. Ekspresi datar Sunny. Tatapannya yang teduh dan terkadang tajam. Sama sekali, membuatnya tidak bisa mengerti jalan pikiran seorang Sunny.

Rasanya Galvin ingin sekali, masuk ke dalam kehidupan seorang Sunny Fernandoz.

Apakah ia bisa?

"Lo gak bosan ngelihatin gue mulu?"

Galvin tersentak. "Gak dong, 24 jam aja gue gak akan bosan. Mau coba?" Lalu ia tersenyum manis.

"Gak."

"Loh, kenapa?"

"Karna gue bosan ngelihat lo."

Mulut Galvin langsung sedikit terbuka. Mendengar pernyataan dari Sunny.

Tetapi Galvin dengan cepat tersadar. Ia menetralkan kembali ekspresi wajahnya.

"Sakit, tapi tak berdarah. Inilah dia."

Sunny memutar bola matanya dengan malas. Ketika Galvin terdengar puitis.

Ia melirik jam tangannya. Sepertinya malam ini, ia telat di jemput. Galvin  masih ada di sampingnya. Itu karena, Galvin selalu setia menunggu jemputannya.

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang