30. Hantu Stree

132 10 129
                                    

Arzoo memincingkan mata ketika mengintip pembicaraan Rhea dan bibinya. Iya, dia lupa satu hal. Radha tadi pulang bersama Jai, dan mereka sedikit terlambat, ada apa?

"Fokus saja pada penyihir itu," bisik Radha.

"Kau ... habis dari mana?"

Radha mengerutkan kening, "Apa maksudnya dari mana?"

"Jai tidak macam-macam, kan? Dia tidak membawamu mampir dulu ke tempat lain, kan?"

Wajah Radha mendadak datar. "Kalau kau tidak ikhlas aku kemana-mana dengan Jai, kenapa memintaku pulang bersamanya? Seharusnya kau saja yang pulang bersama Jai, jadi tidak perlu bertanya-tanya padaku!" sarkasnya.

"Bukan begitu, aku takut Jai melakukan sesuatu padamu, ya ... membawamu kabur misal," bela Arzoo.

"Lalu apa masalahnya? Mau ikut diculik juga?"

"Lupakan. Sebaiknya kita fokus saja melihat penyihir itu."

Dengan gaya sok manisnya Bibi Neetu mengatakan jam berapa temannya datang, bagaimana sikap Rhea nanti seharusnya, bahkan pakaian apa yang harus Rhea kenakan.

Sungguh, Arzoo dan Radha muak mendengarnya. Jika saja mereka tidak ingat status wanita itu adalah bibinya, mereka pasti sudah---ah lupakan.

"Jadi, rencana mana yang harus kita gunakan?" tanya Radha.

"Rencana A. Ayo masuk dan tutup pintunya." Arzoo menutup pintu kamar mereka supaya aman dari didengar Bibi Neetu.

"Kita siapkan dulu alat-alatnya, jika rencana A gagal, kita pakai rencana B."

Arzoo sibuk membongkar lemari guna mengeluarkan sesuatu dari dalam sana untuk kepentingan rencana mereka.

Lalu Radha tengah memastikan barang-barang yang mereka bawa nanti lengkap.

"Kau Krishna, dan aku Balram, ingat itu," ucap Arzoo.

Radha mengangguk. Rencana itu milik Arzoo seutuhnya; dia, Jai dan Sonu hanya tinggal menurut saja apa yang Arzoo perintahkan.

"Kak, setahuku Krishna dan Balram mencuri mentega, bukannya---"

"Ssssst. Jangan katakan itu di sini. Penyihir itu telinganya masih berkualitas. Rencana kita bisa hancur sebelum dimulai jika dia sampai dengar."

"Baiklah-baiklah. Kita hubungi Sonu dan Jai sekarang?"

"Tidak. Kau berpura-puralah belajar, aku mau pergi. Oke?"

-----

Rhea sudah menyelesaikan kegiatan belanjanya untuk memasak makan malam Arzoo dan Radha, karena dia yang akan keluar malam nanti. Jujur saja, Rhea malas keluar malam-malam, apalagi tujuannya untuk diperkenalkan dengan seorang pria. Tapi bagaimanapun juga, dia harus melakukannya karena ini jalan satu-satunya.

"Totalnya 300 rupee, Nona," ucap si pedagang sambil menyerahkan kantong berisi belanjaan Rhea.

Rhea menyerahkan uang, mengucap terima kasih, lalu pergi dari lapak pedagang ini. Dia tidak bawa motor karena dipakai Arzoo jalan-jalan, sebagai gantinya, dia harus naik kendaraan umum.

Hari ini sangat panas. Berkali-kali Rhea mengusap peluh di keningnya. Ditambah lagi, tidak ada kendaraan yang lewat.

Entah mengapa Rhea malah teringat Rishi, andai saja hubungannya dan Rishi masih baik, pasti Rishi yang akan mengantarnya. Rhea bahkan yakin jika saat ini dia menghubungi Rishi dan minta dijemput, Rishi tidak akan menolak. Tapi, Rhea tidak bisa melakukan itu, benar-benar tidak bisa.

Flashback-on

"Kau tadi bersikap romantis dengan Arzoo, apa artinya kau sudah menerimanya?" tanya Rhea dalam gendongan Rishi, di perjalanan pulang malam itu.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang