51. Ngidam?

118 8 112
                                    

Tiga bulan berlalu, tiga bulan ini juga Arzoo tidak bertemu Rhea. Dan hari ini, ia datang ke Mumbai bersama Jai, Sonu, Zoya, dan Rohan. Rohan memaksa ikut sejak seminggu lalu sebab terlalu merindukan Radha, katanya.

Sesuai keputusan Arzoo, mereka akan tinggal selama seminggu di sini karena Arzoo harus bekerja. Ya, 2 bulan ini ia ikut Mia bekerja di sebuah toko. Arzoo berpikir dia harus mandiri, tidak mau bergantung selamanya pada kakaknya dan merepotkan semua orang, terlebih kondisi Rhea sekarang ini yang tidak lagi bekerja.

Sekarang ini, Arzoo-juga Radha dan Ishita yang baru sampai-tengah melepas rindu dengan kakak kesayangan mereka itu. Bukan melepas rindu-sebenarnya menertawakan Ishita karena sempat salah masuk rumah karena ditinggal lari duluan oleh Radha.

"Tertawa saja terus," gerutu Ishita sambil mendudukkan dirinya di lantai, lalu memutar kepalanya menoleh ke arah pintu tempat Rishi masuk bersama beberapa pria.

"Rishi? Dia penjahat itu, kan? Dia tinggal di sini juga? Kalian tinggal serumah? Apa?! Astaga, Rhea .... Bagaimana mungkin kau tinggal serumah dengan orang asing?" oceh Ishita sambil menunjuk Rishi dengan ekspresi terkejut dan tak percaya.

"Memang apa salahnya tinggal serumah bersama suami sendiri?" kata Rhea enteng.

"Suami? Maksudmu?"

"Iya, Ishita, kami sudah menikah. Hampir empat bulan yang lalu," jelas Rishi.

"Apa?! Menikah? Kalian bercanda? Bagaimana mungkin kalian menikah? Dan empat bulan? Sampai empat bulan kalian tidak memberitahuku?!" Ishita masih tampak syok.

"Bukannya kami tidak ingin mengundangmu, Kak Ishu. Tapi pernikahan kami ini memang sangat mendadak, tak terduga, dan sederhana. Ya ... begitulah," papar Rhea.

"Astaga, tidak bisa dipercaya," Ishita menggelengkan kepalanya. "Arzoo, jangan sampai kau menikah diam-diam begini juga. Kau wajib mengundangku!"

"Kak, seharusnya kau peringatkan Radha yang sudah tidak sabar menikah sejak TK itu," Arzoo menunjuk Radha yang kini saling melepas rindu dengan Rohan dengan berpelukan.

"Oh, iya, kau benar," gumam Ishita. "Selamat, ya, atas pernikahan kalian, maaf baru mengucapkan, kalian sendiri yang tidak memberitahuku."

"Terima kasih," Rishi dan Rhea tersenyum.

"Aku dan Ranveer ikut bahagia untuk kalian. Sebentar, kupanggikan Ranveer." Ishita beranjak pergi.

Senyuman Rishi langsung memudar mendengar kata itu. Ingatannya berjalan ke beberapa bulan lalu, saat Ranveer mengancam akan memisahkannya dari Rhea. Mendadak saja hati Rishi diliputi kecemasan.

"Ini dia! Sayang, ucapkan selamat," Ishita kembali dengan menggandeng suaminya itu.

"Selamat, ya, Adik Ipar," Ranveer menyalami Rhea, lalu Rishi.

"Terima kasih," balas Rhea. Perempuan itu tampak bahagia-bahgia saja, mungkin sudah lupa Rishi dulu pernah memberitahunya sesuatu tentang Ranveer.

"Kakak-kakakku, bagaimana kalau kita memasak bersama? Dan para pria nanti tinggal makan," usul Arzoo.

"Ide bagus," balas Ishita.

"Sebentar, sebentar," cegah Sonu. "Emm ... Nona Ishita, kau tidak membawa adikmu?"

"Adik?" Ishita mengernyit. "Oh, Sara? Dia ikut ayahnya ke Manali."

Sonu menghembuskan napas kecewa. Semangatnya datang ke Mumbai malah tidak ikut.

"Ayo, ayo," Arzoo menarik tangan para wanita untuk pergi ke dapur, sementara Rishi mengikuti dari belakang.

"Kak Rishi!" seru Arzoo. "Para pria tidak boleh ikut ke dapur!"

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang