28. Masalah Baru

1K 82 2
                                    

 

Hai pembaca yang budimaan... finaly i'am come back (dih bahasa apaan tuh) pokoknya maap banget dah berbulan-bulan nggak up

Btw aku dah kls 12 sebentar lagi gue akan melepas almamater putih abu-abu (duh sedih banget😭😭) pokoknya sebulan ini gue panen ujin

Jadi, mohon dimaklumi guys...

Makasih yang tetap nunggu cerita ini

Lov😚
__________________________________

Arin tau, berangkat sekolah bersama pacar orang yang notabene-nya pacar kakak kelasnya sendiri sama saja menjebak dirinya dalam kandang singa yang siap menerkamnya. Apalagi ketika melewati koridor kelas 12 yang berada di lantai dasar, beberapa kakak kelasnya menatapnya secara terang-terangan lantaran dia berjalan dikawal Anan dan beberapa lainnya berbisik-bisik sambil menatap sinis ke arahnya.

"Dasar! Nggak tau diri."

"Kalau nggak tau diri jelas nggak mungkin di sekolah," seseorang dengan berani menyahut, "tapi di rumah sakit jiwa," lanjutnya.

Entah mau memaki atau mengucapkan terimakasih, bagi Arin dua hal itu sangat tidak tepat untuk situasi saat ini. Meski tadi pagi Anan menjembutnya secara tiba-tiba, di sisi lain dia baru saja membelanya. Mungkin nanti ketika di kelas Arin akan sedikit mengomel akan kelakuannya walaupun sepanjang jalan mereka berangkat ke sekolah Arin sudah mengomelinya habis-habisan.

"Ini yang terakhir Nan, gue males barurusan sama lo."

Akhirnya Arin tidak tahan, dia berbalik menghadap Anan ketika mereka berada di tangga dan hal itu membuat Anan menghentikan langkanya karena dia berada tepat di belakang cewek itu.

"Ya elah... gitu aja baper," cibir Anan dengan suara mengejek.

"GUE SERIUS!" tekan Arin penuh penegasan.

"Lagian orang lain juga bisa liat kalo kita tuh temen sekelas, udah deh, nggak usah dipikirin. Gitu aja dipersulit."

"Lo tuh bisanya cuma ngegampangin yah! Kalau ada orang yang tau, gue nggak tau lagi serendah apa gue di mata orang setelah kemarin ngasih pengakuan suka sama Langit dan sekarang gue harus jalan bareng sama pacar orang, kakak kelas gue sendiri lagi. Gue udah sehina apa Nan? Gue juga cewek, sekuat-kuatnya gue ngejalani kehidupan, gue juga bisa tumbang di tengah jalan."

"Eh! Kok, nangis sih! Rin? Jangan nangis dong...." Anan setengah panik menghapus jejak air mata yang turun melintas di pipi Arin. Anan tidak tau jika Arin seserius ini hingga cewek itu menangis di hadapannya.

Pagi penuh sialan apalagi saat Anan menghapus air matanya justru di bawah tangga ada Shea yang tengah memperhatikannya sedikit memperlihatkan wajah dengan penuh keterkejutan. Detik berikutnya, Arin mengabaikan Anan dan berlaku ke arah kelasnya.

Anan tau kenapa Arin pergi secara tiba-tiba setelah kepalanya menoleh ke belakang, di sana ada Shea yang tengah menatapnya dengan pandangan sayu. Baru kali ini Anan merasa bersalah kepada dua cewek sekaligus dalam waktu bersamaan.

"Maaf," ucap Anan ke arah Shea dan segera berlalu menyusul Arin ke kelasnya.

Hanya kata maaf itu yang terucap di bibir Anan. Shea ingin sekali percaya kepada Anan meski baru saja dia mendengar rumor tidak menyenangkan tentang pacarnya, tapi yang dilihat kali ini adalah kenyataan yang justu lebih menyakitkan daripada rumor yang tengah beredar. Shea melihat dengan mata kepalanya sendiri Anan menghapus jejak air mata Arin dan lebih mementingkan cewek itu daripada pacarnya sendiri.

"Lo ngapain ngikuti gue sih!?" geram Arin setengah frustasi saat Anan mengikutinya sampai di rooftop.

"Ya gue ngerasa bersalah sampai bikin lo nangis kayak gini," jawab Anan dengan nada khawatir.

"Dan tanpa rasa bersalahnya, lo malah ninggalin kak Shea demi gue? NINGGALIN PACAR LO SENDIRI?"

Mulut Anan sedikit terbuka, dia hendak bicara tapi dia telan kembali dan hanya mampu memandangi Arin tanpa jeda. Arin tau, tatapan itu bukanlah tatapan biasa. Kali ini beda, beda juga dengan perlakuan Anan dari hari-hari sebelumnya. Ada apa dengannya?

"Gue nggak bener-bener tulus sama dia," lirih Anan menundukkan pandangannya. "Gue malah lebih sering mengabaikan dan ninggalin dia."

Arn tersenyum sinis sembari menggelengkan kepala tidak percaya dengan pernyataan Anan. "Gue kenal lo berapa hari sih!? Sampai nggak sadar lo udah sebrengsek ini?"

"Gue dari dulu udah brengsek Rin, gue ngerebut Shea dari Langit karena gue nggak akan biarin cowok yang udah bikin adik sepupu gue menderita setengah mati bisa seneng tanpa beban gitu aja. Gue nggak akan biarin Langit dapetin apa yang dia mau dengan mudah selagi dia masih egois mikirin dirinya sendiri!"

Kini Arin yang dibuat bungkam setelah penjelasan panjang yang diberikan Anan. Arin sama sekali tidak tau pokok permasalahan yang terjadi di antara mereka, tapi Arin sangat tidak terima jika Anan harus melibatkan orang lain yang tidak bersalah menanggung beban yang seharusnya tidak dia rasakan.

"Lo salah udah melibatkan kak Shea yang nggak tau apa-apa. Gue minta, lo putusin kak Shea atau lo ngomong sejujur-jujurnya kalo lo nggak mau kak Shea bisa bersatu sama Langit."

■■■

(T B C)

LANGIT [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang