Langit
"Aku tidak perlu khawatir. Perasaan dan pengakuan ku kira bukan sekedar omong kosong."
//"Arin! Kantin yuk."
Langit langsung menoleh dengan pandangan tidak suka. Entah apa reaksi anak-anak kelas XI IPS 1 Gerka langsung kabur ke toilet.
"Bercanda oi!" seru Gerka sebelum menghilang di belokan koridor.
"Shea kayaknya cemburu sama Arin deh," ucap Gerka tiba-tiba muncul mengagetkan Langit.
Gerka menyeringai tak berdosa. Mungkin yang dikatakan Gerka memang benar jika Shea cemburu sama Arin. Langit tidak heran karena sejak tadi dia juga memperhatikan Shea. Di dalam kelas setelah istirahat pertama Shea juga terlihat banyak diam.
"Bukan urusan gue," ucap Langit acuh tak acuh sambil berjalan lurus ke depan.
"Yakin?" goda Gerka menyeringai jail.
"Serah lo," ketus Langit mempercepat langkahnya.
Di kantin tidak terlalu ramai. Langit memilih tempat duduk paling sudut dan hanya memesan minuman dingin. Gerka menyusul Langit membawa semangkuk bakso lalu duduk di depan Langit.
Gerka menoleh ke belakang, "Samperin tuh! gak kasian sama anak galau?"
"Emang dia galau?" balas Langit bertanya.
"Ya lo tanya ke orangnya lah...." Gerka memutar tubuhnya penuh sampai menghadap ke belakang. "She lo lagi galau ya?"
Shea mendongak dan tatapannya langsung mengarah ke Langit yang juga menatapnya. Shea merapikan anak rambutnya lalu menyeruput minumannya gugup tanpa menjawab.
"Harus Langit yang tanya biar jawab?" sindir Gerka bertanya.
Langit menginjak sepatu Gerka merasa tidak terima akan kelakuan temannya. Sekali lagi Langit menatap Shea dan gadis itu kembali menunduk. Langit beranjak dari tempat duduknya berniat menghampiri Shea.
"Kunyuk lo! bilang enggak akhirnya juga samperin," umpat Gerka setengah jengkel.
Langit menoleh lalu menusuk Gerka melalui tatapan matanya. Gerka nyengir lebar bermaksud minta ampun sambil menangkupkan kedua tangannya di udara.
Shea menarik napas panjang ketika Langit duduk di depannya. Ia merasa gugup sekaligus jantungnya berpacu berkali-kali lebih cepat dari bisanya.
"Lo ada masalah?" tanya Langit hati-hati.
Shea menurunkan bahunya lalu memberanikan diri menatap Langit. "Gue baik-baik aja kok Lang."
"Yakin?"
"Gue gak pa-pa," jawab Shea pelan.
"Biasanya cewek kalo bilang gak pa-pa nyatanya ada apa-apanya 'kan?"
Shea tidak langsung menjawab. Ia hanya berpikir jika Langit tidak perlu mencampuri urusannya. Shea bisa mengatasinya sendiri.
"Eh! Shea... tumben makan berduaan?"
Anan langsung duduk di sebelah Shea mengambil segelas minuman yang berada di depan Shea. Dia menatap Langit dengan pandangan sinis.
"Manis juga ya bekas lo," kata Anan tersenyum manis ke arah Shea.
Gadis itu tersenyum meskipun sedikit terlihat terpaksa. Ya, alasannya kenapa Shea diam karena Anan. Pacarnya sekaligus adik kelasnya.
"Kamu haus? aku beliin lagi."
Shea sudah setengah hendak beranjak, tetapi Anan menahan tangannya membuat Shea menghentikan niatnya.
"Duduk, gue mau cerita," ucap Anan melembut.
Langit langsung berdiri merasa terusir. Merasa tidak pantas berada di antara keduanya saat fokus Shea sepenuhnya tertuju ke arah Anan.
📖📖📖
"Gak! Gak! Enggak! Gak mungkin 'kan gue suka sama Langit?"
Hanin maupun Gia yang duduk di hadapan Arin saling bertukar pandangan. Arin baru saja bercerita tentang pertanyaan Anan hingga tantangan Anan untuk membuktikan jika Arin suka atau tidak dengan Langit.
"Mungkin."
"Enggak."
Arin ternganga mendengar jawaban kedua temannya yang tidak satu suara.
"Enggak."
"Mungkin."
Keduanya kompak mengoreksi jawabannya, tetapi tetap beda suara. Arin jengkel setengah mati.
"Cuma dibalik doang, apa bedanya Neng?"
"Gue tanya sama lo, jawab jujur. Lo suka sama kak Langit?" tanya Gia baik-baik.
Arin langsung merebahkan kepalanya di atas meja. Kedua temennya ini kadang tidak bisa diandalkan saat pikiran Arin sedang genting. Arin semakin menahan kekesalannya saat Gia malah menanyakan pertanyaan yang sama dari Anan.
"Gue suka sama Langit!"
Ucapan Arin sekilas mirip pertanyaan, tapi entah kenapa itu terdengar seperti pengakuan. Hal gila apa lagi yang Arin lihat ketika kedua temennya menatap ke arah pandangan yang sama dengan kedua matanya terbuka lebar dan mulutnya ternganga.
Kejadian itu terjadi bebetapa detik membuat Arin menoleh ke belakang. Mungkin saja mereka sedang melihat tuyul kelaparan pikirnya. Entah ini nyata atau mimpi buruknya Arin memberikan reaksi yang sama seperti kedua temennya.
"Dia denger?" bisik Arin bertanya sambil menutup sebagian wajahnya dengan tangan.
Hanin dan Gia menggelengkan kepala terlihat polos.
Arin berdiri dengan gerakan cepat menghadap Langit yang berada di belakangnya.
"Bilang lo gak denger apa yang gue omongin!" seru Arin tidak santai.
Langit mengerutkan keningnya bingung.
"Lo ngomong apa?" tanya Langit polos.
Arin tertanga mendengarnya. "Lo gak mungkin gak denger 'kan?" balik tanya Arin ngotot
Langit diam untuk beberapa detik. Dia memperhatikan Arin sebentar lalu menarik napasnya.
"Lo...," ucap Langit menggantung.
Arin menelan ludah menunggu apa yang akan diucapkan Langit.
📖📖📖
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA LANGIT
LANJUTKAN YA
1.)Ucapan Langit yang terakhir itu kira-kira apa
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...