16- CC: Belerang

35.2K 5.5K 681
                                    

Pertama dan utama marilah Vote part ini terlebih dahulu.

Ayo berikan komentar kalian di setiap in-line part ini. Terima kasih

Happy reading

Angin sore yang berhembus membuat rambut sebahu itu dihembuskan olehnya. Wajahnya tertutupi oleh beberapa helai rambutnya. Matanya yang sayu, menatap ke depan.

Dari atas ia dapat melihat keindahan sekolah elit ini. Sepi. Rata-rata semua siswa telah pulang dan kembali ke rutinitas masing-masing.

Kini retinanya membawa ia pada taman sekolah dengan konsep eropa. Gedung gedung tinggi dengan desain arsitektur modern, klasik. Hingga kedua mata tersebut melihat sebuah gedung istimewa, kata mereka. Gedung Champion Class.

Helaan napas pelan terdengar dari mulut gadis itu. Seakan ia jenuh dengan apa yang ia lihat.

"Hal semudah itu saja kamu tidak bisa."

Lalu, matanya kini tertuju pada objek yang ada di depannya. Sebuah kursi kayu bewarna coklat dan sudah tua terlihat berada di depannya. Sebagai pembatas antara dirinya dan dinding pembatas dengan tinggi sekitar 100 centi meter tersebut.

"Apa yang dapat dibanggakan dari kamu? Tidak ada."

Di tempat itulah ia berdiri saat ini. Perlahan, kaki jenjangnya bergerak menaiki kursi tersebut. Tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Tapi, gerakan itu terlalu lambat untuk seseorang yang terlihat baik-baik saja, mungkin.

"Apa otak kamu tidak bekerja?"

Satu kakinya telah naik ke kursi tersebut, kaki yang satu lagi hanya perlu ada di sebelahnya tanpa perlu usaha. Kini, kaki yang sama perlahan menaiki pembatas dinding. Tidak ada getaran, hanya tatapannya yang kosong, yang terlihat.

"Begitu saja dia tidak bisa, memalukan."

Dan dua-duanya sudah berada di atas pembatas dinding tersebut. Matanya terpejam sejenak, menikmati kembali angin yang berhembus. Seakan ia tidak akan pernah merasakannya, lagi. Bulir bening lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Kelopak matanya mulai terbuka kembali.

"Dasar anak bodoh!"

Kaki kanannya telah maju, dan berada di atas awang-awang. Ruang hampa yang memiliki gravitasi dan siap menarik dirinya ke bawah, kapan saja. Ia sejenak menatap ke bawah, gedung dengan yang memiliki delapan lantai. Pasti sangatlah tinggi.

Tapi.... ia tidak perduli, tidak ada rasa takut sedikitpun. Hingga... retinanya menatap ke depan kembali.

"Kalau seperti ini terus, apa gunanya kamu hidup?"

Dan....

Seolah bulu yang ringan, ia memejamkan matanya. Membiarkan tubuh itu jatuh.

"Selamat tinggal."

Dan berakhir.

Tapi......

"LO GILA?"

Tubuh itu ditarik kembali oleh seseorang.

Masih shock dengan keadaan. Membuat napas kedua gadis itu tidak beraturan. Tiba-tiba getaran dari tubuh dia yang berambut sebahu itu datang. Kini tubuhnya bergetar dengan hebat. Hingga ia terduduk di lantai.

Adrenalinnya membuat jantungnya berdetak dengan ritme yang tidak normal.

Sedangkan gadis dengan rambut sepunggung yang telah menolongnya, masih menatap gadis di depannya ini dengan napas yang mulai normal. Matanya masih menyorot tajam gadis di depannya ini.

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang