52|Dekat Tak Terikat
Selamat membaca kisah Langit
Pastikan Langit sudah masuk reading list favorit kalian.
Vote dan komennya sangat membantu serta gratis. Mohon dukungannya...
****
LANGIT"Tak apa menyalahkan diri. Pergi pun, akulah yang harusnya jadi tempatmu kembali—" Arina Labilade
****
"Kak Langit pernah kecewa nggak?" tanya Arin kepada Langit.
"Pernah."
"Sama aku?"
"Pernah."
"Kak Langit," ucap Arin memanggil dengan lembut.
"Apa?" tanya Langit sama sekali tidak mengalihkan tatapan matanya ke arah lain. Tetap tertuju pada Arin. Selalu. Pemandangan indah di depannya itu, tak akan Langit lewati lagi.
"Nggak papa. Manggil aja," jawab Arin menyengir lebar.
Langit tersenyum lalu mengalihkan sebagian rambut Arin yang menutupi sebagian wajah Arin ke belakangan telinga Arin. Cewek itu tersenyum bisa mengamati wajah Langit sedekat ini. Melihat senyuman Langit yang hanya ditunjukkan kepadanya. Semoga potongan kisah hari ini bukan sekedar mimpi. Arin ingin ini nyata. Arin tidak mau semesta menghalangi kebahagiannya. Lagi dan lagi.
"Kenapa nggak tanya?" tanya Langit kepada Arin.
"Tanya apa?" balik tanya Arin tak mengerti.
"Aku pernah kecewa sama kamu," jawab Langit pelan hampir berbisik. Seperti mengatakan sebuah keseriusan kepadanya. Arin semakin dibuat tersenyum karenanya. Alasannya sederhana, karena dia Langit Argiosi. Langit yang terlalu jauh itu, kini berada di dekatnya. Langit itu kini terasa mudah digapai meski Arin tak sepenuhnya sanggup untuk memilikinya.
Arin yang tadinya senyum, kini berubah murung.
"Kak Langit bener kok, aku emang selalu ngecewain kak Langit," kata Arin dengan nada sedih sambil menunduk pasrah.
"Kenapa ngomong gitu, Cantik?" tanya Langit penuh perhatian.
Arin yang tadinya murung, kini kembali senyum mendengar penuturan Langit barusan. Sederhana, tapi sanggup membuat Arin terpana.
"Kak Langit kenapa gitu, sih?"
"Gitu gimana?" balik tanya Langit bingung.
"Kak Langit berubah," tekan Arin sebal.
Langit mengerutkan kening bingung dan semakin tidak mengerti dengan perubahan sikap Arin kepadanya.
"Berubah gimana? Gue tetep Langit berbentuk manusia nggak ada yang berubah sama sekali Arin...," jawab Langit menjelaskan.
"Tuh, kan. Nyebelin."
"Nyebelin gimana, Arin?"
"Jangan panggil nama!"
"Sa-sayang?" panggil Langit Ragu dan kaku.
"Bukaaan!!!"
Arin dibuat gemas sendiri dengan tingkah Langit yang tak seperti biasanya. Arin belum terbiasa dengan sikap Langit kepadanya. Arin berdiri dari duduknya lalu berlalu dari hadapan Langit. Kembali menyusuri trotoar depan pertokoan di bawah langit sore dan cantiknya senja sebelum terbenamnya matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...