"emm. ah tidak apa apa.. " kata Naya sambil terus mengusap matanya yang meneteskan air mata
"Mereka jahat padamu?, bajumu basah, apa mereka mengerjaimu" tanya Gibran
"tidak, aku saja yang tidak hati-hati" jawab Naya sembari berdiri hendak meninggalkan Gibran
"Ayo ganti jaketmu dulu. tidak lucu jika nanti kau berkeliaran dengan jaket basah ini" kata Gibran
karena memang udara malam juga dingin Naya pun menuruti Gibran dan Naya melepaskan jaket basahnya lalu menggantinya dengan jaket yang di berikan Gibran.
Gibran meremas jaket Naya. dalam hatinya berjanji akan melindungi adiknya ini. meskipun Naya belum tahu jika Gibran adalah putra satu satunya dari Pria yang di nikahi oleh Ibunya. Gibran memilih tinggal bersama pengasuhnya sejak kecil dibanding bersama ayahnya. Awalnya Gibran membenci apapun yang berurusan dengan ibu tirinya. namun setelah mengetahui kehidupan Naya entah mengapa Gibran menjadi kasihan juga sayang kepada Naya.
Tanpa di sadari Naya Jaket yang di belikan oleh Sela itu ditinggalkan Gibran di taman tadi. dan Naya kini sudah pulang bersama Gibran mengendarai motor sport milik Gibran.
Sedangkan Sela yang datang terlambat kini sedang kebingungan mencari Naya. Sela membawakan sebuah gaun untuk Naya. tadi Sela ke rumah Naya dan ternyata Naya sudah berangkat. lalu ia segera ke tempat pesta dan mencari Naya namun tidak menemukannya. ponsel Naya juga tidak aktif. Sela semakin kesal kepada sahabatnya itu. Sela datang terlambat karena ia harus ke butik dulu untuk membelikan Naya dres yang pantas untuk ke pesta namun usahanya sia sia.
Sela pun kini tak menikmati pesta disana ia hanya duduk dan menikmati makanan saja
sedangkan Kanaya yang sudah berada di rumah, sepanjang perjalanan tadi Gibran berusaha mencairkan suasana yang hening dengan melempar lelucon pada Naya. namun Gadis itu tetap terdiam yang membuat Gibran bingung harus bagaimana.
Sela marah semarah marahnya ketika ia hendak pulang melihat jaket yang ia belikan untuk Kanaya tergeletak begitu saja dijalanan dengan keadaan mengenaskan.
"Tega sekali Naya.. seharusnya jika ia tak menyukainya ia tak bisa membuangnya seperti ini. ini sama saja menghinaku." gerutu Sela yang kini pulang dengan sopirnya
Keesokan harinya Naya berangkat sekolah dengan lesu. ia tersadar jika jaket yang di belikan Sela hilang. ia bingung harus berkata apa pada Sela.
sesampainya di kelas Naya hendak berbicara pada Sela namum Sela mengacuhkannya berkali-kali seperti tak menganggapnya ada. Naya begitu sedih dengan perlakuan sahabatnya itu.
"Sela aku ga faham kenapa kamu begitu marah padaku, tapi sungguh jika karena jaket itu aku bisa menjelaskannya padamu" kata Naya yang memiliki kesempatan berbicara pada Sela sebelum mereka meninggalkan kelas
"Gue gak mau denger alasan apapun, Nay. lo gak hargain gue sebagai sahabat lo!" jawab Sela sembari memasukan bukunya pada tas
"Sela maafin aku, tolong dengerin dulu" Naya memohon sembari memegang tangan Sela
"Aduhh... budeg lo ya!! gue gak mau lagi temenan sama lo Nay. lo munafik!!" kata Sela dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Naya yang mulai menangis.
kembali lagi jika Naya sedih maka Gibran lah yang menghibur. akir akir ini Gibran sering bermain kerumah Naya, Gibran sudah dekat dengan kakek nenek Naya.
hingga beberapa minggu berlalu kini Naya Sangat amat bahagia karena beasiswa yang di ajukannya di terima di salah satu universitas kesehatan ternama di luar negeri. ia mempersiapkan semuanya mempersiapkan keberangkatannya. dan ditambah lagi Naya menjadi juara umum di sekolahnya karena nilai ujiannya terbaik diantara yang lain termasuk Sela
Sela semakin membenci Kanaya. entah mengapa hatinya kini semakin kesal pada sahabatnya itu apa lagi ia tahu jika ia kalah dalam bersaing dengan Naya.
hingga saatnya tiba. Naya sudah tidak ikut acara perpisahan di sekolahnya karena ia harus segera berangkat krluar negeri untuk menimba ilmu.
berat rasanya ia meninggalkan semua yang ada di sini. sejauh ini yang tahu akan keberangkatan Naya hanya Gibran dan kedua kakek neneknya. Dan Naya berpesan untuk merahasiakan pada siapapun tentang keberangkatannya ini.Sela sedang memakan jagung bakar bersama Gibran di pinggir jalan pusat kota tempat muda mudi berkumpul. Naya dan Gibran tidak menggunakan penyamarannya. Naya begitu cantik dan Gibran begitu tampan. siapa siapa yang melihatnya akan mengira mereka berpacaran.
yang di ketahui Naya, Gibran adalah anak orang kaya yang kini sedang lelah dengan kehidupan mewah hingga Gibran mencari jalan lainnya hidup sederhana. namun sesekali Gibran memperlihatkan kemewahan padanya. dan Naya tetap saja kesal dengan tingkah tengil Gibran yang selalu saja mengusili dirinya
"kenyang kenyangin makan jaung bakar disini, ntar di Luar negri mahal, kamu gak bakal bisa beli" kata Gibran
"Issh..." dengus Naya sambil terus memakan jagungnya
"Kalau ada apa apa hubungin aku Nay" kata Gibran serius. karena ia akan sulit memantau Adiknya itu jika jauh
"Emang kalau aku bilang, kamu bisa terbang nyusulin aku terus bantuin aku gitu?" ledek Naya
Gibran menggeleng tak percaya... bagaimana bisa ia diremehkan seperti itu. bahkan jika ia mau ia bisa secara tiba tiba mendarat di luar negri dengan pesawat pribadi milik Ayahnya.
"lihat saja nanti!" kata Gibran yang mana membuat Naya tertawa.
**************
5 tahun Kemudian...
"halo... capt.... bisa anterin aku pulang" kata Naya berbicara pada Gibran yang kini menjadi seorang Captain Pilot di maskapai ternama di Malaysia.
"pulang?? pulang kemana dokter?" tanya Gibran yang kini sedang beristirahat bersama rekan rekannya di sebuah Cafetaria
"Berbalik lah aku di belakangmu" jawab Naya..
Gibran berbalik dan matanya membulat sempurna melihat Kanaya yang kini tumbuh menjadi Doktor Ahli Bedah Syaraf yang handal di Australia dengan usianya yang masih muda itu menjadi semakin cantik dan anggun
Gibran langsung berlari dan memeluk Kanaya dengan Erat..
"Kanaya.. ini Kanayaku..." kata Gibran.
"Siap Capt, ini Kanaya, si culun yang selalu kau jahili dulu" kata Kanaya dengan senyumnya.
"Kau bagaimana bisa disini malam malam" kata Gibran menajamkan matanya mengingat ini sudah tengah malam namun Wanita yang selalu dianggapnya sebagai anak kecil itu masih berkeliaran di luar
"hahhaa... coba tengoklah itu tempatku bekerja, dan aku sering kesini, kebetulan juga aku baru selesai oprasi darurat" kata Naya sambil menunjuk sebuah rumahsakit besar di belakang mereka
Gibran menatapnya penuh Haru. meskipun ia selalu berhubungan lewat telefon dengan Naya namun untuk bertemu ia sama sekali belum pernah dikarenakan Naya yang terus menolak jika Gibran akan mengunjunginya.
"dan kau.. kenapa malam malam masih disini. apa kah kau cuti?" tanya Naya kepada Gibran
"iya 1 hari.." jawab Gibran.

KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Romancemenceritakan tentang gadis cantik bernama Kanaya Shakilla, gadis cantik yang duduk di kelas 3 SMA favorit di kota Jakarta. Namun ia harus menutupi paras cantiknya dengan balutan pakaian dan kacamata culun yang ia kenakan sejak SMP, ibunya sendirila...