BAB 22

1.9K 111 3
                                    

semalaman Naya menangis terisak dikamarnya. ia menyesali dirinya sendiri.

"kenapa tidak ada yang percaya padaku.. kenapa" kata dengan terisak. matanya merah dan dirinya begitu menyedihkan.

Asisten Arga yang kebetulan bermalam disana pun mendenga risakan Naya karena memang pintunya tak terkunci rapat.

"aku tidak yakin dia melakukaknnya.. lihat saja jika kutemukan wanita ular itu berbohong.. awas kau Mika" batin Reza sebagai asisten pribadi Arga.

nendengar isakan Naya membuat hatinya pedih. ia ingin sekali menyentuh dan menghiburnya.

hingga pagi menyingsing.. Naya tak menemukan Arga dan Mika di rumah itu lagi. pagi ini terasa sangat sepi. hanya ada dirinya saja di rumah sebesar itu. lagi lagi air matanya menetes..

"Hiks..." isak Naya.

sedangkan Arga membawa Mika keluar negeri untuk menenangkan Mika. karena Arga terus berfikir jika Mika masih terguncang. padahal dia yang bodoh telah di bodohi habis habisan oleh Mika.

hari hari berlalu

Naya pun seperti tak punya semangat untuk pergi ke rumahsakit, namun karena tugas dan tanggung jawabnya ia pun pergi ke tempatnya bekerja. 

hanya meja oprasi lah yang bisa membuatnya kembali fokus. sedangkan diluar itu ia memikirkan Arga yang tak kunjung pulang setelah 2 minggu berlalu sejak kejadian itu.

"Sudah cukup!! jangan masuk lagi ke ruangan itu! apa kau kekurangan uang hingga terus saja bekerja menyiksa dirimu seperti ini?" kata Hamid dengan marah ketika Naya baru saja 2 jam yang lalu menyelesaikan operasi selama 7 jam dan sekarang menjelang malam ia akan melakukan operasi lagi. sedangkan ia tahu Naya bekerja begitu giat hingga tak memiliki waktu istirahat bahkan jam makan nya pun menjadi berantakan. mata Naya menjadi lebih hitam menggambarkan betapa lelah fisiknya.

"sudahlah menyingkir. ini nyawa orang. jangan menghalangiku" kata Naya sambil berjalan menuju ruang operasi.

"dengarkan aku! kau seperti ini sebenarnya kenapa? ada masalah apa kau ini bahkan 2 hari yang lalu kau tidur di rumah sakit. dimana suamimu dokter Naya" kata Hamid kesal karena omongannya tak pernah di dengar Naya.

"kami baik baik saja" kata Naya.

"benarkah?? kau baik saja? kulihat suamimu bersama dengan Mika model itu di USA kemarin. aku bertemu dengannya ketika ada urusan disana" kata Satya yang tiba tiba datang dari belakang. Satya memang tak sengaja mendengar perdebatan antara Naya dan Hamid.

Satya sedang menjenguk temannya yang juga dirawat di rumah sakit itu.

Naya memejamkan matanya menahan tangis. sebenarnya fisiknya juga lelah, pikirannya juga. namun ia terus saja meluapkannya di meja operasi. hingga sebenarnya saat ini pun ia belum makan sama sekali hingga membuatnya pusing

Dengan kasar Hamid memegang bahu Naya dan menggoyangkannya menghadapnya.

"Banar yang dikatakan Satya?"

"Dokter!! aku bicara padamu. angkat wajahmu.. benar seperti itu?" tanya Hamid dengan emosi. Naya hanya Diam.

"waah.. ini alasanmu terus berada di ruang operasi dan bahkan tidak pulang?" tanya Hamid lagi dengan nada tak percaya

"sudahlah ini urusanku. kalian tidak perlu ikut campur" kata Naya. sembari menerobos tubuh Hamid yang menghalanginya.

"Cukup..!! pulang sekarang biar aku yang menggantikanmu! istirahat yang benar! jangan gila seperti ini!" kata Hamid menghentikan Naya dengan menarik lengan Naya. namun tanpa di duga

KANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang