11. Bioskop

146 15 65
                                    

Hari sudah pagi lagi. Tantangan bodoh yang bisa-bisanya Rishi turuti, membuatnya tak tidur lagi malam ini. Setelah semalaman berpikir, Rishi mendapat keputusan, akan menemui Rhea dan mengatakan langsung tujuannya.

Dengan bantuan mata-mata si pangeran manisan alias Rohan, Rishi berada di rumah Rhea—yang mana rumah dalam keadaan sepi dan hanya ada Rhea seorang.

Pintu rumah Rhea menjulang di hadapannya. Sebelum mengetuk, pertama Rishi harus mengumpulkan seluruh keberanian yang dia punya. Ah, payah sekali dia, mau menemui seorang gadis saja sudah setakut ini.

Cklek.

"Rishi? Kau di sini?"

Suara itu membuat kedua mata Rishi terbuka. Rhea entah sejak kapan berdiri di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Rhea.

"Emm ..." Rishi garuk-garuk tengkuk tak gatal. Bibir payahnya ini malah terasa kelu saat sudah berada di hadapan Rhea.

"Ada apa, Rishi? Kenapa kau berada di sini pagi-pagi begini?" ulang Rhea.

"Rhea, aku ... aku ingin ... emm ... ingin ...."

"Ingin-ingin apa? Cepat sedikit, aku harus berangkat bekerja," sela Rhea.

"Ingin ... kau ... kau mau pergi ke bioskop bersamaku? Tolong, Rhea, bantu aku memenangkan tantangan ini, aku tahu kau mungkin tidak akan mau, tapi bagaimana lagi, aku tidak mau kalah. Kau mau, ya, ke bioskop denganku?" ucap Rishi lancar setelah terbata-bata, dengan tangan menyatu dan ekspresi memohon.

Rhea tertawa pelan. Jadi benar, surat-surat itu memang ulah penjahat ini. "Sebelum itu, katakan padaku," Rhea mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menunjukkan pada Rishi, "ini ulahmu, bukan?"

Rishi tertunduk, lalu mengangguk sangat pelan. "Iya. Aku tidak tahu bagaimana mengajakmu. Jadi, aku berpikir untuk mengirim surat-surat itu. Setelah bertanya pada Monty si penjaga bioskop, katanya aktor favoritmu Sidharth Malhotra, jadi ya ... kupakai kata-kata Sid di film untuk membujukmu. Kau jangan marah, ya?" Rishi mengangkat wajah menatap Rhea takut-takut.

Rhea tetap tersenyum. "Tidak. Aku tidak marah. Lagi pula ini hanya surat, bukan bom," candanya.

"Syukurlah," Rishi mengusap dadanya lega. "Jadi ... apa kau mau ke bioskop bersamaku? Jika aku berhasil melakukan tantangan ini, aku dapat hadiah, dan akan kubagi dua denganmu nanti. Mau, ya ...?"

"Aku tidak butuh hadiahmu, tapi ya, aku mau."

Rishi membelalak tak percaya. "Sungguh? Kau sungguhan mau? Kau tidak bohong 'kan, Rhea?"

"Tidak, aku serius," kata Rhea.

"Terima kasih, terima kasih, terima kasih, terima kasih sudah mau menerima ajakanku. Kau nanti bisa jam berapa?"

"Siang, mungkin. Setelah pulang mengajar dan sebelum ke perpustakaan," ujar Rhea.

"Baiklah. Aku akan menjemputmu nanti siang, langsung dari sekolah. Oke, Rhea, aku permisi dulu." Rishi beranjak dari situ dengan senyuman yang terus merekah.

Rhea sendiri masih berdiri di depan pintu hingga Rishi tak lagi terlihat di matanya. Tentang persetujuannya tadi, tentu tidak serta-merta Rhea lakukan, melainkan dengan menimbang dari berbagai sudut terlebih dahulu.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang