05. Terus Terang

1.4K 104 2
                                    

"Kita mau ngomongin apa?"

Langit yang sedari tadi menautkan kedua jari tangannya di atas meja sedikit melirik ke arah Shea. Dia membenarkan posisi duduknya sambil bersandar di sandaran kursi. Hanya beberapa detik, karena Langit kembali memosisikan duduknya menjadi tegak, lalu menunduk dan mengulangnya sampai beberapa kali.

"Langit, kamu dengerin aku 'kan?" tanya Shea lagi. Cewek itu merasa tidak nyaman karena suasananya berubah awkward semenjak dia menolak Langit seminggu yang lalu.

Langit menunduk kaku. "Iya," jawabnya.

Langit tak pernah segugup ini ketika berhadapan dengan Shea, bahkan ketika dia menembak cewek itu Langit tidak mengalami kendala apapun meski harus berakhir tidak memilikinya.

"Yang diomongin Gerka bener?" Akhirnya satu pertanyaan itu keluar dari mulutnya.

"Soal aku jadian sama Anan?" balik tanya Shea ingin penjelasan lebih.

"Iya."

"Langit marah?"

"Enggak."

"Langit kecewa?"

"Sedikit."

"Kenapa?"

"Kamu masih butuh jawaban?"

Hembusan napas berhasil lolos dari bibir Shea. Cewek itu sekarang lebih tertarik menikmati suasana kafe dengan desain interior dan ornamen-ornamen yang tertempel di setiap sisi dindingnya.

Suasana kafe sore ini tidak seramai hari biasanya, Shea merasa terjebak di tempat ini sendirian. Dia merasa seperti dihantam harapan untuk mengingatnya tentang apa yang dulu pernah Shea inginkan. Tentang sebuah harapan yang disia-siakan demi menerima cinta dari orang lain tanpa direncanakan.

"Aku udah nyaman sama Anan, Lang. Aku gak mau ngecewain dia," jelas Shea.

"Aku gak maksain perasaan lo."

"Aku mau kita temenan aja," saran Shea setelah memberanikan diri menatap sepasang mata hitam itu walau sesaat.

Tapi aku pengen lebih dari itu. Batin Langit sedih.

Sebagian banyak orang pasti akan bahagia jika melihat orang yang kita sayang bahagia. Bahkan tidak jarang dari sebagian orang mengorbankan kebahagiaannya, melukai dirinya demi seseorang yang berarti dalam hidupnya.

Tersenyumlah. Satu kata itu terus diucapkan Langit dalam hati. Cowok itu tersenyum setulus mungkin agar dia terlihat tegar dan bersikap bahwa dia baik-baik saja. Dia tidak merasa bersedih hati walaupun sebenarnya patah hati.

"Aku sayang sama kamu," ucap Shea kepada Langit setelah mereka berdiam diri selama beberapa menit.

Mendengar pengakuan tanpa aba-aba itu, Langit menoleh ke arah Shea. Langit tidak percaya, mungkin dia salah dengar.

"Tapi dulu, sebelum kamu mengenal Arin," sambung Shea kemudian.

Kali ini Langit menegakkan duduknya. Dia merasa ada yang salah dari ucapan Shea. Tidak mungkin Shea menyebutkan nama adik kelasnya itu.

"Arin?" tanya Langit memastikan bahwa yang dia dengar memang tidak salah.

"Iya, Arin."

"Dia cuma adik kelas, She."

"Iya, aku tau. Tapi cara kamu mandang dia tuh beda."

"Beda gimana?"

Shea tidak menjawab. Dia menghela napas sekali sebelum menyampirkan tas selempangnya ke bahu kirinya.

"Gue duluan ya Lang, yang tadi gak usah dipikirin," pamit Shea kemudian berjalan keluar dari kafe.

Sementara itu, Langit hanya mampu mengepalkan kedua tangannya menahan dirinya untuk tidak melampiaskan ke benda apapun yang ada di dekatnya.

   📖📖📖


SAKA BURUAN ...!"

Gadis berambut panjang terurai itu terlihat sedang menggedor-gedor pintu kamar seorang cowok dengan tidak sabar. Wajahnya yang sedikit tersentuh make-up kini berubah kusut seperti bangun tidur. Pahadal dia sendiri belum mengunjungi suatu tempat yang membuatnya repot-repot dandan agar terlihat anggun atau minimal seperti cewek pada umumnya.

Gadis itu bernama Arina Labilade.

"Apa sih, lo berisik tau gak?"

"Lo mandi, habisin sabun atau nguras air tampungan?" sembur cewek itu.

"Main bebek-bebekan. Gitu aja masih nanya."

Cowok jangkung itu kembali masuk kamar lalu keluar sambil mengenakan jaket jins. Aroma mint mengudar di udara membuat gadis yang mengikuti langkah cowok itu ikut menikmati aroma khas darinya.

Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil menuju tempat pesta ulang tahun temannya Saka yang diadakan di sebuat kafe.

"Lo kenapa gak ngajak pacar lo aja sih! Gak guna ngapain dipacarin."

Cewek itu masih saja menggerutu sambil mencecar Saka di sepanjang jalan yang dia lewati. Saka tidak pernah marah, sekalipun ucapan Arin selalu menyinggung dan menyakiti perasaannya.

"Pacar gue gak ada pantes-pantesnya kalo ke pesta gandengan sama gue," jawab Saka tetap terlihat tenang.

"Diputus aja kenapa sih?"

"Iya, besok gue putus."

Arin melongo mendengar ucapan Saka yang terlihat ringan tanpa beban. Sampai sekarang pun, dia masih penasaran dengan tipe cewek Saka yang sebenarnya.

"Kok besok?"

"Oke, sekarang gue putus," ucap Saka sambil meraih ponselnya yang tergeletak di atas dashboard.

"Ya gak sekarang juga Saka... lo niat gak sih pacaran sama cewek lo!?"

"Bentar gue pikir-pikir dulu."

Arin mendengus kesal melihat Saka yang tampak berpikir serius. Dia memilih berpaling memandang jalanan daripada menonton ketololan Saka yang kelewat akut.

Cowok itu memang humoris, tapi label playboy yang kondang di sekolahnya cukup membuat reputasinya hancur setelah dia dikenal sebagai sosok wah ketika berada di atas stage menyanyikan beberapa lagu.

"Mikirnya besok lagi. Lo lemot!"

Saka tertawa lalu mematikan mesin mobilnya setelah terparkir dengan sempurna. Mereka berjalan beriringan ke dalam kafe yang ternyata sudah dimulai acaranya.

"Ka, pokoknya lo jangan jauh-jauh dari gue," pinta Arin sedikit manja.

"Idih... segitu nyamannya ya harus deket sama gue."

"Jijik!" Arin bergidik ngeri ketika Saka mengerlingkan sebelah matanya ke arah dirinya.

"Eh! bentar ya, gue mau jawab telepon pacar gue."

Arin mengangguk. Selangkah Saka meninggalkan Arin, cewek itu berujar, "satu detik."

Seketika Saka berhenti lalu melototkan mata. Arin tertawa.

"Iya-iya," ucap Arin kemudian duduk di salah satu kursi yang tersedia.

Sembari menunggu Saka, Arin membuka kunci layar ponselnya setelah layarnya menyala menandakan ada notifikasi masuk. Arin membelalakkan matanya setelah mengecek profilnya.

+628xxxxxxxxx

kita hrs ktmu

📖📖📖

Sejauh ini belom ada yang Vot+Men

mana suaranya dong, beri sedikit dukungan juga hehehe.

LANGIT [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang