BAB 23

1.9K 122 1
                                    

Naya benar benar sudah berada di Amerika, pikirannya kosong dan tatapannya masih sendu

Naya mengotak atik ponselnya dimana ada rekaman Mika saat itu, jika mengingatnya ada amarah yang muncul saat itu juga, namun di sisi lain ia sudah terlambat untuk menyesalinya, Arga suami yang dicintainya kini benar-benar muak padanya yang dianggap membunuh calon anaknya.

"Kenapa jalanku begitu rumit, aku hanya ingin semua orang baik baik saja, aku tak perduli dengan hidupku, aku bahkan mengorbankan diriku sendiri, tapi kenapa Arga tak pernah memberi ku sedikit saja tempat dihatinya" kata Naya, tak terasa air matanya menetes lagi.

Lemah.. Naya benar benar Lemah jika menyangkut Arga.

"Apa yang kulakukan ini benar, aku meninggalkan pekerjaanku dan pergi begitu saja"

"Bagaimana dengan pasien pasienku Ya Tuhan..." kata Naya yang kini berada di sebuah hotel, sedangkan Gibran juga bersamanya namun kini entah masih kemana. setelah mengantarkan Naya, Gibran pamit untuk menjemput seseorang. dan sampai sekarang belum kembali hingga malam tiba

ditengah lamunannya, ia mendapatkan pesan dari Hamid.

"Tenangkan dirimu dokter, untuk masalah di sini biarkan aku yang menyelesaikan.." pesan Hamid.

sedikit senyum tampak di bibir Naya. bagaimana 3 orang pria begitu mengkhawatirkannya sedangkan diotaknya hanya ada 1 pria yang teruz saja menyakitinya.

"Terimakasih dokter, aku akan segera kembali" balas Naya.

ketika Naya sedang bersiap tidur, tiba tiba datanglah seseorang yang dikenalnya diambang pintu hotel itu.

"Naya!!!!!!" teriak gadis itu.. ya dia Sela sahabat Naya. yang kini tinggal di Amerika.

sontak saja Sela langsung berhambur kepelukan Naya.

Sela datang bersama Gibran.

Naya tersenyum sambil memeluk Sela. ia juga sangat merindukan sahabatnya ini.

"Kau bagaimana bisa disini" tanya Naya sembari melepaskan pelukannya. sedangkan tak jauh dari sana berdiri seorang Gibran dengan menenteng 3 papar bag dimana setiap paper bag terpampang brand brand terkenal.

"aku tinggal disini Naya.. dan kau bagaimana bisa ada disini" tanya Sela. Sedangkan yang ditanya menatap Gibran.

"Kalian kenal?" tanya Naya

"Kami kenal 1 bulan yang lalu" jawab Sela dengan wajah yang bersemu merah. yah.. Sela menaruh hati pada Gibran. ketampanan Gibran telah memikat hatinya.

ingin memberikan waktu untuk kedua wanita ini Gibran pun beranjak pergi.

Gibran tak sengaja bertemu dengan Sela saat itu, dan awalnya Gibran membantu Sela membayarkan belanjaan di sebuah restoran karena Sela lupa tak membawa dompetnya dari sanalah mereka mulai dekat. dan Gibran belum menceritakan apapun tentang Naya. ia hanya berfikir. jika ada Sela semoga bisa mengobati sedihnya Naya. ia tak tahan jika terus melihat gadis yang begitu riang dan penuh semangat itu menjadi murung.

"kalian bicaralah, aku ada di kamar sebelah, jika butuh apapun kabari, dan kau pembangkang.. ini baju untukmu" kata Gibran menatap Naya sebanarnya Gibran juga jesal sekaligus kasiahan apda Gadis itu. kesal karena kenapa Naya begitu nekat dan kasihan karena Naya ternyata menjalani hidup yang sulit.

"isshh..." lenguh Naya. Gibran.. itulah Gibran.. yang selalu saja akan marah jika Naya membantah atau membangkang dirinya sedikitpun. padahal Naya melakukannya juga karena ingin membuat Gibran tak terlibat masalah kedepannya.

setelah kepergian Gibran

"Kau adik Gibran? benar?" tanya Sela.

Naya menganggukan kepalanya. Sela tersenyum manis.

KANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang