50. Ditinggal

132 9 79
                                    

"Nora Fatehi?!" Arzoo tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.

Nora mengusap keningnya yang barusan menjadi tempat mendarat kaleng bekas. Matanya berkeliaran mencari sosok si pelempar.

Sonu pucat pasi melihat itu. Dia sangat takut; Nora akan marah dan tidak mau diajak foto.

"Aaaaaaa!!!" Arzoo dan Sara berteriak kegirangan sambil berlarian menghampiri Nora. Tidak bisa dipercaya, mereka bertemu idola mereka di sini.

"Hai!" sapa Arzoo dan Sara bersamaan.

"Hai," balas Nora. "Kalian yang melempar benda ini?"

Arzoo dan Sara serempak menggeleng. "Bukan, tapi pria itu," Arzoo menunjuk Sonu yang kini berlindung di belakang Jai.

Nora berjalan seperti orang marah menghampiri Sonu.

"Maaf, maaf, maafkan aku, aku tidak sengaja, sungguh. Aku tadi kesal dan kakiku refleks menendang kaleng itu. Maafkan aku, Nona Nora. Maaf .... Kau juga bisa melempariku kalau kau mau, tidak masalah," oceh Sonu sebelum Nora sempat berkata-kata, tangannya mengatup, matanya terpejam, wajahnya pucat.

"Hukum saja dia, dia itu playboy stadium akhir," celetuk Arzoo.

"Ok ...," Nora tersenyum tipis lalu melepas kacamatanya. Sedang Sonu hanya bisa pasrah.

-
-
-

Tawa Arzoo dan Sara memenuhi rumah mengingat bagaimana Sonu kelihatan sangat takut. Nora-yang hanya ingin bilang agar Sonu tidak lagi menendang kaleng sembarangan-hampir tidak jadi karena Sonu lebih dulu mengeluarkan jurus andalannya meluluhkan para gadis. Sampai-sampai aktris cantik itu seolah lupa mau berkata apa.

Hingga detik ini, ketiga gadis itu-Arzoo, Sara, Zoya-tidak berhenti mengejek dan menertawakan Sonu.

"Arzoo, kau---"

"Kau apa? Mau melaporkanku pada Nona Nora-mu?" Arzoo kembali tertawa.

"Kakak Ipar, lihat adikmu," adu Sonu pada Rhea yang baru datang bersama Rishi.

"Arzoo, sudah," lerai Rhea. "Kalian tadi mau bicara apa?"

Keenam orang itu saling pandang dan seolah berbicara dengan isyarat mata mereka.

"Kami akan pulang besok," ujar Arzoo.

"APA?!" pekik Rhea. "Tapi kenapa? Kenapa mau pulang?" protesnya.

"Kakak, kami bertiga harus mengikuti ujian. Sara ayahnya pulang setelah pergi bertahun-tahun, Radha harus ikut Sara, lalu kak Zoya harus membantu ayahnya di rumah sakit," jelas Arzoo.

"Tapi kenapa mendadak sekali? Rishi, minta mereka jangan pergi, rumah ini akan sangat sepi nanti, ayo, Rishi..." Rhea mengguncang lengan Rishi yang duduk di sebelahnya, matanya berkaca-kaca.

"Lihat, Kakak Ipar sedih, kita batalkan saja, ya, pulangnya?" celetuk Sonu.

"Kau benar, Sonu, kalian tidak usah pulang. Di sini saja, ya ...?" mohon Rhea.

"Tidak bisa, Kak. Ujian ini menentukan kelusan kami, mana mungkin kami lewatkan. Kau kan sudah bersama Rishi-mu itu, sahabat sekaligus suamimu itu tidak akan membiarkanmu kesepian di rumah ini. Dia akan menjagamu. Ya ...? Boleh, ya?"

Rhea hampir menangis. "Tega sekali kau meninggalkan kakakmu." Dua detik kemudian Rhea bangkit dan berlari ke kamarnya sambil terisak.

"Kak!" cegah Arzoo, tapi tidak menghentikan Rhea menutup pintu kamarnya. Entahlah, sejak sakitnya bertambah parah-terlebih setelah Rishi-nya kembali-sifat Rhea agak berubah. Lebih sensitif, kadang banyak bicara, dramatis tak jauh beda dengan Arzoo.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang