37. Isyarat Mimpi

105 8 92
                                    

Baru sore tadi Radha pergi, tapi keceriaan dari rumah ini bagai lenyap ditelan kegelapan malam. Tidak ada canda tawa, tidak ada pertengkaran kecil, yang tersisa hanya kesunyian.

*ting

Sebuah pesan masuk ke ponsel Arzoo, dengan malas diraihnya benda itu dan melihat siapa si pengirim.

"Jai?" gumamnya.

[Arzoo, nyalakan TV,
ada film Malang.]

[Tidak mau.]

Dimatikannya ponsel itu dan ia lempar ke sembarang arah. Tanpa Radha, rasanya Arzoo tidak berselera nonton film. Biasanya saat Radha di rumah, ia selalu menjahili adiknya itu. Merebut remote, menyembunyikan remote, dan yang paling parah, dia pernah memadamkan listriknya saat film yang ingin Radha tonton tayang.

"Radha, aku merindukanmu," lirihnya sambil mendekap fotonya dan Radha di ponsel.

Di sisi lain, Rhea pun sama. Dia mencoret-coret asal kertas, lalu memijit pelipisnya, mencoret-coret lagi, dan merebahkan kepalanya ke meja.

"Rumah ini seperti rumah hantu tanpa kehadiran Radha," gumamnya.

Beberapa bulan ini dia, Radha, dan Arzoo memang jarang menghabiskan waktu bersama—sekedar mengorbol atau nonton film. Itu semua tak lain adalah karena kesibukan masing-masing, dan khusus dia, terlalu banyak beban pikiran. 

Omong-omong soal beban pikiran, otaknya langsung mengarah pada Rishi. Kenapa Rishi selalu muncul di mana pun dia berada? Di semua tempat. Apa memang Rishi selalu mengikutinya? Tapi bukankah Rishi sedang dalam mode marah soal masalah perjodohan dengan Arzoo?

"Jadi Rishi itu tidak punya pekerjaan apa-apa selain mengikutiku, atau dia itu bukan manusia? Astaga, Rhea ... apa yang kau pikirkan!" oceh Rhea pada dirinya sendiri.

Iya! Rhea ingat satu hal, soal jantungnya yang tidak normal kemarin saat berdekatan dengan Rishi. Dia ingin menghubungi Katrina dan menceritakan soal itu.

"Halo, Sayang~ Tumben menelponku duluan? Rindu padaku, ya?" Suara Katrina dari seberang sana terdengar ceria.

"Kenapa kau terdengar sangat bahagia?" tanya Rhea.

"Kau tahu? Aku habis mengalahkan penjahat. Aku memukulinya sampai dia babak belur dan lari ketakutan. Hebat, kan, aku?"

"Hmmm."

"Kau masih sedih? Hei, Radha hanya ke Mumbai, dan Mumbai masih bagian dari India. Dengar, kita harus ke Mumbai satu minggu lagi, sekalian saja kita mampir ke tempat Radha, bagaimana?"

"Ini bukan soal Radha, tapi--"

"Tapi siapa? Rishi?"

"Sejak kapan kau bertukar profesi jadi peramal?"

"Demi kau, aku harus gonta-ganti pekerjaan. Dan sekarang, aku adalah penjaga kerajaan bukunya Humpty Sharma. Jangan lupa besok-besok jadikan aku mata-mata dan kirim aku ke China, ya. Siapa tahu aku akan bertemu penculik payah seperti Chang yang menculik Happy, lalu Bagga yang diculik dari kuda pernikahannya---"

"Kat, kau bicara apa?" sela Rhea, sebelum Katrina akan menyebut semua tokoh film.

"Lupakan. Tadi apa yang mau kau katakan?"

"Kau punya rekomendasi dokter jantung? Aku rasa jantungku bermasalah saat dekat dengan Rishi."

"Dasar gadis bodoh! Kau mulai tidak waras, ya, setelah Radha pergi? Tertular Arzoo!?"

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang