49. Hampa

794 78 9
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH LANGIT

Vote + komennya sangat membantu.
Mohon beri dukungan dan pastikan cerita Langit sudah masuk reading list kalian :-)

"Seenggaknya aku berusaha peduli untuk seseorang yang mencintaiku dengan tulus, karena aku juga tau gimana rasa sakitnya mencintai seorang diri"-Arina Labilade.

********

Waktu terus berjalan tanpa bisa ditahan. Setiap detiknya hanyalah sebuah pertanyaan yang tak menemukan jawaban. Hari-hari terlewati tanpa ada makna dan arti. Pada akhirnya, waktu yang disebut paling berharga itu tidak memiliki nilai apapun di mata Langit. Sosok yang terlihat penuh ambisi dan memiliki tujuan jelas itu sebenarnya hanyalah orang yang tidak tau caranya menikmati hidup.

"Hidup itu sebenarnya simpel, Lang. Hidup itu soal menerima dan ikhlas," ucap Gerka memberi segelas minuman untuk Langit.

"Kalau lo nggak bisa menerima dua hal itu. Seharusnya lo tau caranya mulai. Oh, enggak. Tau caranya doang percuma kalo lo nggak pernah berusaha untuk mencoba, ya nggak akan pernah ada hasilnya," lanjut Gerka memberitahu.

"Lo tau hal percuma apa yang lo lakuin ke gue saat ini?" tanya Langit pada Gerka. Cowok itu menggeleng sebagai jawaban.

"Nggak ada yang percuma. Lo hanya perlu dengerin," jawab Gerka setelahnya.

"Intinya gini," kata Gerka mulai serius dan membenarkan posisi duduknya senyaman mungkin. "Sebenarnya masalah lo itu simpel. Lo itu kebanyakan mikir. Pikiran di kepala lo itu selalu mengasumsikan sesuatu yang belum pasti dan lo terlalu yakin dengan itu. Pada akhirnya, hal yang paling lo anggap benar itu malah jadi bumerang sendiri buat lo," jelasnya.

"Gue nggak pernah merasa rugi dengan keputusan gue sendiri."

"Sekarang lo bisa ngomong gini, tapi sikap lo nggak bisa dibohongi."

Langit tertawa sinis menanggapinya.

"Gue heran, kenapa orang-orang terlalu peduli sama orang lain?" Langit berpikir menerawang.

"Satu kata buat lo, egois."

"Kalau gue egois nggak mungkin gue maksa Arin buat pergi," sanggah Langit menjawab.

"Kalau gitu kenapa lo peduli sama Arin? Cinta lo sama dia?"

Langit hanya diam setelahnya. Selain tidak tau harus membalas apa, Langit tidak tau jawaban pastinya. Langit adalah tipe orang yang sulit memahami dirinya sendiri dan juga perasaannya. Cinta adalah hal rumit yang belum bisa Langit terima di dalam hidupnya.

"Diem kan lo. Nggak bisa jawab?"

"Nggak tau."

"Sama perasaan sendiri ambigu."

"Gue hanya perlu lakuin apa yang seharusnya gue lakuin."

"Oke, masalah Arin kita skip dulu. Jadi apa yang bakal lo lakuin ke Hilda, kalau lo sendiri tau apa yang harusnya lo lakuin ke dia?" tanya Gerka kepada Langit.

"Pertanyaan lo di luar batas. Jangan terlalu mencampuri urusan orang," jawab Langit.

"Bagi gue Hilda itu udah gue anggap sebagai adik gue sendiri. Sejak lo nggak bisa nunjukin kepedulian lo ke dia, sejak lo nyuruh gue jaga dia dan jadiin gue peran sebagai kakaknya. Hilda bukan orang lain lagi bagi gue, Lang."

Tentu saja jawaban di luar pikiran itu hanya mampu membuatnya terbungkam. Langit masih sepenuhnya diam. Tenggelam lagi dalam pikirannya, tapi tidak tau harus berbuat apa. Tidak tau harus berkomentar apa. Tidak tau apa yang salah dalam dirinya.

LANGIT [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang