39- CC: Itrium

24.3K 4.9K 1.4K
                                        

Pertama dan utama marilah Vote dan Komen terlebih dahulu.

Ingat, komen yaa, aku suka komentar kalian. Hehhee.

Happy Reading

"Rain!"

"Gue dimana?"

Semuanya gelap.

"Rain!"

Suara itu lagi. Menggema untuk kesekian kalinya.

"Siapa?"

Rain berteriak. Tapi, tidak ada yang menjawabnya. Selain, suara yang memanggilnya.

Rain berputar. Mencari sebuah cahaya. Tapi, sedikitpun cahaya itu tidak terlihat.

"Rain!"

Rain memilih, mengikuti suara yang memanggilnya. Berjalan secara terus menerus. Ia tahu, ini ruang hampa karena ia tidak bersenggolan dengan apapun.

Rain melihat setitik cahaya. Ia berlari. Mengikuti cahaya itu. Dan tiba tiba, ruangan yang tadinya gelap menjadi bercahaya. Ruangan yang tadinya ia kira hampa. Menjadi sebuah hutan.

Rain terus berjalan. Mengikuti langkah kaki yang tidak tahu akan membawanya kemana.

Hingga, sebuah rumah pohon mini terlihat. Tidak jauh dari tempat ia berdiri. Seorang laki laki dengan rambut pirang kecoklatan terlihat. Ia membelakangi Rain.

Wajahnya tidak terlihat.

Rain melangkah. Satu atau dua langkah.

"Hei!" panggil Rain.

Seseorang itu, langsung berbalik. Tubuh Rain terdiam. Matanya bahkan tak berkedip. Detak jantungnya seakan ingin berhenti. Ketika mata hazel milik laki laki yang menggunakan seragam. Dengan sebuah pin berlambang W, menatapnya.

Mata Rain berbinar. Ia tersenyum. Tapi tidak dengan laki laki itu. Tatapannya kosong.

"A-Arthur?" lirih Rain. Air matanya jatuh begitu saja.

Rain melangkah dengan gontai. Laki laki remaja yang ia panggil dengan panggilan Arthur itu juga bergerak.

Langkah Rain terhenti. Mata Rain membulat. Ketika laki laki remaja itu mengeluarkan sebuah pistol semi otomatis dari balik punggungnya.

"Ja-jangan Arthur! Aku mohon!"

Laki laki itu, seolah tidak memperdulikan teriakan Rain. Ia mengangkat pistol itu. Membuat ujung pistol itu bersentuhan dengan kepalanya.

"Arthur, aku minta maaf. Aku mohon, jangan!"

Rain dapat melihat dia telah meletakkan jari telunjuknya di pelatuk pistol.

Rain menutup mulutnya. Tubuhnya terasa lemas.

Rain berusaha untuk berlari. Ia ingin mengambil pistol tersebut.

Tapi semakin ia berlari. Semakin jauh posisi laki laki itu untuk di gapai.

"JANGAN ARTHUR, JANGAN PERGI!" teriak Rain sambil berlari.

Laki laki itu tersenyum tipis. Tetapi, dari matanya yang terlihat hanya sebuah kesedihan.

"ARTHUR, AKU SAYANG SAMA KAMU!!"

Tidak, ia terlihat tidak perduli.

"Gak, jangan lagi," lirih Rain yang langkahnya semakin melambat.

"Jangan pergi!"

"Aku mohon..."

Dan...

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang