16. Penyihir

210 15 97
                                    

Rhea dan Rishi tiba lagi di rumah Rhea. Hampir semalaman mereka berkeliling, baik Arzoo maupun Radha tidak ada yang ketemu.

Lelah. Ya, Rhea lelah. Ditambah kondisinya yang kurang sehat dan tidak mau diobati dokter.

"Rhea, tidak usah terlalu khawatir, Radha pasti akan ketemu. Tenang, ya," hibur Rishi.

"Bagaimana aku bisa tenang? Rishi, adik-adikku hilang, bagaimana jika mereka kenapa-napa? Kau tahulah dunia luar tidak aman, bagaimana kalau ada penjahat? Atau penculik? Atau ... ya, pokoknya diganggu orang jahat."

"Rhea, tenang, sekarang kau istirahat, ya. Sudah hampir pagi. Lihat, wajahmu saja pucat begitu," lanjutnya.

"Tapi Radha dan Ar---"

"Sssttt ...." Rishi menempelkan telunjuknya di bibir Rhea.

"Kau istirahat saja, aku akan mencari mereka lagi setelah ini. Kau percaya padaku, 'kan?" tutur Rishi sambil menatap lekat-lekat kedua mata Rhea, begitupun Rhea yang terdiam menatap Rishi.

Rhea mengangguk pelan, "Aku percaya padamu," ujarnya diiringi senyuman tipis.

"Terima kasih. Sekarang masuklah dan pergi istirahat. Ingat, tidak usah khawatir. Akan kutemukan Radha." Rishi beranjak pergi dari hadapan Rhea.

Rhea menatap kepergian Rishi dengan rasa bersalah. Ya, dia merasa dia wanita paling jahat yang ada di dunia ini. Memang benar status Rishi adalah penjahat, tapi dia jauh dari kesan jahat—untuk Rhea. Semua yang Rishi lakukan begitu tulus. Bahkan di tengah malam begini, mau-maunya Rishi direpotkan Rhea untuk mencari adik-adiknya. Padahal, Rishi bisa saja menolak, karena posisi Rishi mencintai Rhea, bukan Arzoo ataupun Radha.

Memang benar, mungkin ini seperti cara Rishi menarik perhatian Rhea; membuat Rhea terkesan, tetapi pria itu juga kelihatan khawatir sama sepertinya. Dan kalaupun hanya untuk mengesankan Rhea, Rhea pikir ini sudah terlalu repot. Apalagi dengan posisi Rishi yang tidak diberi kepastian apa pun olehnya.

"Rishi, maafkan aku. Aku tidak mau kau menyesal nantinya, kau berhak mendapat orang lain yang lebih baik dariku," gumam Rhea, tangannya melambai membalas lambaian tangan Rishi—dengan senyum manis yang ia persembahkan untuk Rishi.

"Maafkan aku, Rishi," gumamnya sekali lagi, bersama dengan rasa bersalah yang begitu besar.

***

"Ayo, Rishi. Ambil ini," Rhea langsung menyerahkan kunci motornya pada Rishi.

Begitu mendapat telfon dari paman Singhania--ayah Rohan-- bahwa Rohan juga tidak pulang semalaman, Rhea langsung memberitahu Rishi dan akan mencari keduanya lagi saat ini. Ya, ini hampir pagi, matahari sudah mengintip malu-malu di ufuk timur sana.

Akan tetapi sebelum mencari lagi, Rishi ingin menelfon Jai dan Sonu, karena kedua temannya itu juga entah hilang kemana.

Saat tersambung, teleponnya langsung diangkat dari seberang sana.

"Halo, penjahat kelas atas, katakan di mana kau sembunyikan kakakku?! Kalian bersekongkol, kan? Sekarang jangan mengelak, katakan di mana kakakkku?!"

Rishi menatap Rhea seolah memberitahu kebingungannya akan si pengangkat telepon. Ia lalu mengeraskan panggilannya.

"Siapa kau? Kekasih Sonu yang mana lagi?"

"Kekasih Sonu katamu?! Aku ARZOO, AARZOO! Sudah, jangan lagi buat alasan, di mana kakakku?!"

Rishi dan Rhea saling pandang. Arzoo? Apa sekarang Arzoo adalah kekasih Sonu?

"Arzoo, kau berselingkuh dengan Sonu? Astaga, Arzoo, masih banyak pemuda, kenapa memilih Son---"

"Diam kau! Katakan saja di mana kakaku, atau pasukan penjahatmu ini akan kujual ke pasar buah!"

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang