BAB 3

2.6K 151 1
                                    

Naya kini berada di ruang UKS kakinya terkilir dan lututnya juga berdarah tadi namun sudah di perban.

Gibran menemaninya disana karena hari ini adalah jam kosong dan semua guru ada Rapat.

"Kenapa mukamu seperti itu" tanya Naya melihat Gibran pria berkacamata itu tampak kesal

"Aku tidak suka dengan kakak kelas yang sombong tadi. angkuh sekali dia tidak mau minta maaf jelas jelas dia salah " Kata Gibran besungut sambil duduk di bangku samping ranjang yang Naya tempati

meskipun Gibran adik kelasnya namun Naya dan Gibran lahir di tahun yang sama bahkan lebih dulu Gibran. sejauh ini hanya Gibran lah siswa cowok yang sudi berbaik hati dengannya. sedangkan yang lainnya jangan tanya lagi. mereka melihat Naya seperti melihat kuman

" sudahlah aku tidak apa. kau pergi saja kekelasmu. aku akan istirahat sebentar disini " kata Naya sambil membenarkan posisi duduknya.

"Malas... Sebenarnya aku malas bersekolah disini. orang-orangnya begitu sombong dan angkuh, aku ingin segera lulus dan terbebas dari sini" kata Gibran sambil duduk di ranjang samping Kanaya

Kanaya hanya tersenyum mendengar ocehan adik kelasnya itu. ia tahu jika Gibran adalah murid dari jalur beasiswa juga.. dengan tampilannya yang culun itu pasti Gibran mendapatkan perlakuan yang sama dengan dirinya.

"1 bulan lagi kau akan ujian kan? lalu apa rencanamu kedepan?" tanya Gibran

"Entahlah.." jawab Naya acuh karena memang Naya masih belum tahu bagaimana nasibnya kedepan. untuk berharap melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri juga terasa berat. hingga yang bisa ia lakukan adalah berusaha mencari dukungan dari beasiswa.

Gibran Diam...

"Aku tahu kau dalam masa penyamaran" kata Gibran yang sukses membuat Naya melotot

"aapa?? apa maksudmu?" tanya Naya gugup

"Itu.. itu... palsu kan.. aku tahu itu.. " kata Gibran sambil menunjuk tahi lalat dan kaca mata diwajah Naya.

wuusss..... wajah Naya kini berubah merah...

"Hahaha lihatlah wajahmu seperti kepiting rebus... tenang lah.. aku tidak akan memberi tahu siapapun asal kau bekerja sama.." kata Gibran sambil menahan senyumnya

"Enn.. enn.. kau.. tau dari mana?" tanya Naya gugup. ternyata selama ini ada yang mengetahui penyamarannya.

"Rahasiaaa!!! Bye Kak Nayaa...!" kata Gibrann  lalu pergi keluar begitu saja

"Heeii kau belum menjawabku Gibran tunggu!!!" teriak Naya

"Nanti pulang aku kesini lagi. kau pulang denganku atau kalau tidak aku akan membuka rahasiamu.. hahaha...." ejek Gibran sambil melambai lambaikan tangannya.

Naya jadi was was..

"Gawat.. bagaimana ini.. jika ibu tahu ia pasti akan marah besar padaku" batin Naya gusar

tiiinnn tiiinnnn bel pulang pun berbunyi.

Gibran datang membawa tas Naya. dan Kanaya tentu masih berada di UKS karena kakinya yang masih terasa ngilu

"Ayoo cantik.. kita pulang" kata Gibrna sambil bersender di pintu.

Naya mendengus kesal.

"Cantikk. apanya yang cantikk!! kau mengejeku. huh!" kata Naya

"halah sudah tidak usah mendebatku.!! aku sudah tahu rupa aslimu!!" kata Gibran sambil tertawa cengengesan.

baru kali ini Naya mendengar Cowok memujinya Cantik Sebenarnya ada rasa bahagia disana namun entah mengapa hatinya sedikit was was

KANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang