48. Pernikahan Dadakan

118 13 110
                                    

"Jangan pergi lagi, Rishi, jangan tinggalkan aku," bisik Rhea di sela-sela pelukannya.

"Tidak akan, Rhea, itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan ada bersamamu, selalu," balas Rishi. Pelukannya pada Rhea pun sangat erat, ia juga terisak karena pada akhirnya ingat semuanya.

"Sesi pelukan habis. Sekarang kita masuk ke sesi pertanyaan," ucap Arzoo. Ia masuk bersama Radha, Sara, Sonu, dan Jai.

Merasa banyak makhluk lain masuk, Rhea melepaskan pelukannya pada Rishi. Seperti sedang tertangkap basah, Rhea dan Rishi menunduk malu-malu.

"Hey, penjahat sepertimu tidak cocok malu-malu begitu, Rishi!" ejek Sonu, sedetik kemudian tertawa terpingkal-pingkal.

"Kak Rishi kan penjahat yang sedang jatuh cinta, jadi wajar saja dia malu-malu begitu, Sona!" timpal Arzoo.

Tawa Sonu seketika berhenti.

"Dan Kakak, pertama kalinya kulihat cinta di matamu untuk kak Rishi. Aku sangat senang," ucap Arzoo. "Oh ya, kau tidak mau bertanya bagaimana Rishi Villain ini tiba-tiba berubah jadi Rishi-mu?"

"Rishi Villain?" tanya Rishi polos.

"Ya, ingat malam itu? Saat pertama kau bertemu kakakku? Dia pulang dalam keadaan marah-marah, menggerutu villain-villain terus," Arzoo tertawa.

"Oh, iya," Rishi menunduk sebentar, "Rhea ... aku ingin mengatakan sesuatu."

"Apa?" Rhea menatap Rishi.

"Sebenarnya penjahat yang mengganggumu malam itu ... Jai dan Sonu, aku meminta mereka jadi penjahat agar bisa mengobrol denganmu," aku Rishi.

"Sudah kuduga," kata Rhea, sedikitpun dia tidak terlihat terkejut. "Aku melihat jejak sepatuku di wajah datar penjahat itu," Rhea melirik Jai yang menggaruk tak gatal kepalanya sambil tersenyum kikuk.

"Sekarang, bisa jelaskan kenapa kau berubah jadi penjahat? Dan ke mana kau beberapa tahun ini? Setelah ... tertembak?" Rhea lanjut bertanya pada Rishi.

"Jadi,..." Rishi menjelaskan semuanya secara detail. Berkat Sonu yang mengajaknya ke bioskop tempat ia bekerja dan selalu bertemu Rhea dulu, Rishi berhasil mengingat semuanya—tanpa harus ada drama membentur tembok dan lain sebagainya.

Mata Rhea berkaca-kaca memandang Rishi; sangat tak menyangka Rishi si penjahat yang selama ini mengejar-ngejarnya, mencintainya, ingin menikahinya, adalah Rishi sahabatnya, yang selama ini sangat ia rindukan dan ingin ia temui.

"Lanjutkan tatap-tatapannya nanti di Mumbai, kita harus pergi sekarang. Dan, Rhea, dengar, tidak ada alasan lagi untuk menolak, mengerti?" ucap Zoya yang baru masuk setengah mengancam.

"Turunkan tanganmu, jangan menunjuk Rhea-ku seperti itu," Rishi menurunkan tangan Zoya yang menunjuk Rhea.

Zoya membuka mulutnya tak percaya. Dia hanya bercanda menunjuk Rhea dengan jarinya, bukan memukuli.

"Dengar, ya, sebelum menjadi Rhea-mu, Rhea adalah sahabatku!" seru Zoya tak terima.

"Dan sebelum jadi sahabatmu, Rhea sahabatku," balas Rishi.

"Hey, sebelum jadi sahabatmu, sahabatmu, dan Rhea-mu, kak Rhea adalah kakakku." Radha tak mau kalah.

"Jauh sebelum kau lahir, kak Rhea lebih dulu jadi kakakku, Radha," timbrung Arzoo dengan suara amat tenang.

Perdebatan berlanjut. Sementara itu, Sonu dan Jai yang tidak berminat ikut pun menghampiri Rhea.

"Lingkungan perdebatan sangat tidak aman untukmu, Kakak Ipar," ujar Sonu.

Detik selanjutnya, Sonu dan Jai membantu Rhea turun dari ranjang dan berpindah ke kursi roda, kemudian mendorongnya keluar.

Tinggal Sara yang tidak sedang sibuk apa pun. Sara menghampiri Rishi dan menepuk pundaknya.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang