BAB 13

2.3K 125 0
                                    

Papa Arga tersenyum melihat punggung Naya yang berjalan menjauh

"gadis pertama yang berani membantah bahkan menggertak Arga... Menarik." batinnya

"Cari tahu informasi tentang Dokter Kanaya Shakilla, ku tunggu sampai nanti malam" kata Papa Arga berbicara lewat telefon dengan sesorang

"Arga!!" kata mamanya bersungut

Arga yang masih tampak kesal karena tahu ternyata Naya lah yang terlibat dalam tragedi jatuhnya mamanya pun

"Cepat kejar Dokter Naya dan minta maaf atas kelakuanmu!" perintah mamanya

"maaf tante.. pantas jika Arga marah, Arga begitu menyayangi Tante, dan...." kata Mika terpotong

"Diam!! tidak ada yang memintamu bicara!" kata Mama Arga

"Maa... Mika berkata benar!" kata Arga melembut, ia kini berada di depan mamanya dengan terus menggenggam tangan Mika

"Benar?? benar katamu? kau tau kejadian sesungguhnya?" mama Arga

"Arga bawa Mika keluar!" kata papa Arga tegas. Arga pun tak ada keberanian untuk membantah Papanya

Mika dan Arga pun keluar dati ruangan itu, sedangkan mama papa arga membicarakan sesuatu disana

"Pa.. sungguh kasian dokter Naya, dia bahkan diam menerima tamparan dari wanita gila itu. bagaimanapun mama mau Arga minta maaf pada Naya, bayangkan saja jika tidak ada Naya, mama pasti sudah mati saat ini"  kata mama Arga.

"Tenanglah..." kata Papa Arga menenangkan istrinya itu.

"papa lihat tadi tangan dan sikunya terluka pa, dia terluka karena mama, dan Anak tidak tahu diri itu malah memarahinya.. Sungguh mama malu jika bertemu kembali dengan Naya Pa.."

"kita akan segera bertemu Naya.. " kata Papa Arga

sedangkan di dalam ruangannya Naya sedang membersihkan lukanya. luka di sikunya. ia dibantu oleh suster asistennya. sedikit-sedikit Naya meringis kesakitan.

setelah selesai Naya ijin untuk pulang lebih Awal karena ia akan menemui ibunya untuk meminta keringangan, hal mustahil baginya mendapatkan uang 20 M dalam waktu 2 Hari.

setelah jam 3 lewat, naya kini sudah berada di jalanan.  ia akan menemui ibunya. dan benar saja ibunya berada di sana. Naya sudah memperkirakannya karena terkadang jika ia rindu Ia akan datang ketempat itu untuk mengamati ibunya dari Jauh. tempat itu tak lain adalah sebuah restoran mahal milik ibunya saat ini.

Naya duduk tak jauh dari tempat ibunya duduk.

"ku pikir ibu akan bangga melihatku menjadi dokter.." batin Naya.

Naya pun mengamati ibunya dari kejauhan tampak ibunya sedang bersendau gurau dengan teman teman sosialitanya.

hingga mata Rima (Ibu Naya) menangkap kehadiran Naya,

"Sialan.. mau apa lagi anak itu" batin Rima. dengan segera Rima menghampiri Naya.

"Kauu.. kau mau apa kesini hah??" kata Rima.

"Ibu.. Naya mohon beri waktu Naya sedikit lebih lama untuk mendapatkan uang itu bu.." kata Naya memelas

"Jangan memanggilku seperti itu sialan!!" kata Rima gregetan.

"Ibu.. hiks..." Naya manangis bak anak kecil disana

Rima pun panik jika nanti ada orang yang melihat bagaimana

"Baik baik. sampai akir bulan, pergi sekarang juga sebelum aku berubah pikiran!" kata Rima lalu pergi meninggalkan Naya

Hati Naya sedikit melega mendengarkanya setidaknya ia punya waktu untuk itu meski terasa berat.

tak disadari keduanya mata mata Papa Arga mengawasi mereka. dans egera saja informasi itu mendarat di telinga Tuan Dirga

"Akir bulan.. itu tandanya aku masih memiliki waktu 20 hari lagi.." kata Naya yang kini sedang mengendarai mobilnya. meskipun matanya sembab Naya tak memperdulikannya.

dengan semangat 45 Naya menuju kerumanhya karena untuk kembali ke rumah sakit pun sudah terlambat.

Naya mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya untuk dimana ia bisa mencari uang tambahan dan meminjam uang untuk melunasi yang di minta ibunya.

**********

"Baik.. karja bagus. urus kepemilikan rumah itu, dan perbesar saham di Maskapai itu" kata Dirga kepada asistennya

meskipun kini sudah pukul 9 malam namun Dirga masih berada dialam ruang kerjanya bersama asistennya sedang membicarakan Naya

"minta Naya menjadi dokter pribadi krluargaku" kata Dirga kembali

"Tuan.. apakan anda ingin menekan dokter Naya dengan semua ini?" tanya Asistennya

"Setidaknya aku harus berjaga jaga.. jika Naya tidak mau dengan sukarela bersama Arga" kata Dirga santai.

Saat ini Istrinya sudah berada di rumah. karena memang kondisinya baik baik saja.

"Kasian sekali gadis itu, ia harus terseret kedalam masalah besar" kata Asisten Dirga. ia faham betul apa yang akan terjadi setelahnya.

"Kuharap punggung mu kokoh untuk menghadapi masalah yang akan terjadi Nona" batinnya lagi.

*********

Arga yang kini berada di mansion mewahnya sedang berada di dalam ruang kerjanya pula.

"Apa aku keterlaluan pada Naya.. kulihat tadi ia hampir menangis, apa tamparan Mika terlalu sakit baginya" batin Arga sambil menyenderkan punggungnya di kursi

tiba tiba Mika datang dengan seenaknya ia langsung duduk di pangkuan Arga. sambil mengalungkan tangannya di leher Arga.

"Sayang.. kapan kita menikah.." kata Mika manja

"Mengerti lah Mika.. orang tuaku belum siap untuk itu.." kata Arga menenangkan Mika sambil mengelus pipi perempuan cantik dan seksi itu

"tapi kapan... aku sudah tidak sabar.." kata Mika

"Sebentar lagi... tolong jangan memaksaku seperti ini, kau mendapatkan apapun yang kau mau kan. bahkan sebelum menjadi istriku, lalu apa salahnya menunggu sebentar" kaga Arga.

Mika pun mengangguk pasrah. jika bukan karena uang dan kemewahan Mika sudah lama meninggalkan Arga.

malam itu dilewati Arga dan Mika dengan penuh kehangatan dan hasrat yang menggebu suara ranjang berdecit menjadi saksi cinta mereka. entah cinta atau nafsu belaka. namun yang pasti mereka menikmatinya.

*********

pagi pun tiba. kini Naya sudah berada di dalam ruang operasi, karena ini akan memakan waktu yang cukup lama Naya pun menjadwalkan operasi itu lebih pagi.

Dengan balutan baju hijau khas petugas medis pun Naya tampak mempesona. luka luka di wajahnya sedikit hilang. hanya sedikit bekas robekan yang ada di sudut bibirnya.

"Baiklah Naya.. kau harus semangat!!" kata Naya menyemangati dirinya sendiri.

jam berganti jam.. 10 jam terlewati dan akirnya operasi itu pun berhasil ia lakukan.. memang pendapatannya cukup besar dari profesinya ini namun untuk mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat ia sungguh berat rasanya. tapi bukan Naya namanya jika ia tak semangat.

pukul 6 petang.. Naya yang berada di dalam ruangannya kini sedang menikmati teh hingga telinganya mendengar suara ketukan pintu.

alangkah terkejutnya Naya ketika melihat Tuan Dirga berdiri di depan pintu nya.

"Silahkan masuk tuan.." kata Naya dengan sopan





KANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang