23. Pulang

109 13 107
                                    

"RUMAH SAKIT???" pekik Jai terkejut.

"Hei, santai saja, tidak perlu berteriak," ucap Sonu sambil memandangi sekitarnya, di mana orang-orang menatap aneh mereka bertiga, karena mereka saat ini berada di taman kota yang ramai.

"Maaf maaf, aku terkejut," kata Jai.

"Tapi semuanya baik-baik saja, 'kan?" Rishi memastikan.

"Iya, Suru bilang semua baik-baik saja. Katrina hanya jalan-jalan melihat rumah sakit," jelas Sonu.

Sekarang Rishi terdiam, yang dipikirkannya tak jauh dari keheranan kenapa jika ingin melihat-lihat rumah sakit, harus jauh-jauh ke Mumbai? Bukankah di Bhopal juga ada rumah sakit? Apakah tidak sama sampai harus jauh-jauh ke sana?

"Oh, iya, sudah beritahu Arzoo untuk datang ke sini?" tanya Rishi.

"Sudah, sedang dalam perjalanan," jawab Sonu.

"Hai, Semuanya," sapa Arzoo yang datang bersama Akira. "Kak, ini kak Akira, temannya kak Rhea."

"Akira," Akira menjabat tangan Rishi.

"Rishi."

"Akira," dan kali ini Jai.

"Jai."

"Aku Son---"

"Sudah tahu!" ketus Akira ketika Sonu hendak menjabat tangannya.

"Apa dia salah satu MANTAN kekasihmu, Sonu?" bisik Jai.

Sonu menggeleng, "Kurasa tidak ...," ucapnya sambil garuk-garuk tak yakin.

Akira tersenyum pada Rishi dan Jai, tapi menatap sinis Sonu. Bukan tanpa sebab, Akira sudah mengetahui sepak terjang Sonu di bidang mempermainkan hati wanita. Awalnya Akira mengira itu hanya gosip belaka—karena wajah polos Sonu yang mustahil begitu—tapi setelah tetangganya ada yang jadi korban Sonu, Akira sangat tidak menyukai makhluk bernama Sonu itu.

Namun, Sonu tidak ambil pusing soal tatapan seram Akira. Bagi Sonu sudah wajar ditatap begitu oleh para gadis.

"Baiklah, Rishi, bisa aku pergi dari sini?" tanya Sonu.

"Ke mana?"

"Aku ada janji bertemu Meeta, eh, Meeta atau Meeti, ya?" jawabnya sambil berpikir.

Semua orang menepuk dahi gemas, terlebih Akira yang seperti siap memukulnya sewaktu-waktu.

"Dalam sehari dia sudah 2 kali berganti kekasih," kata Jai datar.

"Biasanya bagaimana," sahut Sonu dengan suara sangat pelan.

"Aku tidak menyangka selama ini berteman dengan buaya," gumam Jai.

"DIAM! Lupakan Meeta Meeti atau Meetu-mu itu. Kau ini memang keterlaluan, Sonu! Temanmu sedang membutuhkanmu, dan kau malah sibuk dengan urusanmu bertemu satu per satu kekasihmu yang jumlahnya tak bisa dihitung itu! Teman macam apa kau ini?!" omel Arzoo tanpa lagi bisa menahan.

Sonu menunduk; terdiam tanpa sepatah kata pun.

"Kenapa diam? Ayo katakan sesuatu! Kau mau pergi, 'kan? Maka pergi, pergilah dan tidak usah kembali kalau perlu!" lanjut Arzoo.

"Maaf, Arzoo," cicit Sonu—masih tidak berani menatap Arzoo.

"Apanya yang maaf? Sekarang katakan, kau mau di sini untuk membantu temanmu yang jelas-jelas selalu ada bersamamu atau pergi bertemu pacarmu itu, ha?! Ayo katakan!"

"Di sini," ucap Sonu pelan.

"Baguslah. Maka sekarang duduk dan diam saja, dan ingat, jangan kabur atau aku akan memukulmu!" Arzoo mengepalkan tangannya di samping bersiap meninju Sonu.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang