00.Prolog

4.4K 195 11
                                    


Langit

"Ku pertimbangkan sejak awal,
membalas tatapan matamu hanya membuatku takut menyukaimu."
______


"Anak IPS?"

Gadis berambut panjang terikat itu mendongak ketika kakak kelasnya melemparkan satu pertanyaan setelah membaca lembaran formulir milik dirinya.

Bukannya menjawab, gadis yang memiliki nama lengkap Arina Labilade itu tampak menggigit bibir bawahnya memperhatikan kakak kelasnya yang menjabat sebagai ketua OSIS di SMA Angsana.

Gak kuat, sumpah!

Udah genteng, terus waktu MOS beberapa hari lalu cowok itu memberi sebotol minuman ketika Arina... ya! Dia Arina. Arina sering dipanggil Arin atau Rin hampir mati kepanasan di lapangan sewaktu diberi hukuman karena tidak membawa ID card.

Masih diam, Arin beralih memperhatikan kakak kelas satunya yang tengah membuat pergerakan berdiri sambil memungut beberapa buku. Dia perempuan, dan Arin tidak tertarik mengetahui namanya.

"Lang gue ke kelas dulu ya," pamit anak itu.

Nah! Pergi aja sono... jauh-jauh! ganggu!

Cowok yang baru saja dipanggil Lang terpaksa menoleh lalu menganggukkan kepalanya.

Selalu seperti itu. Lang atau lebih lengkapnya lagi bernama Langit, cowok good-bad-boy yang memiliki sistem sikap yang berubah-ubah selalu menjadi daya tarik tersendiri di seantero sekolahnya. Namun, sikap Langit akan lebih mendominasi ketika bersikap cuek, terkadang dingin, atau kekiniannya disebut ice boy.

Harus diakui, pahatan wajah Langit memang tidak setampan Manu Rios. Meskipun Langit tidak memiliki tinggi badan seperti Suparwono, syukur alhamdulillah dia memiliki tinggi badan yang normal dan ideal serta dikelilingi banyak cewek. Hanya saja, Langit lebih memilih sendiri dan menutup diri.

Klek!

Pintu sekretariatan OSIS tertutup menyisakan dua orang di dalamnya. Arin tersenyum mengamati kepergian kakak kelasnya lalu beralih menatap Langit. Arin terlonjak kaget karena Langit tengah mencondongkan tubuh ke arahnya sambil memperhatikannya.

Untuk waktu sesaat Arin terpana sambil mengelus-elus dadanya. Hampir saja jantungnya melompat keluar dari tempatnya.

"Udah?"

"U-udah?" balik tanya Arin gugup.

Langit kembali fokus membaca lembaran formulir dan kembali memposisikan duduknya. Menyebalkan. Arin diabaikan lagi, tapi tidak masalah saat ini Arin bisa leluasa memandangi pahatan Tuhan yang menakjubkan ini.

"Alasan masuk OSIS."

"Alasan saya masuk OSIS?" ulang Arin meminta penjelasan lebih.

Hanya dengan tatapan tajam mengarah padanya Arin tahu jika pertanyaan tidak berbobot itu harus segera dia jawab. Jangan terlambat atau Arin akan mati hanya karena tatapan matanya yang menusuk.

"Pengen jadi ketua OSIS," jawab Arin mantap dan cepat.

Langit melebarkan matanya meskipun tak kentara. Peraturan di Angsana High school itu tidak ada ketua OSIS dari anak IPS. Anak IPS hanya pantas menjadi anggota OSIS atau minimal menjadi pengurus OSIS, tetapi bukan menjadi ketua OSIS. Pokoknya, anak IPS tidak layak menjadi ketua OSIS. Titik, gak pake koma.

Namun, bukan Arin namanya jika posisinya tidak disejajarkan. Maka kelak jangan heran kalau Arin akan bergelar sebagai pemberontak sebelum dirinya menggelar menjadi ketua OSIS.

"Gak boleh?" tanya Arin memastikan.

Tidak ada jawaban dari mulut Langit, dan itu menyebalkan. "Gue akan berjuang kalau anak IPS itu juga layak jadi ketos."

Gue? Sontak saja Langit menoleh ke arah Arin. Ini kedua kalinya anak IPS berbicara tidak sopan dan ingin mengajukan diri sebagai ketua OSIS. Pertama tadi seorang cowok dan sekarang perempuan. Mereka juga mengucapkan pelafalan yang sama : Gue akan berjuang kalau anak IPS itu juga layak jadi ketos.

Akankah dua adik kelasnya bisa mewujudkan harapannya?

Tunggu saja mereka bakal menjemput khayalannya sebagi ketua OSIS. Langit yakin mereka tidak akan berhasil.

Tuk! tuk! tuk!

Arin mengetuk ujung jarinya di atas meja sambil mengamati jam berdetak di dinding yang berhadapan dengannya.

"Udah?" tanya Arin setengah jengah. Nada suaranya menyerupai pertanyaan Langit beberapa menit lalu.

Langit mengernyitkan dahi tampak heran.

"Udah pertanyaannya?" ulang Arin memperjelas.

Langit mengangguk karena dia sudah selesai wawancara dalam seleksi penerimaan calon pengurusan OSIS. Niatnya Arin ingin berlama-lama lagi di ruang sekretariat OSIS bersama Langit, tetapi tenggorokannya terlalu kering karena sejak tadi ketos satu itu terlalu banyak memberi pertanyaan hingga Arin merasa kehausan.

______________


Itu... si Langit udah keliatan kek ice boy belom?

Karakter Langit berdasarkan part di atas.
1.) Bersikap cuek
2.) Terkadang dingin
3.) Menolong Arin waktu MOS

Jadi kalau menurut kalian, Langit itu seperti apa?

Jadwal update: 2 hari sekali.

Ingat-ingat ya....

LANGIT [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang