36. Jangan Pergi, Radha...

90 7 99
                                    

Matahari masih belum menampakkan dirinya, tapi Radha sudah bangun, bahkan sudah menata pakaiannya ke dalam koper.

Semalam Ishita mengabari akan menjemputnya antara hari ini dan besok. Jadi, dia harus bersiap atau tidak akan pernah siap.

"Hoamm..." Arzoo mendudukkan dirinya sambil terus menguap. Tidak biasanya manusia satu ini bangun lebih awal dari matahari.

"Radha, mau ke mana kau?" tanyanya sembari mengucek mata.

"Mumbai," jawab Radha tanpa menoleh.

Arzoo terkekeh. "Kau masih di alam mimpi? Sebaiknya tidur lagi saja sana, ini masih terlalu pagi."

Radha tersenyum tipis. Seperti dugaannya, Arzoo menganggapnya bercanda. Tapi tidak apa-apa, justru itu bagus.

Kemudian, Radha keluar. Kamar Rhea adalah tujuan utamanya. Ia mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka, terlihat kakaknya itu masih tertidur pulas. Tidak biasanya memang, tapi wajar, mengingat semalam Rhea sibuk jadi juri acara pembahasan film antara Arzoo dan Rishi.

Radha melengok ke dapur, sepi. Dia berpikir sebentar, bagaimana jika dia menyiapkan sarapan untuk kedua kakaknya itu? Rhea pasti akan sangat senang.

Dengan kemampuan pas-pasannya memasak mie instan, Radha mengambil beberapa bungkus mie dan memulai acara memasaknya.

***

Sambil sesekali menguap, Sonu yang kini tengah duduk di atas motor di dekat tiang listrik menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Misinya menyelidiki Katrina dimulai di hari yang masih sangat pagi ini. Sonu yakin manusia bernama Katrina itu belum pergi kemana-mana.

"Katrina Kaif Palsu, akan kuungkap siapa kau sebenarnya," gumam Sonu sambil tersenyum jahat.

Melihat gerbang rumah itu perlahan terbuka, Sonu bergegas memakai helmnya. Di sana juga terlihat wanita yang anaknya memanggilnya 'papa' kemarin sedang membukakan gerbang dan menutupnya lagi.

Sampai di sini, satu kesimpulan yang Sonu dapat: wanita itu mungkin pembantu Katrina.

Sebelum menjalankan motornya mengikuti Katrina, Sonu mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.

"Halo, cepat sekarang."

Lagi-lagi Sonu tersenyum jahat. Rencananya kali ini bisa dibilang kejam. Mau bagaimana lagi, demi mengungkap siapa Katrina, Sonu harus menjadi penjahat yang jahat sungguhan.

Drrrtt .... Drrtt.

Sakunya kembali bergetar. Terpaksa Sonu menunda keberangkatannya membuntuti Katrina.

"Sonu, kau tahu di mana Rishi? Dia tidak pulang sampai sekarang, apa dia bersamamu?"

Itu suara Jai. Sebagai seorang teman, Jai sangat perhatian. Apa saja tidak ada yang luput dari perhatian manusia datar itu. Bisa dibilang, Jai seperti sosok ibu bagi mereka berdua—karena saking perhatiannya.

"Hey, kau masih hidup? Kenapa diam saja?"

"Kalau aku mati aku tidak akan mengangkat telfonmu. Aku sedang dalam misi penting sekarang, dan aku tidak tahu di mana Rishi."

"Misi penting apa? Pasti mengejar para gadis, kan? Sudahlah, Sonu, berhenti jadi buaya darat. Sebaiknya kita cari Rishi."

"Dengar, Jai, aku sedang tidak menjadi buaya darat. Dan, ya, Rishi itu sudah besar, dia juga pemimpin para penjahat. Jadi dia tidak akan diculik atau dijahati. Sudahlah, kau tenang saja."

Sonu langsung mematikan sambungannya, bahkan mematikan daya ponselnya agar Jai tidak lagi mengganggu ia dan misi pentingnya.

---

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang