38. Kacaunya Perasaan Arin

963 80 4
                                        

JANGAN LUPA VOTE DULU

Selamat membaca kisah Langit

*****

"Mau ngomong apa sih!?" kesal Arin saat Saka menariknya sampai di atap gedung sekolahan. Tidak ada siapapun di sana, hanya ada mereka yang berdiri saling berhadapan di bawah sinar matahari yang mulai panas. Arin menyipitkan mata curiga dengan Saka yang membawanya sampai ke sini.  Jarang-jarang sekali Saka mengajak Arin ngomong sampai seperti ini. Terlalu serius.

"Mau minta hadiah dari lo," ucap Saka menengadahkan tangan. "Kan sekarang gue udah berhasil jadi ketua OSIS, lo katanya mau ngasih hadiah ke gue. Sekarang mana?" tanya Saka.

"Kirain apa, gue gak bawa hadiahnya kalau lo minta sekarang. Kemarin udah gue bawa tapi lo malah sok sibuk, jadi gak gue kasih ke lo, deh!" kata Arin.

Saka mengangguk pura-pura mengerti ucapan Arin. Dipandanginya sepasang mata Arin membuat Arin mengerjap beberapa kali. Arin mengalikan tatapan matanya ke samping, tapi saat kembali menatap Saka ternyata cowok itu sama sekali tidak mengalihkan pandangannya. Bahkan cowok menatap Arin tanpa berkedip membuat Arin menahan napas.

"Kenapa?" tanya Arin untuk menetralisir gugupnya. Sebelumnya mereka tak pernah secanggung ini.

"Gue udah putus sama Sely," ucap Saka memberitahu.

"Gue udah tau tanpa lo kasih tau," kata Arin. "Jadi cuma mau ngomong ini lo sampai bawa gue ke sini?" kesal Arin menatap sebal ke arah Saka.

Saka menggelengkan kepala masih menatapnya tanpa jeda. Tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun dari wajah Arin membuat jantung Arin berdetak tak senormal biasanya.

"Mau ngomong apa sih!? Cepetan! gue mau ke kantin," ucap Arin tak sabaran. Arin berdecak melihat Saka masih diam.

"Gue pergi nih," ancam Arin. Saka baru menghela napas kemudian mengalihkan tatapan matanya ke lain arah. Tidak tau harus berbuat apa. Saka menunduk kemudian menatap Arin kembali lalu berjalan satu langkah di depan Arin membuat jarak mereka begitu dekat. Hanya berjarak satu langkah orang dewasa.

"Gue suka sama lo Rin, dari dulu." Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutnya. Saka tau ini salah, hal semacam ini hanya akan merenggangkan hubungan persahabatan antara keduanya. Namun, semakin lama semakin diam dan hanya memendam, Saka semakin gila dibuatnya. Itu sebabnya kenapa Saka membuat pengakuan demikian.

Arin memejamkan mata sesaat lalu mengatur napasnya. Dari semua waktu dan kebersamaanya dengan Saka, kenapa cowok itu memilih mengungkapkan perasaannya di saat Arin kini telah menyukai Langit? Kenapa tidak dulu saat Arin masih menyukainya? Arin menggelengkan kepala tidak habis pikir.

Saka berdehem lalu mengangguk perlahan. Saka mengerti, dia telah membuat pilihan yang salah.

"Gue minta maaf kalau lo nggak nyaman dengan apa yang barusan gue omongin," ucap Saka serius.

"Kalau dari dulu, kenapa lo baru ngomong sekarang?" tanya Arin. Penasaran.

"Dulu gue terlalu yakin kalau lo gak ada perasaan sama gue."

"Sekarang lo baru yakin kalau gue ada perasaan sama lo?"

Saka menggelengkan kepalanya. Dia tidak tau perasaan Arin kepadanya. Hari ini biarpun itu hanya sebuah penolakan akan Saka terima. Dia sudah memikirkan bagaimana resikonya. Saka hanya akan mengungkapkan perasaannya, itu sudah cukup bagi Saka. Dia tidak akan berharap lebih.

LANGIT [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang