SELAMAT MEMBACA KISAH LANGIT
BAB 54| BATAS
Langit
"Jika ada yang hilang, mungkin hanya sebagian. Meski kamu merasa ada yang kurang, aku akan berusaha mencari peluang. Menjadikanku sebagai tempatmu pulang."
****
"Apa ini?" tanya Arin heran saat Langit tiba-tiba menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang kepada Arin. Berdiri saling berhadapan di samping gerbang sekolah.
"Dilihat dulu, baru tanya buat apa."
"Boleh dibuka?" tanya Arin penasaran.
"Jangan sekarang...."
Langit memasang helm di kepala Arin sebelum menghidupkan mesin motornya.
"Jadi pulang nggak?" tanya Langit menginterupsi. Menatap Arin yang sedang menimang-nimang barang apa yang Langit berikan kepadanya.
"Bom? Apa, ya? Kucing? Nggak mungkin deh, nggak berat soalnya."
Langit geleng-geleng kepala melihat tingkah Arin.
"Cantik, jadi dianterin pulang nggak, nih?"
"Hah?!"
Tuh, kan. Gemes banget pengen dikarungin.
"Bensin aku masih penuh."
"Maksudnya?" Arin sama sekali tidak mengerti.
"Muter-muter kota, mau?"
"Hahaha. Pusing, dong." Arin berjalan mendekat lalu duduk di jok belakang motor Langit. Menatap sekilas ke arah spion motor di mana Arin bisa melihat pantulan wajah Langit juga senyum memikatnya itu.
"Ayo komandan! Berangkat~"
Langit menarik kedua sudut bibirnya lalu berganti menarik kedua tangan Arin melingkari pinggangnya. Malam itu menjadi malam menyenangkan untuk Arin. Tak ada yang Arin khawatirkan lagi akan Langit. Keinginannya, harapannya dan kini Langit yang bersedia ada di sampingnya.
Terimakasih Tuhan, jawaban-jawaban yang selalu dipertanyakan—kini Arin dapatkan di waktu yang tak diduga-duga.
Jalanan ibu kota malam ini cukup ramai diiringi lampu-lampu jalanan yang mereka lewati tampak begitu indah seakan ikut merayakan kebahagiaan Arin.
"Udah makan belum? Mau makan dulu nggak?" tanya Langit.
"Em, mau makan sate."
"Sate?"
"Iya, hehehe."
"Ya udah, ayo!"
Langit menghentikan motornya begitu sampai di salah satu kedai sate di samping jalanan. Mengajak Arin duduk setelah memesan dua porsi sate untuk mereka.
"Tadi kak Langit dari mana?" tanya Arin.
"Langit," tekan Langit agar Arin tidak menggunakan embel-embel 'kak' lagi.
"Hehehe."
"Mau aku kasih satu rahasia nggak?" tanya Arin kepada Langit.
"Apa?"
"Sini," ucap Arin.
Langit bergerak maju lebih dekat ke arah Arin sesuai perintahnya.
"Suka," bisik Arin di telinga Langit yang langsung mendapat tatapan heran dari Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...