25- CC: Mangan

26.3K 5.1K 588
                                        

Jangan lupa Vote terlebih dahulu part ini.

Jangan pelit juga buat komen. Kan aku jadi semangat Up nya.

Happy Reading

"Makasih, Liberty."

*

Desiran angin malam, begitu terasa di kulit putih Melody. Tetapi, itu tidak sebanding dengan yang ada dalam pikirannya saat ini.

"Mungkin, kehadiran gue gak diinginkan  sama sekali."

Kejadian beberapa menit lalu, begitu membekas dalam pikirannya.

Dan juga....

"Melody!"

Matanya terpejam ketika mendengar suara yang terdengar familiar itu. Menurut Melody, beberapa menit yang lalu, ia juga telah melakukan hal bodoh.

"Please, pergi..."

Melody dapat merasakan, bahwa seseorang yang ia ketahui bernama Liberty--teman sekelasnya. Telah duduk di sampingnya.

Di kursi putih taman rumah rumah sakit.

"Lo... udah, baikan?"

Melody menghela napas pelan.

"Bodoh lo Dy."

Karena tidak ada jawaban apapun, Liberty akhirnya memberi sebuah botol air minum mineral kepada Melody.

Melody terdiam sejenak. Ia masih dengan posisi menghadap ke depan. Tetapi arah pandangan matanya pada botol minuman tersebut.

Ia masih malu dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

Melody kembali menutup matanya sejenak. Menghitung 1 sampai 3. Lalu kembali membukanya. Akhirnya ia mengambil botol minum tersebut.

"Thanks."

"Iya."

Melody membuka tutup botol tersebut. Meneguknya beberapa kali.

Dari samping, Liberty dapat melihat mata merah Melody. Lalu sedikit bengkak. Ia bingung, kenapa Melody tiba tiba menangis dan itu dalam pelukannya.

Ia tidak tahu jawabannya. Karena Melody hanya diam setiap di tanya.

Sampai pada, Melody menutup tutup botol itu.

Mungkin, ini saatnya ia bertanya.

"Lo... udah baikan, Dy?"

Melody menghela napas pelan kembali.

"Ini udah kesebelas kalinya, lo nanya dengan pertanyaan yang sama."

Liberty menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal itu.

"Itu karna, lo diam aja setiap di tanya. Jadi, jawaban lo kan bisa bermakna konotasi."

Melody kembali menghela napas pelan. "Gue baik."

"Syukurlah."

Lalu hanya hening yang menyisakan.

Ketika angin malam semakin berhembus. Membuat Melody semakin merasakan kedinginan. Liberty dapat melihat itu. Ketika Melody, sesekali mengusap kedua telapak tangannya.

"Dingin Dy?"

"Iya."

"Maaf ya."

Kerutan terlihat di dahi Melody. Ia menoleh ke arah Liberty. Dari ekspresi Liberty, ia dapat melihat rasa bersalah dari wajah cowok itu.

CHAMPION CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang