27- CC: Kobalt

27.2K 5K 1.3K
                                        

Rain melirik jam dengan brand Rolex di tangannya.

"Ke toilet kok lama banget. Itu ke toilet atau meditasi?"

Pintu terbuka dan Sunny yang datang langsung duduk di sampingnya.

Memakai seatbelt.

"Lama banget."

"Tadi gue ada urusan bentar."

"Ooh gitu."

"So, kita jadi shopping?"

Rain mengangguk dengan cepat.

"Oke."

Sunny melajukan mobilnya. Hingga sampai di depan gerbang utama pun. Mereka masih saling diam.

"Ee... gue hidupin musik ya Sun?"

"Oh, hidupin aja."

Kini, alunan musik terdengar. Menemani perjalanan mereka.

Sunny melirik spion mobilnya. Mobil yang sama, setiap harinya. Sekarang tidak jauh ada di belakangnya.

Sebuah senyuman miring terbit di bibir Sunny.

"Rain!"

"Hm?"

"Pegangan! Gue bakal ngebut."

"Kenapa? Santai aja nyetirnya."

Sunny menoleh ke arah Rain. Ia menatap datar Rain. "Lakuin aja, Rain!"

Rain menyengir. Terkadang aura Sunny juga menakutkan baginya. "Oke!"

Rain berpegangan cukup kuat. Setelah itu Sunny melajukan mobilnya, dengan kecepatan di atas rata rata.

"AAA Sunnyyy lo kalau mau mati jangan ajak ajak gueee. Dosa gue masih banyak ANJIR!!."

Sunny mencoba menahan senyumnya, ketika mendengar teriakan Rain.

Sunny sekilas menoleh. Ia dapat melihat Rain seperti berkomat kamit. Mungkin mengucapkan doa doa.

"Bundaaa kayaknya Rain punya teman yang hobinya ngajak mati bareng deh bundaa." Sekali lagi Rain berteriak dan mengeluh.

Sunny hanya menggeleng kecil.

Ia melirik sekilas spion mobilnya. Mobil itu masih mengikuti dirinya. Sunny berbelok ke arah kanan. Mobil itu juga berbelok kanan. Sampai 3 kali ia tetap berbelok kanan.

Mobil di belakangnya terlihat susah mengikuti mobilnya.

Senyuman miring kembali terukir di bibirnya. Ketika ada persimpangan, ia berbelok kiri. Dan mobil itu, sudah tidak terlihat lagi. Perlahan, kecepatan mobil Sunny mulai berkurang.

"Rain, gue udah gak ngebut lagi. Lo bisa buka mata lo sekarang!"

Rain membuka matanya, perlahan. Ia sudah merasakan kecepatan yang seperti biasanya. Menarik napas pelan, lalu membuang perlahan.

Ketika Rain masih sibuk dengan kepanikannya. Sunny mengambil handphone di dashboard mobilnya.

Sebuah kontak menelponnya.

Tee

Ia memilih menekan tombol merah. Lalu ia mematikan handphone tersebut.

"Hari ini gue mau bebas. Dan gak ada yang boleh ngelarang."

"Wah, pokoknya pulang nanti gue yang nyetir. Gue gak mau lo lagi."

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang