Plak!
Satu tamparan melayang ringan di pipi Langit. Rasanya panas, dia yakin itu membekas. Mungkin juga akan tetep membekas di ingatannya untuk pertama kalinya dia ditampar oleh seorang cewek. Rahang Langit mengeras menatap cewek di depannya.
"Gue ada salah apa salah apa sama lo! Kalau sejak awal lo gak terima gue masuk OSIS, harusnya sejak awal lo gak lolosin gue masuk OSIS!"
Arin masih ingat jelas waktu kelas sepuluh saat wawancara pendaftaran anggota OSIS Langit terlihat tidak suka jika Arin mengikuti organisasi itu. Walaupun pada akhirnya Langit sendiri yang menerima Arin ikut serta dalam organisasi pengurusan OSIS.
"Gue udah setengah jalan Kak, kalau gak ngebiarin gue berharap dengan usaha gue sendiri. Seharusnya Kak Langit gak biarin gue berharap dari awal!"
Arin mengepalkan kedua tangannya saat air matanya lolos begitu saja di depan Langit. Arin memejamkan mata sesaat sebelum dia pergi dari kantin, sedangkan Langit tampak diam dengan tatapan kosong. Dia cukup tertegun ketika melihat Arin menangis.
Apa gue keterlaluan? pikir Langit.
"Lo suruh ke kantor guru ngapain ke sini?"
Langit menoleh ke samping. Dia mendapati Aldo yang tampak geram melihatnya. Mungkin karena saat ini Langit berada si kantin.
"Gue disuruh ambil pesanan Bu Tika," jawab Langit seadanya.
Aldo memperlihatkan muka masamnya. "Apa yang lo ambil? Kertas sobek-sobekan itu?" tunjuk Aldo mengarah ke tangan Langit.
"Gue cabut," pamit Langit membuang kertas tersebut ke tempat sampah lalu kembali berjalan ke ruang guru mengabaikan temannya.
Satu hal yang terus Langit pikirkan setelah peristiwa di kantin tadi. Sekarang Langit merasa bersalah. Langit tidak tau jika kejadiannya harus membuat anak orang nangis.
Langit merapatkan duduknya di sebelah Gerka lalu menepuk pundaknya secara pelan.
"Lo udah pernah buat anak orang nangis belum?"
"Udah," jawab Gerka singkat tanpa menoleh.
"Udah itu, terus lo apain?"
Sejenak Gerka menghentikan aktifitas bermain Game-nya. Fokusnya kini beralih ke arah Langit.
"Kalau udah nangis ya udah ngapain dibuat nangis lagi. Dia kan udah nangis Kunyuk!"
Dasar gak nyambung. Langit melegos mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Dia berkedip sekali saat pandangannya tertuju ke arah Shea.
"Lo belum pernah ditampol temen pake sepatu ya," ancam Langit melotot tajam.
"Udah Lang, suer! Pake uang, sepuluh kali," ucap Gerka menunjukkan nominal sepuluh dengan kedua tangannya.
Langit menunduk pura-pura melepas sepatunya. Gerka langsung berdiri gelagapan.
"Lo jangan main kasar dong...," pinta Gerka mengangkat kedua tangannya di samping telinga tanda dia menyerah.
Gerka menyipitkan mata curiga. Dia memangkas jarak antara dirinya dan Langit sebelum berbisik pelan di telinga Langit.
"Lo buat nangis siapa?" selidik Gerka ingin tau.
"Bukan urusan lo," ketus Langit.
"Berarti bener lo bikin nangis anak orang?"
"Bukan gue," sangkal Langit.
"Terus siapa? Langit? Langit Argiosi?"
"Bukan gue cebong mini!"
"Dasar jerapah minus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...
![LANGIT [OPEN PRE-ORDER]](https://img.wattpad.com/cover/196466627-64-k403761.jpg)