22- CC: Titanium

28K 5.2K 977
                                    

Pertama dan utama marilah Vote dan Komen cerita ini.

Aku UP cepat, karna Vote dan dukungan kalian di part sebelumnya cepat meningkat dan bikin aku semakin semangat.

Terima kasih

Mari tinggalkan komentar di setiap in-line.

Happy Reading

"Rain, dengarin bunda dulu. Bunda bisa jelasin. Bunda sama sekali gak memanfaatkan kamu nak."

Rain tetap menaiki tangga rumahnya dan belum mau berhenti.

"Ya, bunda mungkin gak manfaatin aku. Tapi, bunda udah bohong sama aku."

"Rain sayang, bunda gak bohongin kamu."

Rain berhenti tepat di anak tangga paling atas. Ia memutar tubuhnya dan bundanya ada di depannya.

"You lied to me, mom. Waktu itu bunda cuma bilang, ini demi masa depan Rain, tapi ternyata ada hal yang sebenarnya bunda sembunyiin. Kenapa gak jujur dari awal si bun, kalau ini untuk bisnis bunda juga."

Rain menghela napas pelan.

"Okay, i know this is none of my business. But, i'm your daughter, mom."

Delia terdiam. Ia menatap mata puterinya. Ada tatapan sebuah rasa kecewa di mata Rain.

"Bunda bukan gak bermaksud bahas ini sama Rain dan gak jujur sama Rain. Tapi bunda mau mencari waktu yang tepat aja."

"Waktu yang tepat kapan bun? Aku udah hampir satu semester di sekolah itu. Bunda sama sekali gak bahas tentang ini."

Rain kembali melanjutkan langkahnya dan di ikuti oleh Delia dari belakang.

"Rain bunda ngelakuin ini karna ini yang terbaik untuk kamu."

Rain berhenti lagi tepat di depan pintu kamarnya. Ia kembali menatap mata bundanya yang terlihat menyesal dan sepertinya sedang terlihat lelah.

"Bunda bohong sama aku. Jadi ini bukan yang terbaik buat aku, tapi yang terbaik untuk bunda."

Delia cukup terkejut ketika Rain berbicara seperti itu. Karena Rain sangat jarang menentang dirinya.

"Rain, bunda gak pernah pernah ngajarin kamu bicara gak sopan seperti itu."

"Bunda juga gak pernah ngajarin Rain buat berbohong. Like mother like daughter."

Delia menghela napas berat. Ia tahu Rain kecewa padanya yang tidak terbuka dan mengatakan yang sebenarnya. Tapi ia lebih tidak suka ketika Rain berbicara tidak sopan.

Delia mencoba untuk diam sejenak. Setelah itu ia kembali menatap mata Rain dengan hangat.

"Iya bunda ngelakuin ini bukan untuk kamu aja."

Delia menarik napasnya pelan lalu membuangnya perlahan.

"Tapi ini semua untuk kita Rain. Bunda mau masa depan kamu jauh lebih baik dan gak seperti bunda. Bunda gak mau orang orang memandang kamu sebelah mata, seperti yang mereka lakukan kepada bunda dulu. Bunda mau kamu mendapatkan hal yang seperti anak anak lain dapatkan. Bunda ingin yang terbaik untuk hidup kamu. Masa depan kamu. Ini semua bunda lakukan karna bunda sayang sama Rain. Kenapa bunda gak beri tahu Rain dari awal? Karna bunda gak mau Rain salah paham, nak."

Rain diam. Ia bisa mengerti niat sang bunda baik. Ini semua untuk dirinya. Tapi, Rain memiliki firasat buruk tentang komunitas tersebut.

Terlebih, Delia tidak jujur dari awal kepada dirinya.

"Bunda, aku ngerti niat baik bunda, keinginan bunda. Aku paham. Tapi, aku rasa komunitas itu gak baik bunda. Bunda gak perlu gabung di komunitas itu bun. Apa yang kita punya sampai saat ini, itu udah cukup bagi aku."

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang