53- CC: Yodium

26.6K 5.6K 3K
                                        

Tinggalkan Vote dan Komen!!

Berikan komentar sebanyak mungkin.

Yang sedang UTS, semoga berhasil!!

Sukses dan semangat!!

Happy Reading

"Lo ngapain ke sini kak?"

"Ketemu teman."

"Guru?"

"Siswa."

Rain menatap Arnesh, yang ada di depannya. Merasa aneh dengan alasan Arnesh.

"Kenapa?"

Rain menggeleng kecil. "Gak apa apa."

Arnesh memilih mengeluarkan handphone-nya. Di cafetaria ini, hanya ada mereka berdua. Karena sebentar lagi, pelajaran akan di mulai.

Pikiran Rain, terpenuhi dengan interaksi dua orang yang ia kenal tadi. Apa itu hanya sebuah candaan atau kenyataan.

Ia tidak bodoh untuk menyadari kedekatan dua orang itu. Tapi ia pikir, ini semua hanya sebatas teman biasa.

Rain sendiri tidak mengerti dengan dirinya. Tapi, ia merasakan ada yang aneh.

"Lo kenapa?"

Rain tersentak. Kembali menatap Arnesh.

"Lagi mikirin something."

Arnesh mengangguk angguk kecil. Bukan tidak ingin bertanya. Tapi, ia tidak berhak untuk bertanya lebih lanjut.

"Oh ya, kata Liona lo di jodohin?"

Arnesh sedikit terkejut dengan pertanyaan Rain. Ia mengerjapkan matanya berulang kali.

"Gue gak nanya ke dia. Tapi, dia yang kasih tau gue."

Seolah Rain tau apa yang di pikirkan olehnya. Ia langsung memberi tahu.

"Iya, gue dijodohin."

"Semoga lancar."

"Gue berharap gak."

Untuk beberapa saat, Rain diam. Kerutan halus terlihat di dahinya.

"Sejak kapan dijodohin?"

"Udah dua tahun yang lalu."

"Liona tau sejak lama?"

"Hm, dia tau. Tapi, dia gak suka sama calonnya."

Rain mengangguk angguk kecil. Temannya itu memang susah untuk menyukai seseorang.

"Kalau... boleh tau, kenapa?"

Arnesh tidak langsung menjawab. Ia menatap Rain terlebih dahulu.

"Dia punya gangguan jiwa karena depresi."

Gangguan jiwa?

"Dia juga punya keyakinan yang berbeda dengan gue. Tapi keluarga dia dan keluarga gue gak mempermasalahkan hal itu. Tapi Liona gak. Liona bilang, gue berhak dapat yang jauh lebih baik."

Rain terdiam.

Arnesh merasa, ia nyaman jika berbicara dengan gadis remaja ini. Karena itu, ia tidak akan menutupi perihal fakta ini.

"Rain-"

"Lo kenal dia kak?" Suaranya semakin pelan.

Arnesh tersenyum kecil. "Gue belum pernah ketemu."

Rain tersenyum tipis. Arnesh menyukai senyuman itu.

"Temui dia! Bagaimanapun, lo harus kenal dia dulu."

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang