30. Ini Mungkin Salah

928 74 0
                                    

Selamat membaca

Jan lupa komen

Vote juga perlu

Oke??

📖📖📖📖

Ada hal yang tidak disadari saat seseorang tiba-tiba masuk dalam skenario kehidupanmu. Mungkin bukan berawal dari perkenalan atau sesuatu yang membuat adegan awal, tapi entah bagaimana seseorang itu muncul di tengah-tengah jalan cerita hingga menuju akhir cerita. Kali ini, Langit sangat tidak berharap akhir itu akan bersama orang tak terduga yang saat ini ada di depan matanya.

Seseorang itu kini tengah memejamkan matanya membentuk garis lengkung seindah senyumannya saat pertama kali menerima sebotol air mineral darinya. Kegilaan apalagi yang membuat Langit tersenyum hanya dengan mengingat adegan pertama kali mengenalnya.

"Ka-Kak Langit nungguin aku bangun?" Langit tersentak kaget sontak saja langsung berdiri dari tepi ranjang yang saat ini ditempati Arin. "Gue balik ke kelas."

Arin melongo melihat tingkah aneh Langit untuk pertama kalinya. Dia terbangun duduk memperhatikan kepergian Langit sambil memegangi bagian dadanya saat jantungnya tiba-tiba berdetak kencang bahkan membuat suhu di ruangannya terasa panas. "Wah! Parah"! Arin mengipasi dirinya sendiri merasakan pipinya merona merah.

"Gue balik ke kelas." Arin mengulang ucapan Langit sebelum pergi. Nadanya biasa, tapi intonasinya terkesan cepat bahkan dalam satu hembusan napas. Arin senyum-senyum sendiri sambil membungkam mulutnya berharap tidak ada orang yang melihatnya.

Kak Langit... kenapa kamu imut banget sih?

Kini Arin sudah tertawa sejadi-jadinya. Dia menertawakan sesuatu yang seharusnya tidak ditertawakan. Tawa itu kian mereda saat seseorang tiba-tiba muncul di balik tirai UKS. Keningnya terlipat heran, matanya lurus ke satu objek di depannya. Arin lantas membuang pandangannya untuk menyembunyikan rasa terkejutnya melihat Hanin tiba-tiba datang menemui keadaannya setengah tidak waras.

"Lo nakutin gue, Rin?"

"Lo pikir gue setan?" Arin membulatkan bola matanya.

"Barusan lo ketawa sendiri?"

"Emang nggak boleh?"

"Nggak ada yang melarang sih...." Hanin duduk di tepi ranjang dengan tatapan menerawang.

"Terus?"

"Lo beneran sakit, ya?" Telapak tangan Hanin bergerak menempel di kening Arin untuk memastikan suhu badan Arin.

"Menurut lo?"

"Ya, aneh aja kalo sakit malah ketawa-ketawa. Kan, yang mau jenguk jadi heran."

"Jenguk apaan sih, orang tangan lo kosong gitu. Dah, ah! gue mau ke kelas."

"Mendadak gitu sembuhnya?"

Kali ini Arin menghela napas panjang. Hanin itu orangnya polos-polos nyebelin, sangat berbeda dengan Gia yang terkesan dewasa. Walaupun pada akhirnya kedua temennya itu sama nyebelin juga. "Iya, mendadak sembuh pas lo dateng tiba-tiba."

"Nah! Gitu dong... sahabat gue nggak boleh sakit."

Arin tersenyum, kemudian mereka berlalu meninggalkan ruang UKS. Sepanjang perjalanan menuju kelas Arin masih tidak bisa melupakan kejadian di UKS saat bersama Langit. Hal kecil, sederhana, tapi bisa membuatnya bahagia.

   📖📖📖

"Heh! Lo ke mana aja sih? Tas udah di kelas tapi nggak ada orangnya. Untung sekarang jam kosong, kalo nggak nih ya, pasti Bu Mely udah pidato lepas teks sampai jam pelajaran habis," omel Gerka saat menemui keberadaan Langit berjalan ke arah kelas sehingga membuat Gerka memutar haluan.

