BAB 7

2.5K 156 1
                                    

selama 5 tahun ini Naya sudah tau siapa Gibran. awalnya Naya shock dan tidak percaya namun penjelasan Gibran yang masuk akal membuat Gadis itu yakin dan percaya. Ada rasa haru yang menyelimutinya saat itu. ternyata Gibran selama ini melindunginya, menghiburnya dan menemaninya ketika semua orang menjauh darinya. Mungkin bisa di bilang Gibran lah saat ini yang ia andalkan dan bisa membuatnya nyaman sebagai seorang saudara.

Naya yang kini sudah tidak menggunakan penyamaran lagi karena ia merasa sakit hati karena ibunya terang-terangan memutus tali ibu dan anak padanya. dan dengan tegas bilang jika ia tak mau mengenal Naya lagi sebagai Anaknya. hal itu dilakukan saat kedua kakek dan neneknya meninggal. Ibunya tak mau datang sama sekali. dan bahkan tak mau mengakui mereka sebagai keluarga.

semenjak saat itu Naya menjadi dirinya sendiri. menjadi seorang Dokter di rumah sakit Elite di sana membuatnya memiliki cukup uang untuk merawat dirinya. yang mana kini siapa siapa yang melihatnya akan menaruh kagum akan kecantikan gadis berusia 23 tahun itu.

Gibran menjadi sangat marah saat mendengar semua cerita dari Naya. dan setelah bertahun tahun ia tak mau kembali ke rumah Papa nya bahkan hubungan Gibran menjadi semakin buruk, akirnya Gibran kembali kerumah itu hanya untuk mencaci maki ibu tiri yang tak lain adalah ibu dari Kanaya. gadis yang sudah dianggap sebagai Adik kecil nya itu. ia membela mati matian Naya, hingga Ayahnya pun tak habis pikir dengan pewaris nya itu.

Kini Naya dan Gibran sudah berada di apartemen Naya yang tak jauh dari Rumah sakit tempat Naya bekerja.

"Serius kau akan kembali ke indonesia?" tanya Gibran dengan menatap tajam gadis yang tumbuh dengan baik di depannya itu

"Aku Rindu dengan rumah Kakek Nenek. aku ingin tinggal disana. setidaknya jika mereka tidak ada aku bisa merawat tinggalannya" kata Naya sendu mengingat stahun yang lalu Kakek Nenek nya meninggal.

Gibran yang merasakan kesedihan Naya pun menarik nafasnya dalam dalam. ia sudah memikirkan banyak hal untuk itu, bagaimana jika tatapan teduh Naya menjadi tangisan melihat ibunya kembali. Gibran tidak terima untuk itu.

*******

Berkat prestasinya di luar Negri Kanaya pun kini sudah bekerja di Rumah Sakit ternama di Jakarta.

Naya langsung mendapatkan jam kerja padat disana. seperti hari ini adalah hari pertamanya bekerja. baru pertama kali ia memasuki Rumah Sakit pun ia sudah menjadi pusat perhatian atas penampilannya yang mencerminkan kepintarannya. elegan cantik dan ramah itulah kesan pertamanya

dengan Ramah ia menyapa perawat yang bersimpangan dengannya dengan anggun

"Pagi dok..." sapa seorang perawat yang mengetuk pintunya

"Iya suster. pagi" jawab Naya dengan senyuman.

"Maaf dokter.. kepala rumah sakit meminta Dokter untuk menggantikan Dokter Hamid yang mendadak ijin untuk melakukan operasi pada karyawan VVIP nanti jam 11 dok" kata perawat itu dengan sopan

"Bisa ku lihat rekam medisnya?" tanya Kanaya yang mana membuat suster itu segera memberikan catatan medis pasien. setelah mempelajarinya, Kanaya pun menganggukan kepalanya segera beranjak dari duduknya , Ada sedikut perasaan yang tak karuan melihat nama di data yang telah ia baca tadi

"Ayo kita lihat pasien" kata Kanaya

Setelah sampai di ruangan pasiennya Kanaya pun serasa ditimpah tangga dadanya melihat Sella terbaring lemah disana

"Ya Tuhan .. Sella ini Sella..." kata Kanaya, Kanaya pun segera memeriksa Sella.

Kanaya memegang tangan Sela yang tertancap infus. Bagaimanapun Sela adalah teman terbaiknya selama ini. meskipun terakir mereka bertemu tidak dalam keadaan baik.

"kau harus baik baik saja... berjuanglah.." kata Naya sambil terus menggenggam tangan Sela.

Sela ternyata 2 hari yang lalu mengalami kecelakaan yang mana membuat kepalanya mengalami benturan dan kini mengakibatkan penggumpalan darah di kepalanya..

malam hari setelah berhasil melakukan operasi Naya kini sedang duduk di kursi ruangannya.

operasi yang dilakukannya sudah berhasil sore tadi dan Sela juga sudah melewati masa kritisnya. Dihari pertamanya bekerja ia sudah dihadapkan dengan kenyataan yang begitu menekan hatinya.

Setelah memastikan keadaan Sella baik baik saja, Naya pun bergegas pulang kerumah Neneknya yang kini ia mempekerjakan seorng ART untuk menemaninya disana.

mobil Naya membelah keramaian kota dengan tenang.. Sesekali Naya menarik nafasya dalam dalam mengingat kenangan buruknya di kota ini.

"apa kabarmu Arga.. " kata Naya sambil terus menatap sapu tangan pemberian Arga bertahun tahun lalu. Naya selalu membawanya kemanapun. hatinya masih menyisakan rasa sayang pada pria itu. pria yang telah melukai perasaanya.

malam yang dingin menemani Naya menuju alam mimpi nya. Sering kali Naya bermimpi buruk dan mengigau tak karuan. Entah sampai kapan hal itu terjadi. Rasanya Naya lelah dengan semua mimpi itu.

*********

"Dokter!! ada pasien kecelakaan..!!" kata seorang suster ketika Naya sedang berbincang dengan beberapa dokter di ruangannya membahas operasi besar yang akan ia lakukan esok hari.

Naya segera meraih snelli nya dan memakainya serampangan lalu berlari menuju ke UGD

mata Naya tertuju pada sebuah sosok wanita cantik yang terbaring berlumuran darah diatas ranjang. kalau dilihat dari kondisi badannya tidak terlalu banyak luka dan mengeluarkan darah. namun gadis itu pingsan

segera Naya memeriksanya. Dengan cekatan Naya mengambil alih pemeriksaan dan memberikan pemeriksaan dasar untuk wanita Itu.

"Bagaimana keadaan nya. katakan dengan jelas!"  teriak seorang pria membuat gaduh ruangan itu. dimana ia ditahan oleh beberapa satpam disana.

"Kau tak mengenalku hah??" teriak pria itu lagi

"minggir sialan!!" kata Pria itu lagi. Naya mendengarnya dari tadi, ia risih, setelah memastikan kondisi gadis itu baik baik saja dan hanya shock Naya yang merasa terganggu pun dengan berani Naya keluar dan menghadapi pria itu. matanya membulat melihat Arga disana dengan paniknya membuat kegaduhan. Naya yang menggunakan masker pun segera menghampiri Arga

"Anda keluarga pasien yang didalam?" tanya Naya

"Ya,!! katakan kondisinya, minggir aku mau masuk!" kata Arga dengan serampangan menyingkirkan Naya.

Naya menahan Arga dan mendorong dada Arga hingga Arga terhuyung.

"Tolong kerjasamanya, biarkan kami menanganinya!" kata Naya tegas

"waaahh... Berani sekali kau berkata lantang padaku, kau tahu siapa aku? aku pemilik rumah sakit ini, kalau kau sayang dengan pekerjaanmu sekarang kau minggir!!" bentak Arga

"Maaf tuan, sebaiknya anda pergi dari sini, biarkan kami bekerja, untuk siapa anda saya tidak perduli, saya dokter disini, saya melindungi pasien saya!" kata Naya tak melepaskan tangannya mendorong Arga agar tak mengganggu pasien lainnya.

pertengkaran mereka terhenti ketika seorang perawat menarik lengan Naya karena ada pasien yang memerlukan perawatan.

sedangkan Gadis yang di tangani Naya tadi hendak di pindahkan ke kamar inap. Arga pun segera menyusul gadis itu, dan Naya, ia kini berkutat kembali dengan pasien yang menunggu bantuannya.

Ada perasaan berat dihati Naya melihat Arga begitu khawatir dengan gadis itu. bagaimanapun Naya mengagumi seorang Arga.

setelah urusan di UGD selesai. dan naya berhasil menyelamatkan pasian kritis tadi menjadi normal kembali, kini saatnya Naya beristirahat.

Naya merebahkan punggungnya di kursi ruangannya sambil menatap langit langit ruangannya.

"Arga.. " sebut hati Naya.

Naya mengingat gadis itu pun segera bangkit menghiraukan lapar di perutnya. Ia harus memeriksanya kembali setelah sadar. Ia berjalan menuju ruangan gadis cantik itu dirawat.

KANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang