Bagian 47

4.9K 306 57
                                    

Berita tentang kematian Devan telah sampai ke telinga kedua orang tuanya. Baik Liliana maupun Rojer sama-sama terkejut saat mendengar kabar buruk itu dari putrinya Lia. Kedua orang tua itu lantas melakukan penerbangan dari Jerman menuju Jakarta malam itu juga. Kabar meninggalnya Devan membuat para siswa dan guru-guru sangat terkejut pasalnya lelaki yang menjabat sebagai gurh fisika itu adalah orang baik, dan lebih mengejutkan lagi Devan di bunuh oleh seorang wanita.

Viona, wanita gila itu sudah di bawah ke kantor polisi oleh Bima. Wanita itu terkena hukuman penjara seumur hidup karena kasusnya sangat berat. Viona melakukan aksi pembunuhan secara sengaja dan aksi penyekapan.

"Aku pikir pak Devan tidak memiliki musuh." Bisik salah satu guru pada buk Tifany guru kimia itu lantas menyenggol lengan guru tersebut takut ada seseorang yang mendengarnya. Saat ini mereka semua berkumpul di rumah Devan untuk melayat. "Jangan berkata begitu buk Jiya." Sahut bu Tifany wanita yang di tegur langsung terdiam menutup mulutnya rapat-rapat.

Di samping Devan ada Liliana dan juga Rojer yang sejak kedatangan mereka sampai saat ini masih menangis tersedu-sedu mereka masih tidak menyangka bahwa putra pertamanya pergi meninggalkan mereka. "Devan sayang kenapa ninggalin mami nak." Lirih Liliana sembali mengelus wajah pucat Devan. Lia yang duduk di sisi kiri hanya bisa menangis dalam diam mulutnya terasa begitu kaku kematian Devan sangat membuat dirinya terpukul. Achel dan Bima duduk di belakang gadis itu.

"Devan anakku hikss. Pi aku tidak sanggup dengan ini semua. Kenapa Devan pergi meninggalkan kita."

"Devan mami minta maaf karena tidak ada sisimu selama ini."

"Devan..bangun sayang."

Liliana merasa sangat menyesal karena selama ini ia pergi meninggalkan kedua anaknya untuk menemani Rojer di Jerman. Jika saja ia tidak mengikuti suaminya mungkin saja hal ini tidak akan terjadi Devan pasti akan selalu terjaga. Hampir 2 tahun lamanya Liliana dan Rojer berada di Jerman mereka meninggalkan kedua anaknya karena Rojer memiliki pekerjaan disana.

"Mi udah ikhlasin bang Devan" ujar Lia sebenarnya gadis itu sangat terpukul dan ia masih belum bisa menerima kepergian Devan walau bagaimanapun Devan adalah orang yang menemani dirinya di Jakarta. Kakak satu-satunya yang ia miliki, kakak yang selalu perhatian dan kakak yang selalu menjaga dirinya. Namun, setelah Devan mengenal Achel lelaki itu banyak berubah dan saat itu pula Devan mengenali sosok Viona. Si wanita gila!.

Lia tidak mau menyalahkan Achel atas semua kejadian ini. Ini semua karena salah Devan sendiri ia terlalu terobsesi pada Achel sampai-sampai ia mau melakukan hal bodoh.

"Mi istigfar jangan seperti ini. Kamu harus ikhlasin anak kita" ujar Rojer mengusap punggung wanita itu yang terus saja menangis. Liliana menggeleng tegas ia tidak sanggup dan tidak kuat menerima semua kenyataan ini. Devan adalah anak pertamanya dan sangat susah waktu ia mengandung Devan dulu.

"Aku tidak sanggup. Mami belum bisa terima ini, ini sangat menyakitkan."

"Bukan hanya kamu yang tidak bisa menerima kepergian Devan. Kita semua juga sama tapi mami harus ingat ini sudah menjadi takdir anak kita."

"TIDAK!!."

"Devan di bunuh ini bukan takdir!."

"Istigfar Mi. Astagafirullah."

"Mami mau wanita gila itu di penjara seumur hidup!. Dia harus merasakan apa yang Devan rasakan!."

"Sudah cukup mi. Istigfar." Putus Rojer lalu ia menarik Liliana kedalam pelukannya. Semua orang bersedih menatap kedua orang tua Devan yang sangat terpukul.

Achel di tempatnya hanya bisa menangis dalam diam walau ia membenci Devan dulu tapi sekarang tidak lelaki itu sudah banyak membantunya dan benar kata Devan bahwa lelaki itu tidak benar-benar mencintainya melainkan Obsesi semata.

My Uncle Is My Husband (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang