SELAMAT MEMBACA KISAH LANGIT
📖📖📖
"Ini gue udah cantik belom, sih?" tanya Arin ragu.
Hanin yang baru saja berjalan menuju pintu menolehkan kepalanya demi melihat penampilan Arin.
"Udah cantik Arin... Lo tuh, mau tanya sampai berapa kali?"
Arin tersenyum dan memastikan sekali lagi di depan cermin. Gaun yang diberikan Langit kemarin tampak pas di tubuhnya. Melengkapi keindahan acara malam ini mengikuti pentas seni sebagai perwakilan di kelasnya. Hanya dengan begitu Arin merasa percaya diri tampil di panggung nanti.
"Saka mana Han?"
"Di belakang stage, ada rapat dadakan kayaknya."
"Anan?"
"Masih di kelas. Main game tadi."
Arin menghela napas panjang lalu keluar dari ruang ganti menuju kelasnya. Di halaman sekolah tampak begitu ramai diisi anak-anak AHS yang berkumpul di depan stage menonton berbagai macam pentas seni dari kelasnya masing-masing. Cuaca malam ini ikut mendukung kemeriahan pentas seni AHS.
Baru saja Arin mau menaiki tangga menuju kelasnya Anan sudah muncul di depannya. Tepat di ujung lorong sekolah sebelum tangga. Arin berjalan lurus mendekati Anan.
"Kok, lo belum siap-siap, sih?" protes Arin melihat Anan yang jauh dari kata rapi.
Cowok itu mengenakan celana jeans dengan atasan kaus putih polos dan melenceng dari peran yang akan dia tampilkan nanti.
"Emang ngapain?"
"Lah, nanya? Habis ini kan kita tampil?"
"Nggak, mood gue lagi buruk," jawab Anan cuek dan dingin.
Arin tertegun lalu diam beberapa saat.
"Nggak sportif banget lo jadi orang!" tegur Arin kesal.
"Lagian perannya bisa diganti orang lain. Nggak harus gue. Sekelas nggak cuma gue doang kali."
"Mendadak gini? Segampang itu lo ngomong?"
Anan bersikap santai dan malah menguap seolah-olah kemarahan Arin tidak mampu mengintimidasinya. Anan hendak berlalu pergi, tapi tangan Arin dengan sigap menahannya.
"Apa lagi?" decak Anan.
Arin tiba-tiba bungkam tanpa suara. Hal itu membuat Anan menatapnya cukup lama. Tak bisa dipungkiri bahwa malam ini Arin terlihat cantik meski Anan melihatnya dengan cahaya remang di bawah terangnya cahaya bulan. Tak ada yang kurang dari penampilan Arin. Dia cukup sempurna di mata Anan.
Anan berdiri di depan Arin. Menggenggam tangan Arin yang kini terasa dingin di telapak tangannya. Cowok itu dapat merasakan betapa gugupnya Arin berhadapan dengannya. Situasinya tampak berbeda dan asing. Arin tampak diam tanpa perlawanan saat Anan berhasil mengikis jarak antar keduanya.
Seperti pintu berbuka tanpa kunci, Anan bertindak lebih jauh tanpa kendali. Cowok itu mencium Arin tepat di bagian bibirnya. Menarik dagu Arin dan membawanya lebih intens. Mengulum lidahnya dengan lembut dan penuh hasrat. Malam ini, dua remaja sejenak melupakan waktu dan semuanya.
📖📖📖
Sore ini, untuk kedua kalinya Langit memberanikan diri bertemu papanya setelah pulang dan bertemu mamanya kemarin. Langit cukup marah diberikan pilihan dengan mamanya yang tidak Langit hendaki. Langit ingin tetap tinggal di tempat inj meski sendiri.
"Kamu mau lanjut kuliah dimana?" tanya perempuan berkepala tiga yang kini duduk di sebelah papanya. Langit menoleh ke arah papanya yang langsung berkoneksi satu sama lain. Seolah-olah papanya menyuruh Langit untuk segera menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...