Langit
"Semoga dugaan itu tidak berakhir pada harapan yang berujung menyakitkan."
//
"Udah gue bilang, bintang lapangan selalu menang... lo lihat sendiri 'kan? enggak ada yang sulit, monoton dan mudah diatasi."
"Elah Nan! lo aja nggak nyetak angka songongnya kebangetan," cibir Saka menjitak kepala Anan. Cowok itu meringis kesakitan lalu membalas perlakukan Saka kepadanya.
"Gue bosen menang Kunyuk! lo-nya aja yang takut kalah," balas Anan membela diri.
Selanjutnya langkah Anan dan Saka terbagi karena Saka bilang mau pergi ke toilet. Anan menghampiri Arin yang sekarang duduk tertunduk sendirian di bangku panjang tepi lapangan. Cowok itu sudah tidak melihat Hanin dan Gia yang tadi begitu heboh menyanyikan yel-yel kelasnya.
"Buat gue 'kan?" seloroh Anan mengagetkan Arin.
Cowok itu merebut sebotol air mineral dari tangan Arin lantas duduk di sebelah Arin membuat cewek itu mendongak. Arin menatap tidak suka ke arah Anan. Tapi cowok itu merasa masa bodoh dan langsung meminum air mineral dari hasil colongannya.
"Bekas gue Nan!" cegah Arin saat melihat Anan meminumnya.
"Telat," ucap Anan tidak peduli.
Arin mendegus kesal lalu kembali pada posisi awal. Dia tertunduk dengan perasaan gelisah. Arin tidak tau jika perasaannya seperti ini setelah mendengar ucapan Anan tadi ketika berlangsungnya pertandingan. Arin menatap sebal ke arah Anan setelah cowok itu membuang botol bekasnya ke tong sampah.
"Napa lo? gak ikhlas? entar gue ganti."
"BODO!"
"Yang lain mana?"
"Ke laut!"
"Sensi amat lo," sahut Anan memundurkan kepalanya.
"Ngapain lo duduk di sebelah gue?"
Anan terkekeh heran dengan sikap Arin hari ini. Cowok itu semakin ingin menggoda Arin. Dia lebih mendekatkan tubuhnya ke arah Arin dan hal itu dapat dilihat jelas oleh pacarnya Anan yang niatnya hendak menghampiri Anan menjadi urung. Cewek itu, Shea, dia kembali ke beradaan awalnya di gerombolan kelas dua belas yang belum membubarkan diri.
"Pantesin diri aja kalau semester dua gue bisa jadi pacar lo."
Kening Arin berkerut samar. Dalam hitungan detik dia menjauhkan diri dari Anan. Arin bingung dengan sikap Anan hari ini. Sok kenal, sok-sokan jadi peramal, Arin berpikir jika Anan sedang kerasukan setan di pohon jambu belakang sekolah. Arin bergidik ngeri ketika membayangkannya.
"Ngaca lo sebelum kaca enek liat muka lo," ketus Arin lantas beranjak dari tempat duduknya.
Anan hanya terbahak meskipun sebenarnya tidak ada yang lucu. Dia merenggangkan kedua tangannya sambil kepalanya menoleh ke arah kepergian Arin. Dia bisa melihat jika Arin pergi dengan perasaan dongkol.
"Misi masih berjalan!" teriak Anan ke Arin.
Cewek itu menolehkan kepalanya masih mendengar ucapan Anan. Dia memincingkan mata saat Anan menyeringai penuh arti. Arin benar-benar kesal setengah jiwa jika dia harus meladeni kemauan Anan.
"Unfaedah!" balas Arin berteriak lalu berlari sambil menutup kedua telinganya tidak ingin mendengar jawaban Anan.
📖📖📖📖
Jam kosong pada saat pelajaran biologi siswa kelas XI1 IPA 1 mencatat materi 'Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan' yang ditulis di papan tulis oleh sekertaris dan tentunya tidak semua siswa mencatat.
Memang sudah tradisi jika pada saat jam pelajaran kosong 75% siswa memilih tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru piket kecuali jika harus dikumpulkan.
Sedari tadi Langit memperhatikan Gerka yang menatap ke arah depan, tetapi tidak mencatat. Sahabatnya itu terus saja memainkan bolfoin yang ada di tangannya.
"Ngapain lo?" heran Langit menghentikan aktivitasnya sejenak.
Gerka menoleh ke arah Langit dengan kedua alis saling bertautan. Cowok itu kembali mengarah ke depan papan tulis tidak mempedulikan pertanyaan Langit.
"Kantin yok," ajak Gerka menyiku lengan Langit.
"Belom istirahat."
"Yaelah, hidup dibawa sepaneng mulu lo! kapan bahagianya?" kesal Gerka menutup buku catatan biologi milik Langit lalu dimasukkan ke dalam laci mejanya. Langit menusuk Gerka melalui tatapan tajamnya yang justru dibalas cengiran lebar dari Gerka.
"Lo gak denger intruksi suruh catat materi di papan tulis?"
Gerka menggelengkan kepala tanpa rasa berdosa. "Enggak, lagian tadi udah gue baca."
"Ditulis!" perjelas Langit nada suaranya naik satu oktaf.
Gerka heran sama Langit. Dia itu pelajar kaku yang tidak menikmati masa putih abu-bunya padahal masa itu tidak akan terulang lagi. Gerka mengamati sekeliling kelasnya yang kini tersisa setengahnya. Sebagian pergi ke kantin atau lapangan, sebagian lagi menggerombol di belakang kelas.
"Heran deh! itu si Wati nulis di papan tulis cuma nyatetin buat lo?" tanya Gerka lalu terkekeh.
Sontak saja Langit langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas dan melihat dirinya sendiri yang tengah mencatat. Dia menggaruk pelipisnya bingung lantas menoleh ke arah Gerka. Ucapan Gerka memang benar, hanya dia yang sibuk mencatat dan Wati yang masih menjalankan tugasnya.
"Ya udah kantin yok," putus Langit meletakkan bolpoinnya lalu beranjak dari tempat duduknya.
Gerka terbahak menghadapi satu temannya itu. Sikapnya seperti musim pancaroba, dari yang tadi bersikap tegas kini malah mengikuti kemaunnya. Dasar anak plin-plan, Gerka sudah tidak heran dengan sikap Langit yang seperti Itu.
"Gak konsisten lo," cibir Gerka ikut beranjak dari tempat duduk lalu maju ke depan.
"Wat! mending lo duduk deh! kasian lo capek-capek nulis tapi gak ada yang nyatet," ucap Gerka menghampiri Wati.
Cewek yang memiliki kepribadian introvert itu membalikkan badannya menghadap ke sumber suara. Dia tidak peduli jika teman sekelasnya tidak ada yang mencatat, terpenting dia akan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya sebagai sekertaris kelas.
"Gak pa-pa," jawab Wati lalu tersenyum.
"Materinya foto aja entar kirim ke grub kelas. Lo dengerin omongan Gerka," pesan Langit sebelum keluar kelas.
"Nah! dengerin," kata Gerka lantas mengikuti langkah Langit di belakangnya.
Gerka menepuk bahu Langit saat melewati kelas 11 IPS 1. Kepalanya sedikit melongok ke dalam kelas tersebut karena pintu kelasnya terbuka dan dia melihat sosok cewek ketika di lapangan tadi.
"Arin! kantin yuk."
📖📖📖📖
Btw... ini cerita nyambung gak sih?
1.) Jadi misi Anan itu apa?
Lov deh😘
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...