Bagian 44

4.5K 278 79
                                    


Part kali ini sedikit mengandung bawang:)
Apapun yang terjadi itu sudah menjadi takdir Achel jangan emosi yah gayss^.^. Ckckck

Nah disini udah ada yang liat bio wattpad aku gak?, disana ada yang baru lohh^.^
Ohiya jangan lupa untuk follow akun nh.jistory_ biar kalian dapat info update dan disana aku sering spoiler juga hehehehe.

Mohon di maklumi jika ada typo bertebaran dimana-mana:)

Yaudah mari kita lanjutkan........
Etss jangan lupa untuk menabur bintang yahh:).

Selamat membaca

"Telah meninggal dunia Jeno Pratama Adijaya. Pada pukul 19:00 dini hari." Bagaikan di hantam ribuan peluru tubuh Achel merosot ke bawah saat mendengar kabar tersebut dari Dokter. Tubuh Achel bergetar hebat air matanya sudah tidak bisa lagi tertahankan, suara tangisannya nyaris tidak terdengar karena tertahan di kerongkongan.

"TIDAK!. MAS JENO TIDAK MUNGKIN MENGINGGAL!." teriak Achel histeris ia tidak percaya ini.

"Dokter pasi bohong kan?. Iyakan. Bima ini gak benar kan?. Pak Devan..." racau Achel dengan memukul lantai sampai berkali-kali. Devan dengan sigap memeluk gadis itu dari samping untuk memberikan kekuatan. Achel terus saja menangis berita tentang kepergian Jeno sangat melukai hatinya. Jika saja waktu itu Jeno tidak datang menjemputnya lelaki itu tidak mungkin akan berakhir seperti ini. Achel menyelakahkan dirinya atas kematian Jeno ini salah dirinya.

"Kamu yang sabar, mungkin ini sudah takdir Jeno." Kata Devan dengan menepuk pundak gadis itu. Achel menggeleng tegas ia lantas mendorong tubuh Devan lalu ia bangkit. Achel ingin menemui Jeno lelaki itu pasti masih hidup.

"Saya mau ketemu suami saya dok!." Kata Achel lalu ia mendorong Dokter itu yang berdiri di depan pintu. Bima dan Devan ikut masuk ke dalam karena mereka berdua takut jika di dalam sana Achel akan mengamuk.

Saat sudah di dalam ruangan tubuh Achel bergetar hebat saat melihat Jeno di baringkan di atas tempat tidur rumah sakit dengan tubuh yang sudah di tutupi kain putih. Achel mendekat dengan air mata yang sudah tidak bisa lagi tertahankan. Gadis itu perlahan membuka kain itu kembali lagi tubuh Achel bergetar saat melihat wajah pucat suaminya. Achel memeluk tubuh lelaki itu histeris.

"Mas Jeno. Hikss."

"Mas Jeno kamu kenapa ninggalin aku?."

"Mas bangun. Aku mohong mas ayo bangun."

"Kamu hanya tidur kan? Mas jeno."

"TIDAK!!."

Achel terus saja mengguncang tubuh lelaki itu menepuk wajah Jeno berusaha untuk menyadarkan lelaki itu dari acara tidurnya tapi nihil Jeno benar-benar sudah tiada. "Mas Jeno kamu ingat tidak?, waktu dimana kita menghabiskan waktu bersama saat kita membahas tentang seorang anak. Ingat tidak?. Bangun mas aku janji aku akan berikan kamu anak." Lirih Achel dengan mengusap wajah Jeno. Achel memandangi setiap inci wajah lelaki itu ini seperti mimpi ia tidak menyangkan jika hari ini Jeno meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Ingat tidak saat kita ke pantai?. Disana untuk pertama kalinya kamu bilang kalau kamu cinta sama aku. Kamu bilang gak akan pernah ninggalin aku. Apa kamu udah lupa?, kenapa kamu lakuin ini mas, kamu ingkar janji kamu ninggalin aku. Sendiri"

"Kamu bilang kita akan tetap bersama sampai kita punya anak merawat anak-anak kita dengan sepenuh hati."

"Aku minta maaf mas ini semua salah aku seharusnya kamu gak perlu datang untuk tolongin aku..."

My Uncle Is My Husband (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang