15. Mencari yang Dicari

166 15 113
                                    

Mulut Arzoo tidak berhenti berkomat-kamit sambil menuliskan tugasnya di sebuah kertas. Tidak, dia bukan menggerutu, tapi bernyanyi.

Sementara di sisi lain, Jai tengah mengacak-acak rambutnya sendiri sambil berkomat-kamit juga. Bukan bernyanyi, tapi menggerutu. Entahlah, Jai tidak suka saat Arzoo bernyanyi. Padahal suara Arzoo tidak terlalu buruk, malah bisa dibilang bagus.

"Jai, mana penggarisnya? Kau ambil penggaris atau membuatnya dulu? Kenapa lama sekali?!" teriak Arzoo.

Dengan langkah malas Jai berjalan menghampiri Arzoo.

"Terima kasih," ucap Arzoo sambil memperlihatkan senyum manisnya.

"Mere Jeevan Ki Dasha
(Inilah kondisi kehidupanku)
Thoda Raston Ka Nasha
(Ada kemabukan dalam perjalanan)
Thodi Manzil Ki Pyaas Hai...
(dan sedikit kehausan untuk tujuan)
Baaki Sab First Class Hai (x3)
(Yang lainnya adalah kelas pertama)
Haan Kasam Se, Baaki Sab First Class Hai
(Ya, aku janji! Yang lainnya adalah kelas pertama)"

Arzoo terus menyanyikan lagu First Class dari film Kalank yang akhir-akhir ini jadi favoritnya.

"Kalau aku jadi Roop, aku akan ikut apa kata Satya, lihatlah, pada akhirnya dia jatuh cinta 'kan, dengan Zafar. Harusnya dia berpikir dulu," ocehnya saat berhenti bernyanyi. Ya, apalagi, tentu saja dia membahas tokoh-tokoh dalam film itu.

"Menurutmu, Roop juga salah, kan? Dan Zafar, memang dia tidak tahu balas dendam itu lebih sering berakhir jadi cinta?!"

"Oh ya, Jai, menurutmu, apa definisi cinta?"

"Jai ...."

"Jai ...."

"Jai ...."

Merasa tidak ada sahutan, Arzoo mengubah posisinya yang semula tengkurap fokus menulis menjadi duduk. Dalam benaknya bertanya-tanya, ke mana perginya manusia datar itu?

Arzoo menoleh ke samping, betapa terkejutnya ia ketika melihat Jai yang tergeletak tak sadarkan diri di sebelahnya.

"Jai? Kau kenapa? Jangan bilang kau keracunan suaraku? Suaraku itu merdu, jadi jangan berakting pingsan. Jai ... Jai ..." Arzoo menggoyang-goyangkan lengan kekar Jai, tapi pria itu tetap tidak bangun.

Arzoo berhenti sejenak, mengawasi seluruh tubuh Jai. Mengherankan juga Jai tiba-tiba pingsan? Atau mungkin ketiduran? Tapi mustahil juga kalau ketiduran. Apa Jai tidak bisa menahan diri dan berbaring dulu di ranjang, baru tidur?

"Jai, jangan bercanda, penjahat sepertimu mana bisa pingsan? Jai .... Aku akan memukulmu kalau kau tidak bangun! Jai! Jaii!!" teriak Arzoo.

Arzoo menggigit telunjuk, wajahnya berubah cemas. "Jai ... kau kenapa? Bangunlah, Jai ... Jai ..." isak Arzoo pada akhirnya.

"Jai .... Jangan pingsan, jangan tinggalkan aku, di mana akan kudapat teman penjahat sepertimu lagi? Jai, bangun! Bangun, Jai ..." Arzoo tidak berhenti mengguncang tubuh Jai dengan keras, berharap manusia itu bangun.

Arzoo menyeka lelehan bening dari pelupuk matanya. Pandangannya mengedar ke tugas yang hampir siap itu.

"Jai, lanjutkan pingsannya besok saja, setelah kita selesai presentasi. Memang kau tidak mau dapat nilai? Kita sudah mengerjakan tugas kita bersama-sama sampai semalam ini. Nanti kalau aku jadi juara satu bagaimana? Pikirkan, dosen pasti akan menyayangiku, apa kau tidak cemburu?" ocehnya lagi.

Namun, Jai tetap bergeming. Sepertinya pria itu benar-benar pingsan. Hanya saja yang mengerankan kenapa sangat mendadak.

"Huaaaaaaaaaa ...." Arzoo menangis sekencang-kencangnya, semakin lama, tangisan itu berubah pilu dan menyedihkan.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang