53. Langit dan masalalu

352 35 3
                                    


Selamat membaca kisah Langit

Bab 53| Langit dan masalalu.

*****

"Lo yang namanya Arin?"

Seseorang bicara pada Arin dari belakang tubuhnya membuat Arin berbalik mengarah pada orang tersebut. Arin sedikit terkejut saat mengenali siapa orang itu dan mengangguk sebagai jawaban.

"Yang suka sama Langit?" tanya orang itu lagi.

Arin hanya terpaku pada pertanyaannya dan tak tau harus menjawab apa. Arin memang menyukai Langit, tapi apakah pengakuan bahwa dia menyukai seseorang itu penting? Arin hanya diam tanpa memberikan reaksi apapun. Cukup terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu. Aneh saja rasanya.

"Akhir-akhir ini gue sering liat lo makin deket sama Langit," ucapan itu terdengar sinis dengan nada tak bersahabat.

"Ngarep jadi pacarnya, lo?" lanjutnya mengangkat sudut bibirnya ke atas membuat Arin mengeratkan giginya tidak suka dengan pertanyaan di luar batas itu.

Arin itu terkenal dengan keberaniannya, maka jangan heran jika Arin memberontak saat dirinya merasa tidak aman dan merasa disudutkan seperti ini. Arin maju satu langkah di depan Shea dengan gestur menantang. Dia tidak takut sama sekali.

"Kenapa? Masalah buat lo?" tanya Arin mengintimidasi. "Nggak rela Langit jadi milik gue?"

"Hah, nggak usah ngimpi lo! Sebelum niat baik gue hancur, mending lo jauhin Langit. Kasian banget gue sama hidup lo. Menyedihkan!"

"Siapa gue lo ngurusin hidup gue?!" tanya Arin marah.

"Langit itu belum selesai dengan masa lalunya. Jadi jangan terlalu berharap kalau lo bakal nempatin hatinya Langit seutuhnya, percuma. Sekeras apapun lo berusaha lo nggak akan pernah bisa. Jadi daripada semua perjuangan lo sia-sia, gue saranin mending lo jauhin Langit."

"Masalalunya? Maksudnya, karena lo gitu?" tanya Arin dengan lantang meski dia ragu. Shea hanya tersenyum tipis tanpa arti dan menggelengkan kepalanya.

"Bukan gue sih, tapi semoga lo beruntung," tutup Shea sebelum berlalu pergi dari hadapan Arin. Arin hanya diam terpaku mencari inti dari pembicaraan itu.

"Ngilang terus.... Lo hobi banget ya pergi nggak bilang-bilang biar gue cari, iya?" tanya Anan muncul di depan Arin.

"Gue bukan anak kecil yang harus selalu berada di penjagaan lo," ucap Arin lalu pergi dari tempatnya berdiri. Mood-nya seketika menjadi hancur.

"Tapi lo emang kayak anak kecil yang harus selalu gue jaga."

"Gue bukan anak lo!"

"Ya udah lo mau nggak jadi ibu dari anak-anak kita nanti? Hm?"

"Nggak! Setres lo!"

"Kalau gue yang jadi ayahnya dari anak-anak lo nanti gimana? Mau kan?" tanya Anan berjalan ke belakang di depan Arin membuat cewek itu melotot karena akses jalannya terhalang.

"Nggak akan pernah terjadi. Minggir lo!"

"Sialan lo, Rin! Bisa-bisanya lo nolak orang seganteng gue? Nggak nyesel lo?!" tanya Anan heran sekaligus geram bukan main.

"Orang seganteng lo nggak selevel dengan orang jelek kayak gue. Percaya deh, sama gue. Lo nggak pantes sama gue."

"Yah, merendah untuk dilamar emang. Lo nggak punya kaca di rumah apa gimana, Rin? Masih aja nganggep kalau lo nggak cantik. Langit aja yang dulu nolak lo mentah-mentah juga akhirnya suka juga sama lo, 'kan? Nggak usah insekyur!" tanya Anan mengikuti Arin di sebelahnya saat menaiki tangga menuju kelasnya.

LANGIT [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang