17. Belanja

173 16 205
                                    

Sonu sudah mampu meredakan emosinya tanpa memberitahu Rishi soal Suresh tadi. Kini, mereka bertiga berada di kedai untuk makan setelah membagi-bagikan beras, gandum, dan kebutuhan pokok lain yang mereka tata tadi.

Rishi pun masih sama, tidak berhenti tersenyum. Jai dan Sonu entah sudah berapa kali saja mengingatkan Rishi agar menutup mulutnya, tapi Rishi tak pernah peduli.

"Rishi, selain gigimu akan kotor, lihat ke sekelilingmu," ucap Sonu sekali lagi sambil menutupi wajah-mereka sejak tadi jadi pusat perhatian sebagian besar pengunjung kedai itu.

"Kalau kau senyum terus, orang-orang akan berhenti takut padamu," sambung Jai.

"Benar apa kata Jai," Sonu menambahkan.

"Apa kata orang-orang kalau penjahat terus-terusan senyum? Kau akan dianggap gila, Rishi," kata Jai.

Rishi mengabaikan ucapan teman-temannya dan tetep lanjut senyam-senyum sendiri. Tidak tahu sebahagia apa dirinya sampai lupa cara berhenti tersenyum.

"Rishi, cukup, lihatlah mereka," tunjuk Jai pada beberapa orang yang tengah berbisik-bisik sambil melihat mereka.

"Lalu?" tanya Rishi enteng.

"Ayo, Sonu, biarkan dia sendirian di sini. Derajat kita sebagai penjahat akan turun jika tetap bersamanya," Jai berdiri dan menarik tangan Sonu, namun Sonu tetap duduk sambil menatap Jai penuh pertanyaan.

"Dia terlalu murah senyum, dalam kamus kepenjahatan, tidak ada penjahat semurah senyum itu," jelas Jai.

Rishi berdecak, selanjutnya mengambil sebuah masker dari dalam saku dan mengenakannya.

"Benar, Jai. Temanmu itu memang sudah tidak waras. Ayo kita beritahu kakak ipar agar mencari orang lain saja." Kini gantian Sonu yang mengajak pergi Jai.

Sebelum mereka pergi, Rishi mengganti senyumannya ke wajah datar andalannya. Lalu Jai dan Sonu tidak jadi pergi dan kembali duduk.

"Kalian tidak tahu, rasanya aku ... ada sesuatu yang tak terdeskripsikan bagaimana rasanya. Kalian tidak akan tahu karena kalian belum pernah merasakannya," ucap Rishi sambil memejamkan matanya.

"Itu sebabnya, cobalah untuk jatuh cinta. Kau dengan Arzoo saja, dengan begitu kau akan jadi adik iparku juga. Dan Sonu, cobalah untuk serius pada salah satu pacarmu. Bukannya----" Rishi menghentikan ucapannya karena merasa kedua temannya itu tidak merespons.

"Jai ...?"

"Sonu ...?"

Rishi pun membuka mata. Betapa terkejutnya ia melihat 2 kursi di depannya kosong. Ke mana manusia-manusia itu?

"Jai ... Sonu ..." panggil Rishi.

Rishi lalu menunduk ke bawah meja, siapa tahu kedua temannya itu jatuh atau bersembunyi di sana. Tapi tidak, kolong meja kosong-kosong saja.

Drrrrttt ... drrrrttt.

Sebagai gantinya, ponsel Rishi bergetar.

Jai
[Maaf, Rishi, kami

tidak kuat terus menerus
jadi pusat perhatian]

***


"Zid Pakad Ke Khada Hai Kambakht, Chhodna Jane Na
(Hati ini terpancang pada kekeraskepalaan, tak membiarkan pergi)
Badtameez Dil, batameez dil, batamiz dil
(Hati yang kurang ajar ini)
Maane Na, Maane Na
(Tak memperhatikan (mendengarkan siapapun))
Badtameez dil, batameez dil, bat----"

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang