Dua Jam Kemudian.......
Achel pov
Kami tiba di puncak 10 menit yang lalu.
Setelah aku berbicara ketus pada pak Devan tadi lelaki itu sudah tidak lagi banyak bicara. Maka dari itu aku bisa bernafas lega dan menikmati perjalananku dengan nyaman dan tenang walau ada lelaki menyebalkan di sampingku.Bahkan saking nyamannya aku sampai tertidur
Aku turun dari bus sambil menenteng barang-barangku yang cukup banyak padahal aku berniat untuk bawa barang yang seadanya saja tapi lihat sekarang, entahlah aku juga tidak tahu kenapa banyak sekali barang yang aku bawa padahal kami hanya dua hari disini. Aku menatap sekeliling dengan perasaan bahagia, aku mengbirup udara segar khas pegunungan serta mataku yang berseri melihat betapa indahnya pemandangan di hadapanku ini. Pepohonan yang tumbuh dengan indah serta perkebunan teh yang tertata rapi.
"Indah ya pemandangan nya" aku menggerutu dalam hati menatap Devan yang entah sejak kapan dia berdiri di sampingku.
"Tadinya indah pas ada bapak semuanya terlihat biasa saja!" tandasku sambil melirik Pak Devan sinis aku tidak suka dia selalu mengganguku.
"Ucapanmu sangat kasar, tapi tidak apa saya suka." Aku memincingkan mataku kearahnya. Demi Tuhan aku sangat membenci lelaki ini kenapa dia sangat rese dan menyebalkan seolah hidupnya tidak akan tenang jika tidak menggangguku.
Menyebalkan memang!
Aku mengabaikan ucapannya lalu bergeges pergi meninggalkan nya. Aku ingin menemui Lia barangkali gadis itu sudah menungguku dan mencariku, dan benar saja disana Lia sedang duduk di atas batu yang berukuran sangat besar sambil menoleh kesana, kemari.
"LIA!" Teriakku. Dia menoleh sambil melambaikan tangan kearahku aku membalas lambainnya dan berlari kearahnya sambil membawa beberapa barangku percaya atau tidak aku benar-benar mirip ibu-ibu rempong sekarang.
"Udah lama yaa?" Tanyaku padanya Lia menggeleng.
"Gak kok" balasnya sambil tersenyum kearahku.
"Gimana tadi perjalan lo asik gak?" tanyaku padanya dia tampak menarik nafas pelan,"ya gitu biasa aja soalnya gak ada lo" ucapnya lesuh aku terkekeh lucu sekali gadis ini jika sedang bete.
"Kalau lo gimana?" Lia bertanya. Aku diam kalau di bilang menyenangkan pasti jawabannya tidak yang ada sangat menyebalkan karena adanya lelaki menyebalkan bersamaku.
"Abang lo rese tau gak!" kataku Lia melotot dia tampak kaget mendengar ucapanku.
"Jangan bilang lo satu bus sama abang gue?" aku mengangguk membenarkan ucapan Lia.
"Bukan hanya satu bus tapi satu tempat duduk!"
Jika saja pak Devan tidak menyukai ku dan bersikap sewajarnya padaku mungkin saja aku akan nyaman berinteraksi dengannya. Tapi, kenyataannya aku tidak merasakan hal itu karena sifat dia sendiri. Aku juga merasa tidak enak pada Lia karena bagaimanapun Lia pasti punya rasa kasih sayang pasa kakaknya itu dan aku tidak mau dia bersedih karena aku yang selalu mengadu padanya tentang kakaknya itu.
"Gue khawatir lo bakal di usilin ama abang gue selama disini Chel.." lirih Lia aku membenarkan ucapan Lia. Sejak awal aku juga takut jika nanti Pak Devan selalu mengganguku aku risih dan tentu saja aku tidak suka dan begitu juga dengan Lia gadis itu pasti merasa malu dan bersalah. Aku juga khawatir dengan pandangan teman-teman yang lainnya jika mereka melihat aku yang selalu di ganggu oleh guru fisika itu Yang ada aku dikira menggoda lelaki itu.
"Semoga aja gak udah ah Li, mending kita foto" kataku sambil menarik tangan Lia.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Uncle Is My Husband (REVISI)
Fiksi Remaja[TAMAT] [BEBERAPA PART MASIH DALAM TAHAP REVISI.] [SEOSEN KEDUA SUDAH DI PUBLISH.] ⚠️ Konfliknya sangat ringan dan santai ⚠️ Mengandung unsur dewasa dan kata-kata kasar. ⚠️ Hargai author dengan cara tekan follow sebelum membaca dan jangan lupa klik...