"Harusnya lo tuh pamit dulu kek, kalo mau skip jadinya gue bisa nyiapin seribu alasan semisal ada yang cariin lo, BEGE!" Ocehan Gerka hanya masuk di telinga kiri dan keluar dari telinga kanan. Langit mengabaikannya tanpa membalas satu katapun membuat Gerka berpikir heran.

"Omongan gue kurang keras kali ya? Makanya nggak denger," gumam Gerka sambil berpikir. "Eh! Lang, barusan Shea nanyain lo."

Kali ini kepala Langit menoleh ke arah Gerka membuat cowok tampan itu tersenyum simpulul. "Yaaah...! Ngarep banget dicari first love!" Gerka tertawa ngakak. Emang sih, kalo sudah berkaitan dengan Shea pasti Langit akan sulit mengabaikannya. "Move on lah! Kayak nggak ada cewek lain aja lo."

"Lama-lama lo bawel ya?" Hanya kata itu yang keluar dari mulut Langit sebelum mempercepat langkahnya masuk kelas.

Langit sedikit heran saat memasuki kelas ternyata Shea sedang duduk di bangkunya sambil menunduk mengerjakan sesuatu di atas meja. Langit menoleh ke arah Gerka meminta penjelasan, tapi cowok itu hanya menaikkan bahunya acuh tak acuh dan berjalan ke bangku paling belakang ikut bergabung dengan teman-temannya yang sedang berkumpul membentuk lingkaran.

"Tumben," sapa Langit menghampiri Shea lalu duduk di bangku sebelahnya. Tempat duduk Gerka.

"Eh! Lang, dari mana?" tanya Shea menoleh ke arah Langit.

"Kantin," jawab Langit singkat. Langit menelan ludah untuk pertama kalinya dia berbohong. Langit jadi heran sendiri kenapa dia tidak mengatakan yang sebenarnya bahwa dia dari UKS menunggu Arin bangun. Sebentar, menunggu Arin bangun dari pingsan? Langit kemudian menggeleng pelan menegaskan apa yang ada di pikirannya itu salah.

"Kenapa, Lang?" Shea bingung memperhatikan gerak-gerik Langit tidak seperti biasanya.

"Nggak pa-pa," jawab Langit. "Lo nyari gue?" lanjut Langit bertanya.

"Oh! Iya, tadi kan sama Bu Mely dikasih tugas, gue mau minta tolong diajarin boleh nggak?"

"Materinya sampai mana sih?" tanya Langit mendekat lalu menarik buku Shea ke arahnya. Langit mengerutkan dahi membaca tugas yang diberikan Bu Mely yang sama sekali belum diajarkan, tapi untungnya Langit selalu belajar sehingga dia sedikit memahaminya. "Bagian mana yang menurut lo sulit? Entar gue jelasin."

Sementara Arin mempersiapkan diri saat memperhatikan Langit dan Shea duduk semeja di urutan bangku nomor dua dari depan di ambang pintu kelas Langit. "Nyari siapa?" Pertanyaan yang keluar dari salah satu cewek di kelas Langit mengejutkan Arin.

"Eh! Nyari Kak Langit ada, Kak?" tanya Arin kepada cewek berambut pendek yang hendak keluar kelas. Cewek itu kemudian menoleh ke belakang. "Lang! Ada yang nyariin tuh!"

Arin menelan ludah, sebenarnya dia juga sudah melihat Langit. Hanya saja Arin tidak langsung menghampiri saat bola matanya melihat kedekatan Langit dan Shea membuat perasaan aneh menjalar di tubuhnya.

"Makasih Kak," ucap Arin kepada cewek berambut pendek tadi. Cewek itu mengangguk sekali sambil tersenyum lalu berjalan keluar kelas.

Langit menoleh ke arah pintu kelas. Bola matanya sedikit melebar melihat siapa yang sedang mencarinya, kemudian Langit memutar pandangannya ke arah sebelah, yaitu tepat di bola mata Shea yang sedang menatapnya.

  📖📖📖

TBC

Terimakasih yang udah baca

Sering-sering vote lah biar gue juga sering update

Tetep jaga kesehatan
Jaga diri sendiri

#dirumahaja

LANGIT [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang