BAB 9

2.5K 167 0
                                    

2 haru berlalu kini Jadwal Naya untuk memeriksa Sela temannya, Naya takut jika Sela mengenalnya lalu marah padanya atas kejadian beberapa tahun lalu, sebenarnya ini bukan bagian Naya, namun ia harus menggantikan karena rekannya mendadak tidak bisa hadir. Sebagai seorang Dokter ia harus mengesampingkan pribadinya.

dari luar ruangan Sela tampak Sela dan keluarganya sedang bersendau gurau layaknya keluarga harmonis.

Naya melihat itu dengan tatapan teduhnya, setidaknya teman baiknya tumbuh baik selama ini ditengah keluarga yang baik pula.

bersama sorang perawat Naya memasuki ruangan VVIP itu,

"selamat pagi nona Sela.." sapa Naya kepada Sela yang saat ini sedang di suapi makan oleh mamanya

"Pagi dokter.." jawab Sela

"saya akan melakukan pemeriksaan rutin menggantikan dokter nona, karena beliau berhalangan hadir" kata Naya sopan sambil mengambil stetoskop dari dalam saku snelli nya

"Dokter yang menggantikan Dokter Hamid untuk operasi anak saya?" tanya Mama Sela.

Naya hanya mengangguk pelan saja tanpa mengeluarkan kata kata.

"Terimakasih atas bantuan Dokter" kata mama Sela

"Sama sama Bu, lagi pula hal itu sudah kewajiban saya" jawab Naya sembari melakukan kegiatannya

Sela memandangi Dokter yang kini sedang memeriksanya, Ia tak asing dengan suara itu, namun ia tak berani bertanya, Namun matanya tertuju pada Name Tag di snelli Naya,

"Tidak mungkin, ini Naya kan,,," batin Sela yang kini kaget.

"Tidak mungkin Naya yang ku kenal kan" Sela berusaha meyakinkan dirinya sendiri, karena Naya yang dikenalnya dulu begitu Culun dan jelak. sedangkan Dokter didepannya ini sangat Cantik, dengan kulit putih bersih dan rambut yang begitu indah meskipun hanya di kuncir satu menyisakan poni dan anak rambut di wajahnya.

"Kau harus banyak beristirahat nona, agar cepat bisa pulang" kata Naya setelah melakukan pemeriksaan.

Naya merasa terharu bisa memeriksa dan mengoperasi temannya sendiri dan hatinya sungguh lega melihat Sela yang semakin membaik.

"Maaf Tuan, Nyonya, Nona Sela, pemeriksaan sudah selesai, saya pamit dulu" kata Naya segera berjalan keluar.

dan saat itu pula kedua orang tua Sela juga keluar karena ada beberapa hal yang harus di selesaikan.

namun baru beberapa langkah, langkah naya terhenti

"Nay....." panggil Sela dengan Ragu

Naya masih diam memunggungi Sela. sedangkan asistennya masih berdiri disamping Naya

"Naya.. kau Kanaya temanku kan.. " kata Sela lagi.

Deg.. hati naya rasanya begitu bahagia mendengarkan Sela yang berkata bahwa ia adalah temannya, ia mengira bahwa Sela sudah tak lagi menganggapnya sebagai teman.

Naya yang tak bisa menahan rindunya pada sosok Sela pun berbalik dan duduk di samping ranjang Sela. perlahan Naya membuka maskernya dan tersenyum pada Sela

"Haii sel.. " kata Naya dengan mata teduhnya sambil menggenggam tangan Sela

Sela benar benar tak percaya, Naya tumbuh menjadi wanita hebat sekarang, bagaimanapun juga Sela tak benar benar marah pada Naya hanya karena Jaket, ditinggalkan Naya pun membuat Sela begitu sedih.

Sela lalu duduk dan memeluk erat Kanaya..

"hikss.. hikss.. loo kenapa pergi sih Nay,, lo kemana aja, hikss" kata Sela yang menangis sesenggukan.

"Aku sudah kembali, dan jangan menangis Selaa, maafkan aku.." kata Naya sambil memeluk Sela.

setelah melepas kerinduan mereka pun akirnya Naya kini pamit untuk melanjutkan pekerjaannya, dan ia meminta Sela untuk merahasiakan tampilan barunya ini,

selanjutnya adalah jadwal memeriksa Pacar Arga, Mika. Naya menarik nafasnya dalam dalam sebelum memasuki ruangan yang mana ia tahu disana ada Arga, pria yang teramat ia cintai sedang menunggui kekasihnya.

"Siang tuan, saya akan memeriksa Nona Mika" kata Naya sopan kepada 2 orang yang sedang memperhatikannya semenjak ia masuk kedalam ruangan itu

Arga hanya diam menatapi Naya, hatinya tak karuan, bagaimana bisa ia bertemu lagi dengan gadis itu, gadis yang ia temui beberapa tahun lalu yang sempat membuatnya pusing untuk mencari sosok Naya.

Serasa ada yang aneh bagi Naya, beberapa hari ini Arga tampak diam ketika bertemu dengannya, tidak seperti hari haari lalu yang selalu saja mengganggu dan memarahinya. Namun ia tak mau ambil pusing dan memikirkannya. cukup melihat Arga saja membuat Naya begitu bahagia.

"Dokter..apakah Nona Mika sudah boleh pulang.. " kata Sam ketika melihat Naya telah selesai memeriksa Mika

"boleh, akan saya aturkan jadwal kepulangannya besok Tuan, tidak perlu kontrol karena luka sudah mengering, dan untuk obatnya juga akan saya resepkan" kata Naya sembari menatap Samuel.

"Terimakasih dokter" kata Samuel

"Sama-sama, dan untuk nona Mika rajinlah minum obat, dan berhati-hatilah, kasihan pacar anda nona, begitu khawatir jika anda sampai sakit lagi" kata Naya kepada Mika yang hanya diangguki oleh Mika

sedangkan Arga entah mengapa baru kali ini hatinya bergetar ketika ada orang menyebutkan bahwa ia pacar dari Mika. seakan ingin menolak pernyataan itu. Arga hanya memandangi Naya saja tanpa berucap apapun...

************

Hari ini Naya begitu berseri seri wajahnya hingga sore hari menjelang jam pulang kerja. Karena Gibran akan datang menemuinya, sungguh kesempatan yang sangat langka,

Naya tergesa gesa merapikan peralatannya dan segera keluar dari ruangannya sambil menenteng tasnya.

dan ketika Naya keluar dari rumah sakit benar saja, Gibran yang dari bandara langsung menuju ke Rumah sakit tempat Naya bekerja sedang bersandar pada sebuah mobil sport miliknya, masih menggunakan seragam nya membuat Gibran menjadi pusat perhatian disana.

Melihat Naya yang tampak tersenyum dari kejauhan dan menghampirinya, Gibran pun dengan sengaja merentangkan tangannya lalu di sambut pelukan oleh Naya yang tadi menghampirinya sambil berlari kecil.

"Aku merindukanmu...." kata Naya nyaman di pelukan Gibran, hanya Gibran lah saat ini keluarga dari Naya.

Gibran pun dengan lembut mengusap punggung adiknya itu..

Siapa siapa yang tidak tahu akan mengira mereka adalah pasangan yang sangat cocok. Dokter dan Captain Pilot.

Sepasang mata Arga tak sengaja menangkap sosok keduanya. hatinya begitu berdesir melihat Gibran

"Benar.. itu kakaknya, itu gadis yang ku cari selama ini..." kata Gibran sambil terus menatapnya dari dalam mobil.

Mobil Gibran pun meninggalkan area rumah sakit bersama Naya, dan seperti orang gila saja, Arga mengikuti mereka kemanapun mereka pergi.

Makan, nonton, jalan jalan Arga seperti orang tidak punya kerjaan, ia mengikuti diam diam kemanapun Naya pergi.

melihat Naya tertawa lepas tanpa menggunakan maskernya membuat Arga serasa ingin gila.

"Cantik sekali.." batin Arga.

Gibran memang tak lama untuk singgah di indonesia karena pesawatnya harus terbang kembali ke negara lain.

Naya pun mengantarkan Gibran ke bandara, Naya tampak berbincang-bincang pada Gibran dengan sesekali mencubit lengan Gibran, sudah dipastikan Gibran telah menggoda Naya seperti yang Arga beberapa tahun lalu lihat, Naya mengerucutkan bibirnya persis sama seperti dulu.

bak anak kecil yang sedang mengantar kakaknya pergi, Naya pun melambai lambaikan tangannya kearah Gibran yang memasuki ruangan khusus awak pesawat.

Arga membuntuti Naya hingga malam hari dan sampai di rumahnya,

"Jadi disini tempat tinggalmu, menarik... " batin Arga yang melihat Naya memasuki rumah dengan gaya kuno namun sangat enak di lihat dan tampak bersih.

KANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang