23- CC: Vanadium

30.9K 5.2K 1K
                                    

Pertama dan paling utama marilah Vote terlebih dahulu.

Terima kasih untuk Vote dan komennya di part sebelumnya.

Makasihh banget udah mau nungguin, update cerita ini.

Author mau ingatkan, kalau cerita ini ada adegan kekerasan dan juga kata kata kasar. Jadi, jangan ditiru. Oke!

Tinggalkan komentar di setiap in-line paragraph.

Remember! Ini semua hanya imajinasi author.

Happy Reading

Wanita yang masih terlihat muda dengan umur yang sebenarny sudah sekitar empat puluh tahunan itu. Wanita tersebut kini sedang menyiapkan makan malam di ruang makan. Menata beberapa makanan dengan rapi dan di bantu oleh seorang asisten rumah tangga.

Ia tersenyum melihat makanan yang sudah tersedia.

"Nyonya, apa ada yang perlu bibi bantu lagi?"

"Udah semua kok bi."

"Kalau gitu, bibi ke belakang dulu nyonya. Permisi nyonya."

Wanita tersebut meangguk.

Ia duduk di salah satu kursi di meja makan tersebut. Sesekali... pandangannya lurus ke depan.

Ia melirik jam dinding. Helaan napas pelan, terdengar darinya.

21:05

Memang seharusnya bukan waktunya untuk jam makan malam, lagi.

Suara ketukan sepatu, terdengar semakin mendekat. Wanita itu langsung berdiri.

Dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Ia tersenyum, ketika melihat seorang anak laki laki remaja yang menggunakan jaket dan sebuah tas di bahunya sedang menatapnya dengan datar.

Wanita itu menghampiri dengan langkah cepat, ketika remaja tersebut ingin menaiki tangga.

"Kamu udah makan, Galvin?"

Laki laki tersebut adalah Galvin dan wanita tersebut adalah Eritha.

Galvin hanya diam.

"Mama udah masak makanan kesukaan kamu. Kamu... mau kan, makan bareng mama?"

"Gak laper."

Dingin dan ekspresi datarnya membuat Eritha menghela napas pelan. Galvin kembali menaiki tangga. Hingga beberapa langkah....

"Hari ini mama ulang tahun."

Langkahnya terhenti. Kerutan terlihat di dahinya.

Ulang tahun? Hari ini?

"Nak...!"

Galvin akhirnya memutar tubuhnya dan menatap wajah mamanya, yang sedang tersenyum ke arahnya.

Senyuman itu selalu menyejukkan ketika di lihat, seakan bisa membuatnya tenang. Tapi ia tetap poker face.

"Iya."

Senyuman Eritha semakin lebar, ia begitu bahagia. Eritha dengan cepat menuju ruang makan dan diikuti oleh Galvin dari belakang.

Selagi ia menyiapkan makanan untuk Galvin. Galvin telah duduk di kursinya dan hanya perlu menunggu makanan miliknya di hidangkan.

"Ayamnya mau di tambah?"

"Gak, udah cukup."

Eritha tersenyum simpul. Ia kembali duduk di tempatnya.

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang