Bagian 3

15.8K 779 10
                                    

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak!!
Ramein di setiap paragrafnya!!

°selamat membaca°

Achel Pov.

Sekarang aku dan kedua orang tuaku sedang menikmati sarapan pagi buatan ibuku dan tentunya dengan si lelaki tua ini. Entah jam berapa dia datang kerumahku yang aku tahu saat aku bangun jam enam tadi dia sudah berada di dalam kamarku, duduk di kursi meja belajarku sambil menatapku. Sungguh pria yang menyebalkan.

Hari ini Jeno yang akan mengantarku ke sekolah, awalnya aku sudah menolak degan alasan aku akan berangkat degan temanku tetapi tetap saja ibu dan ayah memaksa dan alhasil aku tetap berangkat dengannya.

"Gimana kerjaan kamu di kantor Jen?" Tanya ayah pada Jeno yang sedang nikmat menyantap sarapan buatan ibuku, sunggung lelaki yang tidak tahu diri apakah dia datang kesini hanya numpang makan dirumahku?.

"Baik kok om." Ucapnya sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya, aku menatapnya dengan tatapan datar pria ini membuat selera makanku berkurang.

Aku sudah menghabiskan sarapanku begitu juga dengan ayah, ibu dan juga lelaki tua ini. Setelah sarapan bersama ayah memilih untuk berangkat duluan katanya dia harus melaksanakan meeting pagi ini jadi dia berangkat lebih awal.

"Ma aku berangkat yah." Aku pamit pada ibu dan tidak lupa aku mencium punggung tangannya.

"Belajar yang benar, jangan sering bolos apalagi tidur di dalam kelas." Aku menghela nafas kenapa ibu membongkar kartuku di depan Jeno, pasti lelaki itu akan menertawakanku nanti.

"Tante Jeno berangkat yah." Ujar Jeno lalu mencium punggung tangan ibu.

Aku melambaikan tangan pada ibu sebelum masuk ke dalam mobil.

Dia juga masuk ke dalam mobil dan langsung menyalakan mesin mobilnya baru saja ingin menjalankan mobil tiba-tiba dia berhenti lagi, aku menatapnya dengan heran kenapa lagi dengan lelaki tua ini?.

"Kenapa lagi sih?." Aku bertanya datar, Jeno benar-benar membuat mood ku jadi tidak baik.

Dia menatapku dengan tatapan tajam aku mengerutkan alisku heran ada apa dengan lelaki ini?. Dia mendekatkan tubuhnya kearahku aku sempat terkejut dengan sikapnya lalu aku dengan regleks menutup kedua mataku dengan tanganku. Aku tidak ingin sesuatu hal yang tidak aku inginkan terjadi padaku, tidak lama aku merasakan sesuatu yang terpasang pada pinggangku perlahan aku membuka mataku.

"Lain kali pasang seathbelt nya dulu." Ucapnya lalu menjauhkan tubuhnya dan menjalankan mobilnya.

Astaga aku bisa merasakan pipiku rasanya panas sekali gara-gara lelaki tua ini di tambah lagi jantungku yang berdetak kencang, untung saja dia tidak melihat wajahku yang sudah memerah bukan apa-apa hanya saja aku tidak pernah di perlakukan seperti ini oleh lelaki.

Hampir satu jam berada di dalam mobil akhirnya aku pun sampai di sekolahku, Jeno mengantarku sampai depan gerbang sekolah padahal tadinya aku menyuruhnya untuk berhenti di pinggir jalan saja tapi dia menolak dan memilih untuk mengantarku sampai depan pintu gerbang. Entah apa maksudnya mungkin dia ingin tebar pesona pada siswi-siswi di sini dasar om-om suka caper.

"Makasih udah ngantarin saya, ohiya satu lagi, besok-besok gak usah caper mau antar saya." Ucapku sinis lalu berniat untuk turun, baru saja aku ingin membuka pintu mobil tanganku sudah lebih dulu ditahan oleh Jeno.

Aku menoleh padanya dengan datar.

"Sama-sama, tapi saya gak bisa kalau gak antar jemput kamu." Ujarny lalu melepas pergelangan tanganku, aku menatapnya dengan tatapan malas.

"Kenapa emangnya?." Tanyaku aku tidak terima itu karena aku ingin bebas dengan temanku saat pulang sekolah nanti seperti jalan-jalan di taman, mall dan juga cafe.

"Kamu udah jadi tanggung jawab saya, mulai hari ini sampai seterusnya. Jadi saya punya hak untuk antar jemput kamu." Ujarnya.

What? Apakatanya apa lelaki tua ini tidak tahu malu atau bagaimana jelas-jelas aku dan dia belum menikah kenapa sudah se-lebay ini?.

Tidak, tidak aku tidak suka diperlakukan seperti ini aku bukan lagi anak kecil.

"Gak saya gak mau!." Tolakku mentah-mentah, yang benar saja aku tidak ingin dia selalu mengantarku, menjemputku itu terlalu menyebalkan.

Aku langsung membuka pintu mobil dan keluar lalu menutupnya dengan sangat kencang, sungguh aku kesal pada pria ini, dia juga ikut keluar rasanya aku ingin melempar lelaki menyebalkan ini.

"Kenapa lagi sih om!" Ketusku dengan wajah cemberut aku sudah sangat kesal pada lelaki ini sungguh!.

"Saya mau-" ucapannya terputus saat mendengar suara teriakan seorang perempuan dari belakang, aku dan juga Jeno langsung menoleh kesumber suara.

"Achell!." Itu Lia.

"Gue kangen, lo kemarin kenapa gak sekolah hah?." Tanya dia dengan teriak, kenapa Lia muncul di situasi seperti ini.

Dia Lia sahabatku sejak SMP sampai sekarang dia gadis yang sangat cerewet sama seperti Jeno namun Lia sangatlah perhatian dan baik.

Aku menghembuskan nafasku kasar kali ini aku harus siap menjawab semua pertanyaan yang akan di lontarakan oleh wanita cerewet ini, aku sudah tahu dia pasti ingin bertanya saat melihat Jeno yang berdiri di sampingku.

"Dia siapa?." Dugaanku benar bukan.

"Gue sakit jadi gak sekolah." Ucapku santai tanpa menjawab pertanyaan darinya, sedangkan Jeno menatapku dengan tatapan tidak percaya.

"Dia bo- aw aw sakit!." Keluhnya saat aku mencubit pinggang nya dengan sangat kuat.

"Eh kenapa kak?." Tanya Lia khawatir. Sedangkan aku sudah menahan tawaku.

Aku langsung menarik tangan Lia sebelum gadis ini banyak tanya lalu meninggalkan lelaki itu.

"Gak usah jemput saya." ucapku sebelum meninggalkan Jeno.

Aku dan juga Lia sudah tiba di kelas, di dalam kelas masi sangat sepi hanya ada beberapa orang saja. Aku duduk di bangku lalu menopang daguku dengan perasaan cemberut aku sangat kesal sekali pada Jeno.

"Lo kenapa sih Chel mukanya di tekuk gitu?." Lia bertanya lalu beranjak duduk di sampingku, aku menghembuskan nafas gusar berusaha untuk menghilangkan perasaan kesalku pada si lelaki tua sialan itu.

"Gue kesel banget Li, mama sama papa gue mau nikahin gue! sama si pria tua sialan itu!." Ucapku kesal rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya, Lia menatapku dengan tatapan tidak percaya.

"Lo serius mau nikah?" Tanyanya dengan teriak dengan cepat aku menutup mulutnya aku takut jika teman-teman yang lainnya akan mendengar pembahasan kami.

"Gak usah teriak kali!" ucapku lalu melepas tanganku yang aku gunakan untuk menutup mulutnya.

"Lo mau nikah ama siapa? Siapa yang berani nge hamilin lo, astaga Achel!." aku langsung menampar mulutnya yang benar saja, kenapa fikiran gadis ini sampai sejauh itu.

"Kalau ngomong suka ngawur, gue nikah dijodohin bukan hamil!, dan gue nikah sama tuh cowok yang tadi bareng gue, dan satu lagi minggu depan gue nikah lo harus datang." Ucapku sambil mengeluarkan buku tulisku keatas meja.

"Achel lo serius?." Aku mengangguk

"Lo beneran mau nikah? Astagaa gua gak nyangka!." Ujar Lia masih tidak percaya aku saja masih tidak percaya apalagi dia.

"Gue aja gak nyangka apalagi lo!." Kataku, Lia tidak lagi merespon entah dia percaya atau tidak terserah saja.

Beberapa menit kemudian kelas sudah ramai dan guru juga sudah masuk untuk memberikan ilmu pada siswa dan siswi di kelasku.


-¤-

See yaa 😍😻

My Uncle Is My Husband (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang