"Haiiissshh... kau benar-benar gila pada mahluk itu??" tanya Sela yang kesal melihat Kanaya senyum senyum sendiri sambil bercerita tentang Arga dan menggenggam sapu tangan biru itu.
"Arga begitu mempesona Sel.. rasanya jantungku ingin melomoat ketika melihatnya..." kata Naya sembari memandang kedepan melihat Arga yang sedang bermain footsall bersama tim nya.
Sela adalah sepupu dari Arga mereka tumbuh sejak kecil bersama. Namun bagaikan langit dan bumi. Arga si dingin itu berbeda jauh dengan Sela yang bar bar banyak bicara.
"Oohh.. ayolah.. dia sudah melakukan kesalahan padamu. kenapa kau tidak marahh!!!" kata Sela kesal mendengar cerita Naya.
" tak apaa.. takk apaa.. aku tidak masalah.. diulangi lagi juga gapapa..." kata Naya sambil terus memandang Arga dengan penuh kekaguman dengan menggigit gigit ujung kukunya
"Kau hanya akan sakit ati jika terus menyukainya. lihat saja balok es itu. ah menggelikan sekali.. semua siswi disini juga sama menggelikannya..."
"mereka itu bodoh atau gila sebenarnya. banyak sekali pria tampan di dunia ini. kenapa harus mengidolakan balok es itu" oceh Sela yang tak ada hentinya
"buah ku di tumpahkan oleh nya. aku tidak terima Nay!!!"" teriak Sela di sebelah telinga Naya
"haiiiss... diam sebentar.. lihatlah Arga.. aaahh... Mahluk Tuhan ini... " kata Sela dengan tampang cengo nya.
tiba tiba bola yang di mainkan Arga terpental kearah Sela dan Naya. dan berhenti tepat di bawah kaki Naya dan Sela.
Sela yang begitu kesal langsung mengambil Bola itu dan membuangnya ke tong berisi air cuci tangan di sampingnya lalu menutupnya. langsung saja bola itu menjadi basah
"Huuhh rasakan..!!!!" kata Naya geregetan
melihat Arga yang mendekat Naya semakin membulatkan matanya..
"Sela jangan!!!" kata Arga melihat bolanya kini terendam di air
" apa?? kita impas!!" teriak Sela didepan Arga lalu menarik tangan Naya menjauh dari sana. namun pandangan gadis Berkaca mata itu tak luput dari seorang Arga.
Arga mengernyit bingung dengan yang dikatakan Sela. ia bingung apa yang dimaksud impas.
Arga melihat Naya yang tetap menoleh kearahnya meskipun Naya terus saja menarik tangannya menjauh.
Arga lalu menggelengkan kepalanya melihat aksi 2 wanita aneh menurutnya itu.
hari olimpiade itu pun tiba. Sela yang kesekolah diantar supir pribadi datang lebih dulu dibanding dengan Naya yang hari ini kesulitan mencari angkot.
Naya sudah setengah menangis karena tak kunjung mendapatkan angkot.
"Aduh bagaimana ini... aku bisa di diskualifikasi Ya Tuhan..." kata Naya sambil terus berjalan mengikis waktu untuk sampai ke sekolahnya.
sesekali gadis itu tampak berlari kecil.
sebenarnya Naya sudah berusaha mencari tumpangan. namun teman teman yang sejalan dengan arah rumahnya tak ada yang mau membantu nya.
Semakin ingin menangis saja Naya saat itu. Hingga Naya memutuskan untuk berlari sebisanya. namun saat ia terengah-engah berlarian. datanglah seorang siswa menggunakan motor bebek yang ternyata siswa culun itu adalah adik kelasnya.
"Haii kak Naya.. kau pasti terlambat kan.. ayo ikut aku" kata Gibran.
seperti terkena angin segar. Naya pun segera saja menaiki motor siswa itu
"Kau.. bagaimana bisa terlambat" kata Naya di tengah perjalanan
"aku.. enn.. aku harus membantu ibu ku di pasar. lalu aku baru bisa kesekolah." kata Gibran.
"Oke baiklah lain kali kita bisa berbincang.." kata Naya.
setelah beberapa saat Naya dan Gibran sampai di sekolah pukul 07.30 jelas itu sudah telat dan keadaan sekolah sudah tampak sepi.
mereka berdua tak luput dari hukuman oleh satpam. namun itu tidak masalah bagi Naya. yang penting ia bisa sampai disekolah.
Setelah menyelesaikan hukumannya. Naya dan Gibran segera saja memasuki kelasnya. namun ditengah Jalan Naya berbalik dan langsung menuju ke perpus dimana Sela sedang menunggunya
hosshh..
hosshh..
deru nafas Naya yang berlarian menuju perpustakaan.
disana ia sudah di sambut dengan tatapan tajam dari Sela
"Huhh.. ku kira kau menyerah sebelum berperang" kata Sela kesal
"Maafkan aku.. ayo berangkat.." kata Naya.
Sela dan Naya pun berangkat ke gedung tempat olimpiade dilaksanakan di temani oleh guru pembimbing..
setelah melewati beberapa babak penyisihan akirnya Naya dan Sela di dapuk menjadi juara umum di olimpiade itu. yang mana mereka sangat bahagia disana.
"yyeeeeeeeeee.... kita menang lagi Nay....." sorak sorai Sela sambil meloncat loncat dan memegang tangan Naya. Saat pengumuman itu keluarga Sela datang untuk memberi semangat sejak babak final di gelar. Papa Sela sengaja meninggalkan Meeting pentingnya untuk memberi dukungan pada putri satu satunya ini.
setelah mendapatkan buket bunga dan medali juga trofi Sela langsung ber hambur ke pelukan orang tuanya yang berada di belakang podium. tampak kebanggaan dan kebahagiaan di mata orang orang itu.
namun tidak dengan Naya. Naya hanya memandang dari kejauhan kebahagiaan yang terpancar dari wajah sahabatnya itu. ia merayakan kemenangannya sendiri bahkan gadis itu tampak tersenyum juga melihat sahabatnya berpelukan dengan kedua orang tuanya.
"Andai itu Naya" batin Naya. namun ia segera menepis kesedihan itu. Naya membawa buket dan pialanya berjalan keluar gedung dengan hati yang ikut bahagia melihat temannya juga bahagia.
Naya berpamitan dengan gurunya. Naya melepas medali yang terkalung di lehernya dan menyimpan jaket olimpiade pada tasnya. untuk piala. ia masukan kedalam paper bag yang ia bawa.
setelah sampai di rumah Naya meletakan piala dan medali yang baru saja di raihnya itu ke lemari khusus dimana disana banyak sekali piala dan piagam penghargaan terpampang nyata .
Keesokaan harinya Naya dan Sela berada di sekolah dan kini guru mengumumkan keberhasilan mereka membawa nama baik sekolahnya
Berbeda dengan Naya. Sela yang berada disampingnya itu menerima banyak sekali ucapan selamat atas keberhasilannya. Namun tidak sama sekali untuk Naya. Seakan ia tak dianggap sama sekali di sana namun Naya tetap diam dan ia berusaha untuk tidak sedih.
sedangkan Sela ia begitu bahagia dan bangga atas keberhasilannya ia tak hentinya menampakan senyum untuk siswa siswi yang menyalaminya hingga ia lupa akan Kanaya.
Terabaikan, diacuhkan, tidak dianggap, yaa.. itu sudah biasa bagi Naya.. hingga sampai kini pun ia sudah merasa sangat terbiasa.
hingga Naya memilih untuk menyingkir dari kerumunan itu.
Naya memilih untuk berjalan menyusuri lorong sekolah yang mengarah ke UKS. Entah mengapa rasanya Naya ingin beristirahat sejenak. tapi langkahnya terhenti oleh tepukan di pundaknya
"doooorrr..... Selamat kak Nayaa....." kata Gibran yang tiba tiba berada di belakangnya. Sebenarnya Gibran mengawasi Naya sejak tadi.
"Oh astaga kau mengagetkanku" kata Naya sambil memegang dadanya
"Hehe.. kau sedihkan.. ayo ikut aku kak!!" kata Gibran lalu menarik tangan Naya menjauh tanpa menghiraukan Naya mau atau tidak ia terus menarik paksa tangan Naya.
hingga Naya tak sadar melewati Arga dan kaki Naya tersandung oleh kaki Arga hingga Naya terjatuh dan meringis kesakitan karena lututnya terluka..
"aaawwww...." pekik Naya saat ia terjatuh
Gibran segera saja berbalik dan menatap Naya yang tersungkur di belakangnya.
dan Arga.. jangan tanyakan lagi. Pria itu acuh tak acuh bahkan Arga langsung berlalu pergi begitu saja tanpa mengucap maaf atau apapun

KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Romancemenceritakan tentang gadis cantik bernama Kanaya Shakilla, gadis cantik yang duduk di kelas 3 SMA favorit di kota Jakarta. Namun ia harus menutupi paras cantiknya dengan balutan pakaian dan kacamata culun yang ia kenakan sejak SMP, ibunya sendirila...