Selamat membaca kisah Langit
"Lebih baik aku dengar kamu bahagia dengan yang lain. Daripada kamu harus bertahan dengan perasaan yang tak pernah bisa menyenangkanmu."- Langit Argiosi.
*****
"Semalam gue gak bisa tidur, anjir! Lo mau tau alasannya apa?" tanya Gerka bertanya pada Alan, Leo dan beberapa teman sekelas lainnya yang sedang duduk bergerombol di belakang kelas. Sedangkan Langit ikut duduk tapi hanya diam.
"Lo bukannya tidur dari sore Ger? Makanya subuh-subuh lo bangunin gue nelpon tanya-tanya tugas ke gue segala. Padahal sih dikerjain aja juga gak pernah," sahut Leo.
Gerka cengengesan sambil menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuk. "Semalem gue ngimpi dihukum sama pak Danang gara-gara gak ngerjain tugas, makanya pas gue bangun langsung nelpon lo!"
"Wuuu... dasar temen gak ada sopan santun lo!" kesal Leo menoyor kepala Gerka. Cowok itu meringis pelan.
"Sakit bego! Dasar temen gak ada akhlak!" sahut Gerka kesal.
"Eh! NGACA!" Leo memiting leher Gerka membuat Gerka mengaduh kesakitan dan minta ampun agar Leo segera melepaskan. Cowok itu mengelus-elus lehernya sambil mencibir Leo dalam diam setelah Leo melepaskan tangannya.
"Mau lo gue bikin babak belur kayak Langit?" ancam Leo secara terang-terangan mengatakan bahwa dirinya penyebab Langit babak belur. Sontak saja mereka langsung mengarahkan pandangannya ke arah Langit, tapi cowok itu hanya menoleh tanpa berkomentar.
"Jadi Leo yang mukulin lo, Lang?" tanya Alan baru tau. Sejak tadi dia hanya memperhatikan Langit tanpa berani bertanya karena hari ini Langit lebih banyak diam dari hari biasanya.
"Temen lo tuh emang gak waras Lan, main pukul anak orang gak kira-kira! Lo pikir Langit samsak apa!?" Gerka malah kesal sendiri dengan kelakuan Leo.
"Suruh siapa ikut campur. Kalau gue udah bilang gak usah ikut campur ya gak usah ikut campur, kayak tuh cewek penting aja buat lo, Lang!" ucap Leo kepada Langit. Lagi-lagi Langit hanya diam, tapi kali ini cowok itu menunduk. Dia diingatkan kembali kejadian tadi pagi di lorong saat Hilda mengajaknya bicara.
"Tapi lo kemarin emang keterlaluan Le!" sahut Alan yang kemarin berusaha melerai saat Leo mencengkeram kerah baju Hilda.
"Ah tai! Gak usah dibahas lagi," kesal Leo lalu duduk sambil bersandar pada dinding di belakangnya.
"Ngomong-ngomong adik tiri lo cantik juga Le, mau dong gue kenalin," ucap Alan pada akhirnya. Dasar cowok playboy satu ini memang gak buta kalau sudah menyangkut soal cewek.
"Males," jawab Leo singkat dan cuek.
"Sebenarnya gue juga punya niatan buat deketin Hilda sih, secara kan tuh cewek cantik dan bening," sahut Gerka ikut terpesona dengan Hilda. Cowok itu kemudian tersenyum sambil berangan-angan.
"Jadi namanya Hilda? Kelas berapa dia?" tanya Alan tertarik.
"Lo berdua gak usah macem-macem," ancam Langit dingin menatap tajam ke arah Gerka dan Alan secara bergantian. Dari nada suaranya terdengar serius, Langit tidak main-main dengan ucapannya. Dua cowok itu kemudian saling melongo dan berpandangan dalam diam.
"Apa kabar sama Arin, Lang?" tanya Gerka kepada Langit.
"Udah move on lo?" balik tanya Leo kepada Gerka. Mengingat waktu itu Gerka ditolak di depan umum.
"Arin bukannya pacaran sama Anan? Kemarin anak-anak pada gosip berita mereka pacaran," sahut Alan kalem.
"SERIUSAN!?" Gerka berseru heboh. "GAK KUAT HATI HAYATI INI DIBUAT PATAH HATI TIGA KALI SAMA RIRIN!!!" ucap Gerka memegangi bagian dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...
![LANGIT [OPEN PRE-ORDER]](https://img.wattpad.com/cover/196466627-64-k403761.jpg)