Hari ini aku kasih yang manis-manis dulu kasian setiap part harus konflik mulu:(
Part kali ini akan membuat otakmu kesana-kemari:).Jangan lupa vote!. Ramein komen di setiap part.
Achel Pov.
2 hari kemudian Jeno sudah di pulangkan selama 2 hari di rumah sakit aku tidak pernah mengabari kedua orang tuaku dan juga oma jika Jeno masuk rumah sakit. Bukan tanpa alasan aku tidak mengabari mereka aku hanya tidak mau membuat mereka menjadi khawatir.
Tepat hari ini aku dan suamiku akan pergi ke makam Devan aku sudah berjanji pada Lia bahwa hari ini aku akan mengunjungi makam Devan dan beruntung hari ini hari libur. Aku membantu mas Jeno untuk melepas kaos hitam yang melekat pada tubuhnya karena ia sedikit kesusahan luka yang ada di perutnya belum sembuh total dokter juga menyarankan agar Jeno tidak terlalu banyak bergerak.
Aku meneguk salivaku kasar saat melihat bekas luka di perut Jeno itu pasti sangat sakit. "Maaf yah mas karena aku ini jadi luka." Ujarku menyentuh perutnya dan menatap lelaki itu penuh penyesalan. Jeno mengulas senyum dan mengacak rambutku.
"Gak apa-apa, apapun pasti akan aku lakukan untuk menyelamatkan istriku. Jangan sedih gitu kan cantiknya jadi hilang." Ujarnya dengan terkekeh pelan aku tidak sanggup lagi menahan tubuhku untuk tidak memeluk dirinya. Aku memeluk Jeno dengan sangat erat sungguh aku sangat mencintai lelaki ini dia adalah orang yang pertama yang bisa membuat aku selalu menjadi khwatir setiap saat jikalau ia dalam masalah atau apapun itu. Dan hanya dia yang mengerti denganku setelah kedua orang tuaku.
"Aduh sayang jangan teralalu erat." Peringat Jeno lalu aku melepas cepat pelukanku karena mengingat perut lelaki itu yang masih luka. "Maaf." Ujarku cepat dengan kedua telapak tanganku yang menyatu tanda permohonan maaf ia lantas tertawa dan dengan gerakan cepat ia mengecup pelan bibirku.
Aku lantas memegang bibirku yang habis di kecupnya aku bisa merasakan bahwa saat ini pipiku pasti sudah memerah seperti kepiting rebus. Jeno memang sangat pandai membuat aku tersipu malu hanya dengan tindakan kecil yang ia lakukan sukses membuat aku melayang.
"Mau sampai kapan diem begitu hm?."
"Bahanya loh membiarkan seorang lelaki tanpa atasan begini." Aku terkekeh geli mendengar ucapannya dan buru-buru aku mengambil pakaiannya di dalam lemari.
"Mau pakai yang mana?." Tanyaku memperlihatkan dua kemeja berwarna putih dan biru pekat.
"Terserah kamu aja. Aku akan selalu pakai pilihan kamu." Bibirku melengkung keatas sungguh mas Jeno sangat lucu dan menggemaskan. Aku memelih kemeja berwana biru yang ada di tangan kiriku karena ini akan terlihat pas dengan kulit putihnya. Aku menghampirinya setelah menyimpan kembali kemeja putih itu ke dalam lemari.
Aku mulai memakaikan kemeja itu ke tubuh kekar Jeno sesekali aku meneguk salivaku kasar saat Jeno berdiri di hadapanku dengan tubuh kekar yang masih terekspos itu. Tubuhnya yang sangat tinggi dariku sehingga membuat aku terlihat begitu kecil jika berjalan berdampingan dengannya atau berhadapan langsung dengannya. Satu persatu kancing kemejanya sudah terpasang dan terakhir kancing bagian atas, saat aku ingin mengancing bagian atas Jeno menahan tanganku sehingga aku berhenti dan mendongok menatap dirinya dengan alis terangkat keatas. Mata kami saling bertemu sebelum akhirnya aku menegang saat ia membisikan sesuatu tepat di pinggir telingaku dan mengecup cepat pipi kiri ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Uncle Is My Husband (REVISI)
Teen Fiction[TAMAT] [BEBERAPA PART MASIH DALAM TAHAP REVISI.] [SEOSEN KEDUA SUDAH DI PUBLISH.] ⚠️ Konfliknya sangat ringan dan santai ⚠️ Mengandung unsur dewasa dan kata-kata kasar. ⚠️ Hargai author dengan cara tekan follow sebelum membaca dan jangan lupa klik...