44. Masih?

855 75 1
                                    

Selamat membaca kisah LANGIT

***

"Lo udah putus dari Anan, Rin?" tanya Saka Litanjuana.

"Udah," jawab Arin tidak bisa menutupinya dari Saka.

Sejak penolakan itu Saka jadi menciptakan jarak antara dirinya dengan Arin. Tentunya alasan itu bukan karena Saka ditolak, melainkan Arin sudah memiliki pacar. Temen sekelasnya sendiri pula. Saka memang sakit hati, tapi rasanya sedikit lega saat dia bisa mengutarakan perasaannya yang dipendam selama bertahun lamanya.

"Pacaran nggak ada sebulan ngapain aja?" cibir Saka kepada Arin.

"Pamer ke orang doang," jawab Arin tak bersemangat.

"Kenapa?" tanya Saka.

"Kenapa apanya?" bingung Arin.

"Kenapa putus dari Anan?"

"Tau deh! Itu orang emang nggak waras. Udah maksa jadian, udah gitu juga main putus aja tanpa sebab. Saraf otaknya putus kali," kesal Arin.

"Lo suka sama Anan?"

"Enggak!" jawab Arin cepat.

"Terus kenapa mau jadi pacarnya?"

"Dia yang maksa."

"Dan lo mau?" sambung Saka menyudutkan Arin.

"Lo tuh kenapa sih, Ka?" heran Arin menghadap ke arah Saka.

Saat ini mereka berdua sedang berdiri di balkon rumah Saka. Cowok itu sedang bersandar pada teralis besi sebagai pembatas. Semilir angin sore menerpa wajah mereka membuat Arin menyipitkan mata saat menatap Saka.

"Cemburu?" tebak Arin.

Saka langsung menoleh ke arah Arin. "Iya," jawabnya tanpa beban.

Kini Arin yang dibuat diam dan bungkam akan jawaban Saka. Sama sekali tidak mengira jika Saka akan mengatakannya secara terus terang. Saka memperhatikan Arin dari samping. Cewek itu seperti terjebak dalam situasi membuat Saka tersenyum geli.

"Emang kalo gue cemburu lo bisa apa?" pancing Saka menggoda Arin. "Kok, malah diem?" sambungnya membuat Arin berdecak sebal.

"Lo kan bukan siapa-siapa gue? Ngapain juga gue pikirin," ketus Arin.

"Terus nanya gue cemburu enggak biar apa?"

"Tau ah!" kesal Arin.

"Dijawab!" paksa Saka kepada Arin.

"Iseng," jawab Arin membuat Saka tertawa karenanya. Jenis tawa menyebalkan yang Arin dengar membuat Arin ingin menendang Saka dari atas balkon. Mereka saling diam setelahnya. Tampak sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Lo mau denger cerita gue nggak?" Saka kembali bicara menatap Arin.

"Eggak!"

"Gue mau cerita," ujar Saka tampak serius.

"Gue bilang nggak mau."

"Gue bingung," ucap Saka mulai bercerita dan mengabaikan Arin yang tidak mau mendengarkannya.

"Gue nggak mau denger."

"Kemarin Hilda ngungkapin perasaannya ke gue. Katanya dia suka sama gue," beritahu Saka tetap mengatakan apa yang ingin dia katakan.

LANGIT [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang