SELAMAT MEMBACA KISAH ARIN DAN LANGIT
"Kesalahanku hanya satu; aku selalu memperhatikannya meskipun tak ingin melakukannya."
//
Priiitttt...!!!
Peluit panjang dibunyikan tanda permainan bola basket segera dimulai. Istirahat pertama hari ini kelas 12 IPA 1 dan 11 IPS 1 mengadakan tanding basket yang dilaksanakan di lapangan outdoor.
Masing-masing tim pemain basket masuk ke dalam lapangan setelah berdiskusi tentang stategi permainannya ketika di tepi lapangan. Sekarang saatnya mereka menunjukkan skill dan kehebatan mereka dalam bertanding untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
"Pawang bola basket gak bakal kalah," sombong Anan menyeringai bangga.
"Lo pasti menang!"
Hanin dan Gia berteriak menyemangati. Arin sendiri memilih duduk di salah satu kursi panjang yang tersedia di tepi lapangan. Sebenarnya Arin tidak begitu simpati jika bukan atas nama soliaritas untuk kelasnya.
"Bintang lapangan bosen menang...!" balas Anan berjalan mundur dengan nada sedikit berteriak.
Arin mencibir tanpa suara. Anan itu sebenarnya ganteng sih, tapi belagu, songong, sombong, percaya diri tingkat tinggi. Ah! pokoknya Arin tidak suka, apalagi cara Anan menantangnya jika Arin memang tidak menyukai Langit ketika di kantin tadi. Arin malas menanggapinya.
"Rin, lo lihat tuh di sebelah sana," tunjuk Hanin ke arah gerombolan kelas dua belas yang sedang berteriak heboh menyebut nama Langit.
Arin menatap heran ke arah Hanin. Dia sama sekali tidak mengerti maksud Hanin menunjuk salah satu cewek yang tengah berdiri anggun sambil bertepuk tangan.
"Lo suka sama dia?" tanya Arin enteng yang justru dihadiahi pelototan dari Hanin.
"Lo kalau mau tanya yang berbobot dikit kek, ya kali mau gue jawab iya."
"Serius lo suka sama dia?"
"Enggak, bego!" kesal Hanin memanyunkan bibirnya.
Hening sesaat. Hanin dan Arin kompak mengarahkan pandangannya ke arah gerombolan kelas dua belas. Mereka kembali menatap cewek berkucir kuda yang tadi ditunjuk oleh Hanin. Melihat kedua temannya bergeming, Gia mengikuti arah pandangan mereka lalu menyipitkan matanya.
"Itu kak Shea 'kan? pacarnya kak Langit."
"Pacaran?" Sontak Arin dan Hanin kompak menoleh ke arah Gia dan menanyakan satu pertanyaan yang sama.
"Lo serius?" serbu Arin tak percaya, karena yang Arin tahu Shea itu pacaran sama Anan. Bukan sama Langit.
Gia langsung menutup telinganya dengan kedua tangannya. Reaksi kedua temannya itu benar-benar berlebihan. Seketika muka Gia menjadi masam lalu berdecak kesal saat kedua temannya itu melototinya ingin meminta penjelasan lebih.
Hanin memutar bola matanya malas. Dia menarik ujung rambut Arin membuat si empunya meringis kesakitan.
"Sakit bego!" keluh Arin mengelus-elus kepalanya.
"Lo heboh banget deh. Kalau denger dari bebep Gilang sih, katanya kak Shea pacaran sama Anan."
"Anan!" Gia langsung berseru tidak terima. "Anan yang ganteng itu?" lanjut Gia menunjuk ke arah Anan yang sedang merebut bola basket dari lawannya.
"Idih... jijik amat kayak gitu masak dibilang ganteng," sahut Arin menatap Anan.
"Anan ganteng tau," bela Hanin menyetujui pendapat Gia.
Ya, Anan memang ganteng. Secara fisik Arin mengakui hal itu. Hanya saja Anan itu cacat jiwa, dia tidak punya perasaan dan berhati dingin. Sejak kejadian dia jatuh dari motor beberapa hari lalu Arin malas mengakui segala kelebihan yang dimiliki Anan. Arin tidak suka cara Anan memperlalukannya. Dia tidak yakin jika dia tidak terlibat dengan Anan lagi jika dia menyanggupi tantangan Anan.
"Jadi hubungan Langit sama Shea itu apa?" tanya Arin ke topik awal.
Arin hanya ingin memastikan apa yang dia dengar saat di kantin waktu itu benar atau salah, meskipun dia tidak perlu melakukannya.
"Friendzone," jawab Hanin lalu tertawa renyah.
"Serius lo? berarti kak Langit suka sama kak Shea? Cinta bertepuk sebelah tangan?" tanya Gia memberondong lalu tertawa seperti halnya Hanin setelah menganggukkan kepalanya meng-iyakan pertanyaan Gia.
Arin berdecak sebal kemudian berusaha fokus mengikuti jalannya pertandingan. Dia mengabaikan kedua temannya yang masih menertawakan sesuatu yang menurut Arin tidak lucu.
Jadi yang gue denger itu bener?
Arin tanpa sengaja memperhatikan Langit yang tengah mendrible bola basket melewati beberapa lawannya mendekati jaring lawan berusaha untuk mencetak angka, tetapi gagal karena bola basket melambung tinggi mengenai papan jaring.
"Yah....," sorak para suporter terdengar kecewa.
"Semangat Gilang!" seru Hanin berteriak heboh sambil berdiri membuat gerombolan kelas dua belas mengarah padanya. Tidak hanya itu, gerombongan teman sekelasnya pun mengarah padanya.
Hanin nyengir lebar sambil menggaruk kepalanya salah tingkah. Kemudian dia mengangkat jarinya membentuk huruf V.
"Asli lo!" maki Gia menonyor kepala Hanin. "Gue bela-belain anak IPA berdiri di barisan ini demi keramaian kelas lo, lo malah seenak jidat mendukung kelas lawan. Bego!"
"Maap bep," kekeh Hanin tak berdosa.
Arin hanya diam mengabaikan kedua temannya yang ribut. Pertandingan kembali berlangsung tetapi Arin sudah bosan. Dia berdiri hendak meninggalkan lapangan.
"Awas Rin!"
Itu suara Saka. Arin langsung terkesiap saat bola basket yang melambung tinggi dari arah lapangan akan mendarat tepat di muka cantiknya. Iya kan cantik? Soalnya Arin kan perempuan. Hehehe.
Untung saja bola bisa ditangkap Arin dengan mudah, Saka bernapas lega karena bola itu tidak melukai Arin. Posisi yang paling dengat dengan Arin adalah Anan, jadi cowok itu mengambil bola dari tangan Arin.
Saat ini bola sudah berada di tangan Anan karena cowok itu merebutnya dengan kasar. Akan tetapi, cowok itu tidak langsung pergi dan malah memangkat jaraknya dengan Arin.
Arin terkesiap sambil menelan ludah.
"Kesalahan satu," ucap Anan menyeringai tajam. "Lo dari tadi ngawasi Langit," lanjutnya kembali berjalan menuju tengah lapangan.
Seketika Arin membeku tidak mampu berkata. Apakah sedari tadi Anan memperhatikannya? Entah kenapa sekarang Arin merasa takut dengan Anan meskipun dia bisa saja membalas apapun perlakuan Anan yang membuatnya terimidasi.
"Ngomong apa tuh anak?" tanya Gia kepo.
📖📖📖📖
Terimakasih sudah Membaca.
Lov deh😘
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...
![LANGIT [OPEN PRE-ORDER]](https://img.wattpad.com/cover/196466627-64-k403761.jpg)