52. Kehilangan

89 9 61
                                    

Rishi, Sonu, Jai, dan Rohan kembali setelah satu jam menyusuri jalan mencari Arzoo. Dan hasilnya, Arzoo tidak ketemu.

Pintu rumah terbuka lebar, tapi rumah dalam keadaan sangat sepi seperti tak berpenghuni. Ketiganya saling tatap—seolah saling bertanya ke mana para perempuan—selain Sonu yang langsung memanggil-manggil Sara.

"Sara-Sara-Sara~" panggil Sonu ala Adi di film OK Jaanu.

Rishi dan Jai kompak menatap Sonu datar, lalu berpencar untuk mencari keberadaan para gadis itu.

Selang beberapa saat, mereka kembali tanpa hasil. Tidak ada siapa pun di rumah ini selain mereka berempat.

Radha dan Sara datang dengan muka kesal. Langsung saja keempat pria ini memberondong keduanya dengan berbagai pertanyaan.

"Kami pergi gara-gara pesan ini. Kak Arzoo sudah gila memang," Radha menunjukkan ponselnya pada Rishi, lalu menceritakan tidak ada siapa pun di taman yang Arzoo maksud.

"Kau yakin ini dari Arzoo? Apa pernah Arzoo mengirim pesan sesingkat ini? Dan minta dijemput, siang-siang begini apa yang menakutkan bagi Arzoo?" pikir Jai.

"Tapi itu nomornya kak Arzoo, memang siapa yang bisa meminjam ponsel si ratu film itu?" balas Radha.

"Apa mungkin ... seseorang telah menculik Arzoo, lalu mengirim pesan dari nomor Arzoo yang meminta Radha dan Sara pergi. Setelah rumah kosong, mereka datang dan menculik Kakak Ipar?" duga Sonu.

"Jangan bicara macam-macam, Sonu!" peringat Rishi. Menyangkut soal Rhea, hatinya mendadak takut luar biasa.

"Maaf, Rishi. Tapi ..., bisa saja Kakak Ipar pergi ke suatu tempat, kau tahu sendiri kan akhir-akhir ini kakak ipar sangat aneh, seperti tengah malam minta es krim," Sonu mengganti dugaannya. Pertama, karena takut pada Rishi; kedua, agar Rishi tidak khawatir.

"Aku selalu bilang pada Rhea untuk tidak pernah pergi ke mana pun sendirian dan tanpa memberitahuku," kata Rishi.

"Kau bilang begitu pada kakak ipar? Kapan? Aku tidak pernah tahu," oceh Sonu.

Rishi berdecak. "Apa aku harus minta izinmu dulu sebelum mengatakan sesuatu pada istriku?!"

"Sudah jangan berdebat. Kak Rishi, kau sudah menghubungi kak Rhea?" lerai Sara.

Rishi menggeleng. Buru-buru ia mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor istrinya itu. Inilah kelemahan Rishi, saat merasa cemas dia akan melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya sangat membantu, misal menelpon.

"Nomornya tidak aktif," kata Rishi hampir semenit kemudian.

"Sekarang bagaimana?" tanya Jai.

-
-
-

Rhea turun di sebuah tempat sesuai alamat dari penculik itu—yang ia sendiri tak tahu ini di mana. Sebuah rumah kecil dengan tanah lapang tandus nan luas dipisahkan jalan setapak yang entah menuju ke mana. Itu berjarak sekitar 500 meter dari tempat Rhea saat ini—jalan besar. Dia tiba di sini dengan bajaj yang langsung meluncur pergi setelah menurunkannya.

Sebuah botol menggelinding di dekat kaki Rhea. Rhea pun memungutnya. Botol itu berisikan gulungan kertas.

"Taruh ponselmu. Berjalanlah ke rumah itu. Ingat, jangan bawa apa pun dan memberitahu siapa pun," gumam Rhea membaca isi gulungan kertas itu.

Ponsel ia keluarkan dari sakunya. Benda pipih itu seharusnya berguna, tapi malah mati karena kehabisan daya. Rhea memang sangat abai pada ponselnya, kerap kali lupa mengisi daya dan menaruhnya di mana saja.

Rhea melempar pelan ponselnya di dekat semak, meremas gulungan kertas itu, lalu membawanya menuju tempat yang dimaksud.

Butuh waktu sedikit lama untuk sampai, meski hanya berjarak sekitar 500 meter. Penyebabnya tentu karena fisiknya kurang sehat.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang