48- CC: Cadmium

22.6K 5.2K 1.6K
                                    

Pertama dan utama marilah Vote terlebih dahulu!!

Sepertinya, kemaren ada yang salah paham. Aku akan Up lagi setelah seminggu up yang minggu kemaren. Bukan tergantung Vote CC aja.

Jadi, aku bukan umbar janji yaa.

Tapi karna udah bisa Up, maka aku percepat Up dari perkiraan.

Terima kasih untuk 30K vote...

Aku akan Double Up, kalau udah...

800 Komen + 500 Vote

Kalau udah terpenuhi, chap selanjutnya akan langsung di publish.

Warning!! Ada kata kata sensitive dan jangan tiru adegan adegan buruk di chapter ini!!

Happy Reading

"Lo jaga diri baik baik di sana! Jangan buat masalah, belajar yang benar!"

"Udah kayak nyokap gue aja lo."

"Lo bercanda? nyokap lo kan gak perduli sama lo."

Liona langsung tersenyum kecut mendengarnya. Tapi Arnesh, ia malah menatap Rain dengan cukup terkejut.

"Tenang bang, Rain tau kalau gue anak yang gak di anggap."

Arnesh hanya diam mendengarnya. Ia berusaha tetap tersenyum untuk adiknya.

"Lo yakin gak mau pamit sama mama, papa dulu?"

"Gak perlu kak, mereka juga gak akan perduli."

"Lo salah Lio, mereka perduli."

"Udahlah kak, gue bukan anak kecil lagi. Gue ngerti kok, mereka gak suka sama gue."

Liona kembali menatap Rain.

"Janji, kalau lo bakal sering hubungi gue!"

"Hm, janji!"

Liona menoleh ke arah Arnesh yang ada di sampingnya.

"Bang, lo pergi dulu deh. Ada yang mau gue bicarain sama Rain."

Arnesh menatap adiknya dan Rain secara bergantian. Lalu mengangguk. Ia pergi dari hadapan kedua gadis ini. Memberikan waktu untuk mereka.

"Lo mau ngomong apa?"

"Lo kali yang mau ngomong. I know everything about you, Rain."

Rain tersenyum. "Tau aja lo." Setelah itu, Rain mengeluarkan sebuah amplop kecil bewarha hitam dari saku jaketnya.

Ia memberikannya pada Liona.

"Ini!" Liona menerimanya.

Lalu kembali menatap Rain.

"Ini apa?"

"Kalimat terakhir gue, buat dia. Tolong, datengin pemakan dia, buat gue."

Liona tersenyum kecil dan mengangguk.

"Gue pasti sampein pesan lo ke dia."

"Satu lagi."

Dua kata itu, dapat merubah ekspresi Rain menjadi lebih serius. Tatapan matanya seakan memperlihatkan kemarahan.

"Gue mau, lo ngebuat hidup dia hancur."

Kerutan halus terlihat di dahi Liona.

"Dia siapa?"

"Joash?"

"Joash? Wait, Joash teman sekelas kita. Yang selalu dapat peringkat ketiga itu?"

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang